
China Makin Kesurupan, Bakal Kuasai 68% Setrum Kotor Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Dominasi China dalam produksi listrik dari pembangkit batu bara bakal semakin merajalela. Sayangnya, kabar dari China belum mampu mengerek harga batu bara.
Reuters merujuk pada laporan Global Energy Monitor (GEM).melaporkan China menguasai dua pertiga dari proposal pembangunan pembangkit listrik batu bara pada 2022.
Kapasitas pembangkit listrik batu bara yang diajukan untuk dibangun ataupun dalam tahap konstruksi pada 2022 menembus 537 Giga watt (GW) di seluruh dunia.
Jumlah tersebut melonjak 12% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang tercatat 479 GW. Dari jumlah 537 GW tersebut, sebanyak 366 GW atau 68,2% datang dari China.
Jumlah tersebut juga naik 38% dibandingkan pada 2021.
Sebaliknya, jumlah dari luar China anjlok 20% pada 2022. Kawasan Uni Eropa dan Amerika Utara bahkan sama sekali tidak ada rencana pembangunan pembangkit baru ataupun tengah membangun pembangkit batu bara.
Di bawah China terdapat India yang mengajukan proposal pembangunan pembangkit batu bara sebanyak 60,5 GW. Indonesia ada di tempat ketiga dengan jumlah 26 GW.
Kebijakan China menambah produksi listrik dari pembangkit batu bara tentu saja menjadi sorotan tajam. Pasalnya, Tiongkok berkomitmen besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Semakin banyak pembangkit batu bara yang dibangun maka sedikit pula komitmen dari pemangkasan emisi gas rumah kaca," tutur Flora Champenois, analis Global Energy Monitor(GEM), dikutip dari Reuters.
Dengan jumlah pembangkit batu bara yang bertambah maka ada harapan jika impor batu bara China meningkat. Tiongkok merupakan konsumen terbesar batu bara di dunia.
Tiongkok diperkirakan mengimpor batu bara sebanyak 26,82 juta ton pada Maret 2023, tertinggi sejak Januari 2017.
Jumlah tersebut melonjak 41% dibandingkan bulan sebelumnya dan melesat 70% dibandingkan Maret 2022.