
Gegara Corona, Pendapatan 4 dari 10 Orang RI Turun!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 June 2020 15:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Merebaknya wabah yang diakibatkan oleh infeksi virus corona (Covid-19) di Indonesia membuat pendapatan masyarakat mengalami penurunan. Dalam hasil survei terbarunya yang bertajuk Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan 4 dari 10 responden yang disurvei mengaku mengalami penurunan pendapatan karena terdampak Covid-19.
Sebanyak 44,67% responden laki-laki dan 38,55% responden perempuan mengaku bahwa dirinya mengalami penurunan pendapatan akibat terdampak pandemi.
"Tidak sedikit usaha yang gulung tikar, atau melakukan efisiensi biaya produksi dengan mengurangi jumlah karyawan maupun pemotongan gaji karyawan, dan mengambil kebijakan pengurangan shift kerja dan merumahkan sebagian karyawannya. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan pendapatan yang dialami oleh para karyawan" tulis laporan tersebut.
Penurunan pendapatan sangat dirasakan oleh responden yang sementara dirumahkan. Sebanyak 6 dari 10 responden yang sementara dirumahkan mengaku mengalami
penurunan pendapatan, sementara sebanyak 35,78% responden yang masih bekerja mengatakan mengalami penurunan pendapatan.
Menurut survei tersebut, masyarakat miskin, rentan miskin, dan yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling terdampak dari mewabahnya pandemi Covid-19. Ada 70,53% responden dalam kelompok berpendapatan rendah (<=1,8 jt) mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Pekerja di sektor pariwisata dan transportasi merupakan yang paling terdampak akibat pandemi ini. Wabah COVID-19 telah memukul industri pariwisata dalam negeri.
Adanya pembatasan sosial dan larangan kunjungan wisatawan asing telah menyebabkan penurunan jumlah wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke tempat tujuan wisata di Indonesia.
Lebih lanjut BPS mencatat ada 3 jenis lapangan usaha terdampak yang termasuk ke dalam sektor pariwisata yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor; sektor Transportasi dan Pergudangan; serta sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
Tujuh dari 10 responden yang bekerja di sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengaku mengalami penurunan pendapatan. Di saat yang sama 62,60% responden yang bekerja pada sektor Transportasi dan Pergudangan mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Responden yang bekerja di sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum menjadi responden yang paling terdampak (76,84% mengalami penurunan pendapatan).
Tidak sedikit pelaku usaha yang menutup sementara usahanya bahkan secara permanen akibat kebijakan physical distancing untuk memutus rantai penularan virus corona. Kondisi tersebut berdampak pada kehidupan pekerja di Indonesia.
Hasil survei terhadap lebih dari 87 ribu responden menunjukkan bahwa 2,52% responden survei baru saja mengalami PHK akibat perusahaan/tempat usaha di mana ia bekerja tutup.
Gelombang PHK yang terjadi akibat pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa permintaan terhadap tenaga kerja memang lagi seret. Indikator lain pun menunjukkan hal yang sama. Hal ini dapat dilihat dari sisi pemberi kerja maupun dari sisi pekerja.
Dari sisi pemberi kerja, sepinya iklan lowongan kerja sudah jadi indikator yang menjelaskan bahwa demand memang turun. Berdasarkan analisis big data BPS, iklan lowongan pekerjaan di berbagai industri dalam negeri terus mengalami penurunan jumlah jika dibandingkan awal tahun.
Beralih ke sisi pekerja, gejolak yang melanda saat ini dan membuat pengangguran jumlahnya bertambah memicu pencarian di berbagai mesin pencari menggunakan kata 'Kartu Prakerja' melonjak signifikan di bulan April.
Hal ini mengindikasikan jumlah pekerja yang terdampak juga banyak. Data ini juga mengkonfirmasi terjadinya peningkatan pada jumlah orang yang di PHK selama masa pandemi. Penurunan permintaan tenaga kerja dan gelombang PHK yang terjadi memicu terjadinya penurunan pendapatan masyarakat Tanah Air dan menggerus daya beli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Bos Kapal Wajib Daftarkan Asuransi ABK, Beri Jaminan PHK!
