Saat Ayam & Pesawat Jadi Biang Keladi Inflasi Mei 2020

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
02 June 2020 12:01
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan Mei 2020 sebesar 0,07%. Inflasi pada bulan Ramadan tahun ini lebih rendah dengan inflasi bulan Ramadan tahun-tahun sebelumnya.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi yang rendah ini disebabkan kondisi tahun ini yang tidak biasa dengan adanya pandemi Covid-19.

"Biasanya di Ramadan permintaan meningkat sehingga harga naik dan inflasi tinggi, dan pada saat ini situasinya enggak biasa," ujarnya melalui teleconference, Selasa (2/6/2020).

Suhariyanto menjelaskan, meski inflasi lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tapi masih ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga saat Ramadan ini. Di antaranya ayam ras, ikan dan bawang merah.



"Bawang merah harga naik dan sumbang inflasi 0,06%, daging ayam ras karena kebutuhan Idul Fitri dan andil 0,03% dan daging sapi dan rokok kretek filter masing-masing beri andil inflasi 0,01%," jelasnya.

Sementara itu, yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di tahun ini adalah sektor transportasi yang tercatat sebesar 0,87% dengan andil 0,10%. Dari sektor ini yang memberikan andil tertinggi ke inflasi adalah tarif angkutan udara.

Menurutnya, tarif angkutan udara menjadi pendorong inflasi karena masih ada penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan pesawat meski ada larangan dari pemerintah.

"Kenaikan tarif angkutan udara terjadi di 30 kota misalnya di Gunung Sitoli naik 38%, sehingga transportasi udara memberikan andil paling besar ke inflasi Mei 2020," tegasnya.



[Gambas:Video CNBC]




(dru) Next Article BI Perkirakan Inflasi Juni Rendah, Cuma 0,02%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular