
Tragedi George Floyd, Jordan: Saya Sangat Sedih & Marah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Juara enam kali liga basket NBA, Michael Jordan, akhirnya membuat pernyataan politik yang langka setelah kematian George Floyd dalam tahanan polisi di Minneapolis, Minnesota, AS. Kematian George Floyd kembali memicu rasisme di AS dan menyebabkan protes di seluruh negara bagian.
Jordan, yang musim terakhirnya bermain bersama klub Chicago Bulls dijadikan film dokumenter terbaru berjudul The Last Dance, menulis pernyataan yang dirilis di akun Twitter Charlotte Hornets, tim NBA yang ia miliki.
"Saya sangat sedih, benar-benar sedih dan benar-benar marah," tulisnya. "Saya mendukung orang-orang yang menyerukan rasisme dan kekerasan yang mendarah daging terhadap orang kulit berwarna di negara kita. Kami sudah cukup.
"Saya tidak punya jawaban, tetapi suara kolektif kami menunjukkan kekuatan dan ketidakmampuan untuk dibagi oleh orang lain. Kita harus saling mendengarkan, menunjukkan belas kasih dan empati dan tidak pernah berbalik pada kebrutalan yang tidak masuk akal.
"Hati saya tertuju pada keluarga George Floyd dan kepada banyak orang yang tak terhitung jumlahnya yang hidupnya telah diambil secara brutal dan tidak masuk akal melalui tindakan rasisme dan ketidakadilan," kata Jordan, sang legenda basket dunia itu, dikutip South China Morning Post.
Pernyataan itu juga diunggah ulang oleh akun merek pakaian olahraga Jordan, yang juga mengunggah iklan Nike. Iklan ini mendorong aktivisme turun ke jalan pada Jumat pekan lalu, dengan pesan "Jadilah bagian dari perubahan".
[Gambas:Twitter]
"Saya memuji Muhammad Ali karena membela apa yang dia yakini," kata Jordan dalam seri ESPN-Netflix. "Tapi saya tidak pernah menganggap diri saya sebagai seorang aktivis. Saya menganggap diri saya sebagai pemain bola basket. "
Sejak pensiun dari permainan, Jordan menjadi lebih blak-blakan, termasuk pernyataan pada 2016 terhadap kematian warga Afrika-Amerika di tangan polisi.
"Saya sedih dan frustrasi dengan ketegangan retoris ini dan rasial yang memecah-belah yang tampaknya semakin buruk akhir-akhir ini," kata Jordan dalam pernyataan itu.
"Saya tahu negara ini lebih baik dari itu, dan saya tidak bisa lagi diam. Kita perlu menemukan solusi yang memastikan orang kulit berwarna menerima perlakuan yang adil dan setara DAN bahwa petugas polisi - yang mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari untuk melindungi kita semua - dihormati dan didukung.
"Selama tiga dekade terakhir saya telah melihat dari dekat dedikasi para petugas penegak hukum yang melindungi saya dan keluarga saya. Saya sangat menghormati pengorbanan dan pelayanan mereka. Saya juga mengakui bahwa bagi banyak orang kulit berwarna, pengalaman mereka dengan penegakan hukum, berbeda dari pengalaman saya.
"Saya telah memutuskan untuk buka suara dengan harapan bahwa kita dapat bersatu sebagai orang Amerika, dan melalui dialog dan edukasi yang damai, mencapai perubahan yang konstruktif."
Jordan juga menyumbangkan US $ 1 juta untuk organisasi nasional untuk perjuangan orang kulit berwarna atau NAACP (National Association for the Advancement of Colored People) dan organisasi-organisasi yang meningkatkan hubungan antara komunitas Afrika-Amerika dan polisi.
Di tempat lain pada Minggu, LeBron James dan seluruh pemain Los Angeles Lakers semuanya mengunggah pesan di media sosial. "Mengapa Amerika Tidak Suka KAMI !!!!! ???? TERLALU," bunyi cuitan itu.
James telah mengunggah foto Floyd yang sedang berlutut oleh petugas polisi di samping foto Colin Kaepernick yang berlutut sebagai protes selama lagu kebangsaan dengan tulisan "Apakah kamu mengerti SEKARANG !! ?? !! ??"
Colin Rand Kaepernick adalah pemain football Amerika, sekaligus aktivis.
Amerika Serikat (AS) kini dilanda protes keras dari masyarakat selama beberapa hari. Bahkan di beberapa negara bagian protes itu berujung kerusuhan, seperti bentrok dengan petugas, pembakaran hingga penjarahan.
Setidaknya, dikutip dari CNN International, ada tiga negara bagian sudah menyatakan status darurat. Sementara itu, 40 kota juga dikabarkan menerapkan jam malam
George Floyd adalah seorang pria kulit hitam berusia 46 tahun. Ia tewas usai lehernya ditekan oleh lutut Derek Chauvin, salah satu dari empat polisi Minneapolis yang menahannya.
Sebagaimana dilansir AFP, George ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai US$ 20 (Rp 292 ribu) pada Senin (25/5/2020) lalu. Penangkapan George yang terekam dalam sebuah video yang menjadi viral tersebut memperlihatkan Chauvin menekan leher George.
Padahal ia dalam keadaan sedang diborgol dan menelungkup di pinggir jalan, selama kurang lebih tujuh menit. Dalam video itu terlihat George berkali-kali merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas.
Ia bahkan sempat menangis dan memanggil ibunya sesaat sebelum tewas. "Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas... Mama. Mama," ujar George diiringi dengan rintihan sebelum tewas.
Beberapa masyarakat yang berada di lokasi kejadian meminta Chauvin untuk melepaskan lututnya dari leher George. Sayangnya permintaan tersebut tidak diindahkan.
Saat George tidak lagi bergerak dan merintih, ia langsung dibawa ke rumah sakit dengan mobil ambulan. Sesampainya di rumah sakit Hennepin County Medical Center, George dinyatakan meninggal dunia.
(tas/tas) Next Article Washington DC Mencekam, Demonstran Dekati Gedung Putih