Sebanyak 44,67% responden laki-laki dan 38,55% responden perempuan mengaku bahwa dirinya mengalami penurunan pendapatan akibat terdampak pandemi.
"Tidak sedikit usaha yang gulung tikar, atau melakukan efisiensi biaya produksi dengan mengurangi jumlah karyawan maupun pemotongan gaji karyawan, dan mengambil kebijakan pengurangan shift kerja dan merumahkan sebagian karyawannya. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan pendapatan yang dialami oleh para karyawan" tulis laporan tersebut.
penurunan pendapatan, sementara sebanyak 35,78% responden yang masih bekerja mengatakan mengalami penurunan pendapatan.
Menurut survei tersebut, masyarakat miskin, rentan miskin, dan yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling terdampak dari mewabahnya pandemi Covid-19. Ada 70,53% responden dalam kelompok berpendapatan rendah (<=1,8 jt) mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Pekerja di sektor pariwisata dan transportasi merupakan yang paling terdampak akibat pandemi ini. Wabah COVID-19 telah memukul industri pariwisata dalam negeri.
Adanya pembatasan sosial dan larangan kunjungan wisatawan asing telah menyebabkan penurunan jumlah wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke tempat tujuan wisata di Indonesia.
Lebih lanjut BPS mencatat ada 3 jenis lapangan usaha terdampak yang termasuk ke dalam sektor pariwisata yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor; sektor Transportasi dan Pergudangan; serta sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
Tujuh dari 10 responden yang bekerja di sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengaku mengalami penurunan pendapatan. Di saat yang sama 62,60% responden yang bekerja pada sektor Transportasi dan Pergudangan mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Responden yang bekerja di sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum menjadi responden yang paling terdampak (76,84% mengalami penurunan pendapatan).
Tidak sedikit pelaku usaha yang menutup sementara usahanya bahkan secara permanen akibat kebijakan physical distancing untuk memutus rantai penularan virus corona. Kondisi tersebut berdampak pada kehidupan pekerja di Indonesia.
Hasil survei terhadap lebih dari 87 ribu responden menunjukkan bahwa 2,52% responden survei baru saja mengalami PHK akibat perusahaan/tempat usaha di mana ia bekerja tutup.
Gelombang PHK yang terjadi akibat pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa permintaan terhadap tenaga kerja memang lagi seret. Indikator lain pun menunjukkan hal yang sama. Hal ini dapat dilihat dari sisi pemberi kerja maupun dari sisi pekerja.
Dari sisi pemberi kerja, sepinya iklan lowongan kerja sudah jadi indikator yang menjelaskan bahwa demand memang turun. Berdasarkan analisis big data BPS, iklan lowongan pekerjaan di berbagai industri dalam negeri terus mengalami penurunan jumlah jika dibandingkan awal tahun.
Iklan Lowongan Pekerjaan Terus Turun ![]() |
Beralih ke sisi pekerja, gejolak yang melanda saat ini dan membuat pengangguran jumlahnya bertambah memicu pencarian di berbagai mesin pencari menggunakan kata 'Kartu Prakerja' melonjak signifikan di bulan April.
Hal ini mengindikasikan jumlah pekerja yang terdampak juga banyak. Data ini juga mengkonfirmasi terjadinya peningkatan pada jumlah orang yang di PHK selama masa pandemi. Penurunan permintaan tenaga kerja dan gelombang PHK yang terjadi memicu terjadinya penurunan pendapatan masyarakat Tanah Air dan menggerus daya beli.
Pencarian Kata Kartu Prakerja di Web Browser Melonjak Signifikan ![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Bos Kapal Wajib Daftarkan Asuransi ABK, Beri Jaminan PHK!
Most Popular