Ada Harapan! Ini Dia Bukti Terbaru Ekonomi RI Mau Bangkit

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 July 2020 12:32
Senayan City (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Senayan City (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengumumkan data penjualan ritel. Data ini memperlihatkan bahwa pemulihan ekonomi Tanah Air sudah berada di jalan yang benar.

Pada Mei 2020, penjualan ritel yang dicerminkan di Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di 198,3. Ambles 20,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Ini menjadi pencapaian terendah sejak 2008.

Kemudian pada Juni 2020, IPR diperkirakan sebesar 199,9. Masih turun 14,4% secara YoY.

"Pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan terkontraksi lebih dalam pada triwulan II-2020. Rata-rata IPR triwulan II-2020 tercatat mengalami kontraksi -17,3% (yoy) dibandingkan -1,9% (yoy) pada triwulan I-2020 dan 4,2% (yoy) pada triwulan II-2019," sebut laporan BI.

Kalau melihat angka-angka itu, maka ekonomi Indonesia sepertinya suram. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sudah bertransformasi menjadi tragedi sosial-ekonomi, bukan lagi kesehatan dan kemanusiaan.

Namun kalau disawang-sawang lagi, ternyata ada lho kabar baiknya. Secara bulanan (month-to-month/MtM), penjualan ritel terpantau mengalami peningkatan. Pada Mei 2020, IPR berada di 190,7, terendah sejak 2016. Pada Mei dan Juni angkanya meningkat. Ini menandakan bahwa terjadi kenaikan aktivitas penjualan ritel setelah mencapai titik nadir pada 2016.

Ini semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi Indonesia sedang bergeliat menuju kebangkitan. Penyebabnya adalah 'keran' aktivitas masyarakat yang berangsur-angsur mulai dibuka kembali.

Di Jakarta, Gubernur Anies Rasyid Baswedan sudah mengizinkan masyarakat kembali berkegiatan meski tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Misalnya, pusat perbelanjaan (mal) sudah boleh dibuka, tetapi dengan kapasitas maksimal 50%.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga telah memberi lampu hijau pembukaan kawasan wisata. Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas, mengumumkan beberapa kawasan pariwisata akan dibuka secara bertahap. Adapun beberapa kawasan pariwisata alam tersebut terdiri dari kawasan wisata bahari, kawasan konservasi perairan, kawasan wisata petualangan, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya, Suaka Margasatwa, geopark, pariwisata alam non-kawasan konservasi antara lain kebun raya, kebun binatang, Taman Safari, desa wisata, serta kawasan wisata alam yang dikelola oleh masyarakat.

"Kawasan pariwisata alam tersebut dapat dibuka secara bertahap dengan batasan pengunjung maksimal 50% dari kapasitas normal," kata Doni, belum lama ini.

Sekarang yang menjadi tantangan adalah bagaimana menjaga tren pemulihan ekonomi ini. Ekonomi bisa semakin bergairah sepanjang masyarakat tetap diizinkan beraktivitas di luar rumah. Bahkan ekonomi bisa semakin melaju kencang jika pembatasan sosial (social distancing) dilonggarkan lebih lanjut.

Syarat untuk itu sederhana, tetapi susah diwujudkan. Masyarakat Indonesia harus bisa menjaga agar tidak terjadi lonjakan kasus corona.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 7 Juli adalah 66.226 orang. Bertambah 1.268 orang (1,95%) dibandingkan hari sebelumnya, lebih tinggi dibandingkan kenaikan pada 6 Juli yaitu 1.209 orang (1,9%).

Dalam 15 hari terakhir, penambahan pasien baru selalu di atas 1.000 per hari. Bahkan sejak 9 Juni, hanya ada empat hari kenaikan jumlah pasien kurang dari 1.000.

Oleh karena itu, kurva kasus corona di Indonesia sama sekali belum melandai, bahkan cenderung melengkung ke atas. Pertanda bahwa virus corona belum bisa dijinakkan.

Salah satu kunci utama dalam meredam kasus corona adalah tertib menjaga jarak. Nah, dalam hal ini sepertinya kedisiplinan masyarakat Indonesia agak mengendur.

Untuk melihat kepatuhan masyarakat dalam menjaga jarak, indikator yang bisa dirujuk adalah Social Distancing Index yang disusun oleh Citi. Semakin menjauhi nol berarti masyarakat di suatu negara kian berjarak, taat social distancing. Sebaliknya jika semakin dekat dengan nol maka masyarakat semakin dekat dan erat, sesuatu yang bisa meningkatkan risiko penyebaran virus corona.

Pada 3 Juli, skor Social Disctancing Index Indonesia ada di -20 sementara sepekan sebelumnya adalah -22. Angkanya semakin dekat dengan nol, berarti warga +62 semakin ikrib.

Kalau masyarakat kian tidak tertib menjaga jarak sehingga kasus corona melonjak, maka dikhawatirkan pemerintah akan kembali mengetatkan social distancing. Dalam kasus ekstrem, bisa saja masyarakat kembali harus #dirumahaja sehingga ekonomi lagi-lagi mati suri.

Apabila tidak mau itu kejadian, maka kita semua harus tertib, harus disiplin. Selain patuh menjaga jarak, jangan lupa selalu kenakan masker kala keluar rumah dan rajin mencuci tangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular