Selain Singapura, Deretan Negara ASEAN yang Terancam Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura resmi mengalami resesi ekonomi. Ekonomi Singapura mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif -12,6% pada kuartal II-2020. Dengan kontraksi -0,3% pada kuartal sebelumnya.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura pada Selasa (14/7/2020) mengumumkan angka pembacaan awal ekonomi Negeri Singa pada April-Juni 2020.
Secara tahunan (year-on-year/YoY) terjadi kontraksi -12,6% sementara secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ) -41,2%. Pada kuartal I-2020, ekonomi Singapura terkontraksi -0,3% YoY dan -3,3% QtQ.
Negara tersebut masuk ke dalam jurang resesi, karena pertumbuhan ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada 2009, saat terjadi krisis keuangan global.
Ekonomi Asia Tenggara menurut Lembaga Thin Thank CSIS (AS), memang merupakan salah satu kawasan yang mendapatkan pukulan besar dari krisis ekonomi global karena pandemi covid-19.
"Dampak ekonomi akan sangat besar, setara dengan kejatuhan Krisis Keuangan Asia 1997-98, atau mungkin jauh lebih besar," tulis Amy Searight Senior Associate (Non-resident) CSIS for Asia dalam tulisannya, seperti dikutip Selasa (14/7/2020).
IMF memproyeksikan pertumbuhan ASEAN-5 yakni Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam akan kontraksi hingga -0,6% di 2020. Ini direvisi turun setelah sebelumnya IMF pede ekonomi ASEAN-5 tersebut akan tumbuh 4,8%.
ADB dan Bank Dunia juga sama. Merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi ASEAN-5.
Jika melihat lebih dalam, ada negara yang diramalkan ekonominya minus oleh IMF dan World Bank secara kompak di 2020. Adalah Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia.
Malaysia
Ekonomi negeri Jiran pada kuartal I-2020 Malaysia masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,7% (yoy). Memang masih tumbuh di zona positif. Namun jika mengacu pada laporan Departemen Statistik Malaysia, Negeri Harimau Malaya itu terancam masuk ke jurang resesi dalam 4-6 bulan ke depan.
Trading Economics memproyeksikan ekonomi Malaysia akan masuk resesi di kuartal III-2020 di mana diproyeksikan pada kuartal II-2020 jatuh minus 2% dan pada kuartal III-2020 jatuh hingga minus 9,7%.
Selain ekonominya yang bertumpu pada ekspor, Malaysia termasuk negara yang menerapkan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona di wilayahnya. Namun ongkos lockdown harus dibayar mahal. Permintaan domestik juga mengalami pelemahan.
Apalagi jika ditambah dengan jatuhnya harga komoditas juga semakin menekan ekonomi Malaysia yang juga bergantung pada komoditas seperti minyak sawit (CPO), seperti halnya Indonesia.
Thailand
Ekonomi Thailand mengalami kontraksi paling cepat dalam delapan tahun pada kuartal I-2020 lalu. Thailand diramal akan masuk ke jurang resesi lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pandemi Covid-19 menghantam pariwisata dan aktivitas domestik yang menjadi satu-satunya kekuatan negara Gajah Putih tersebut.
Pada kuartal I-2020 ekonomi Thailand negatif hingga 2,2%. Kemudian diproyeksikan di kuartal II-2020 akan negatif juga pada kisaran 2,2% berdasarkan konsensus beberapa lembaga rating. Sementara Trading Economics memproyeksikan ekonominya anjlok minus 17% di kuartal II-2020.
"Dampak wabah di Q2 akan jauh lebih besar daripada di Q1," kata Phacharaphot Nugtramas, ekonom di Krung Thai Bank, yang memperkirakan ekonomi akan menyusut 8,8% tahun ini.
Dampak lockdown Thailand akan terus mempengaruhi pengeluaran rumah tangga dan investasi swasta untuk sisa tahun ini.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia kemungkinan bakal mengalami resesi. Dalam proyeksi terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 4,9%. Lebih dalam dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni -3%.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu juga merevisi ke bawah proyeksi untuk Indonesia.
Awalnya, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 0,5% pada tahun ini. Namun proyeksi terbaru memperkirakan ekonomi Tanah Air akan terkontraksi -0,3%.
Namun pada kuartal II-2020, sepertinya Indonesia sudah tidak bisa menghindar dari kontraksi. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.
Jika pada kuartal III-2020 kontraksi kembali terjadi, maka Indonesia secara sah dan meyakinkan akan masuk jurang resesi.
Pemerintah memperkirakan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran -1% hingga 1,2%. Kemungkinan kontraksi masih ada, sehingga risiko resesi tidak bisa dikesampingkan.
"Secara definisi begitu (resesi). Namun kita berharap kuartal III tidak negatif," ujar Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Kamis (9/7/2020).
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fakta Singapura Resmi Resesi, Ini Bukan yang Pertama!
