BI Perkirakan Inflasi Juni Rendah, Cuma 0,02%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 June 2020 13:10
Suasana Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, Senin 15/6.  Untuk mencegah masifnya penyebaran Covid-19 di pasar-pasar tradisional Jakarta, PD Pasar Jaya mengambil beberapa kebijakan diantaranya menutup pasar dan menerapkan aturan ganjil-genap. Salah satunya di pasar Perumnas Klender. Aturan pasar ganjil genap mulai berlaku hari ini. Praktik ganjil-genap di pasar itu  berlaku sesuai dengan nomor kios. Apabila tanggal genap, maka kios yang buka hanya bernomor genap, begitu sebaliknya. Terlihat sejumlah pedagang mentaati aturan wajib menggunakan face shield dan masker ketika berjualan.  Untuk pembeli wajib mengenakan masker. Pasar hanya beroperasi sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Salah satu pedagang kios baju anak dan muslim Guswandi mengatakan adanya peraturan ini membuat  penghasilan berkurang.
Foto: Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan inflasi bulan ini sangat rendah. Penurunan harga sejumlah barang dan jasa membuat laju inflasi secara umum tidak tinggi.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu III Juni 2020, inflasi Juni 2020 diperkirakan sebesar 0,02% (mtm). Lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu 0,07%. Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juni 2020 secara tahun kalender sebesar 0,93% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,79% (yoy).

"Penyumbang utama inflasi pada antara lain berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar 0,13% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,04% (mtm), bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi, antara lain bawang putih -0,04% (mtm), cabai merah -0,03% (mtm), tarif angkutan udara -0,03% (mtm), cabai rawit, jeruk dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02% (mtm); serta minyak goreng dan gula pasir masing-masing sebesar -0,01% (mtm)," sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Jumat (19/6/2020).

Kelompok volatile food mencatat deflasi terutama dipengaruhi koreksi harga beberapa komoditas akibat melambatnya permintaan, memadainya pasokan dan terjaganya distribusi barang. Sementara itu, kelompok administered prices mencatat inflasi terutama didorong peningkatan musiman tarif angkutan udara, tarif kereta api dan rokok kretek filter.

"Ke depan, Bank Indonesia konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dalam sasarannya sebesar 3,0% ± 1% pada 2020 dan 2021," sebut keterangan BI.


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cabai & Tiket Pesawat Biang Kerok Inflasi Desember 0,45%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular