
Menteri PANRB & Mendes Pasrah Kalau Direshuffle Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melontarkan ancaman perombakan atau reshuffle kabinet di tengah pandemi corona (Covid-19), karena jajarannya dianggap masih bekerja dengan 'normal' dalam situasi krisis.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo mengaku siap dengan keputusan yang diambil kepala negara. Apabila memang harus diganti, Tjahjo mengaku tidak keberatan.
"Kalau Pak Jokowi harus me-reshuffle, saya misalnya, ya harus siap. Teken kontraknya tadi kok," tegas Tjahjo dalam program Mata Najwa yang ditayangkan di Trans 7, seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (3/7/2020).
Tjahjo juga sebagai politikus, menganggap bahwa para menteri harus sadar bahwa jabatan yang dipegang saat ini tidak selamanya. Tjahjo mengibaratkan posisi menteri seperti sebuah kontrak perjanjian yang bisa diputus kapan saja.
"Saya kira kita harus sepakat. Namanya menteri itu pembantu presiden. Teken kontrak satu hari bisa, satu tahun bisa, lima tahun bisa. Jadi siap-siap saja. Besok ditelpon, harus siap. [...] Saya kira teman-teman menteri harus punya sikap seperti itu," tegasya.
Tjahjo mengaku sudah cukup lama mengenal Jokowi, terutama saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Eks Menteri Dalam Negeri itu bahkan mengaku baru kali ini melihat amarah Jokowi kepada menteri.
"Saya anggap paling keras selama saya kenal beliau. Mulai zaman walikota, itu statement paling tegas dan paling keras. Tapi beliau ada dasarnya," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar pun mengemukakan hal serupa. Namun, ia tak berbicara lebih rinci lantaran reshuffle merupakan hak prerogatif Presiden.
"Saya jadi pembantu presiden, ya saya melakukan review. Soal itu, kewenangan presiden. Cuma presiden dan Allah yang tahu," kata Halim.
Pada awal pekan ini, publik digegerkan dengan kemarahan Jokowi kepada para 'pembantunya'. Dalam video yang diunggah YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi melontarkan amarahnya dengan nada tinggi di depan para menteri.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis," tegas Jokowi seperti dikutip Senin (29/6/2020).
Jokowi mengaku geram karena jajarannya tidak sigap dalam menghadapi situasi krisis. Kepala negara bahkan meluapkan amarahnya lantaran kinerja pembantunya tidak membawa kemajuan yang signifikan.
"Tindakan-tindakan kita, keputusan kita, kebijakan kita, suasananya harus suasana krisis. Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?," tegasnya.
Jokowi lantas melontarkan ancaman reshuffle kepada pembantunya yang dianggap masih bekerja begitu-begitu saja dalam situasi krisis. "Bisa saja, membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," tegasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hari Ini, Jokowi Perkenalkan Calon Menteri Baru
