Internasional

Heboh Anti-Asia di Amerika, Ini 'Biang Kerok' Penyebabnya

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 March 2021 11:44
Protesters Dana Liu, center front, and Kexin Huang, right, both of Newton, Mass., display placards during a rally held to support Stop Asian Hate, Sunday, March 21, 2021, in Newton. A gunman has been charged with killing eight people at three Atlanta-area massage parlors in an attack Tuesday, March 16. Seven of the eight people killed in the attacks were women, six were of Asian descent. (AP Photo/Steven Senne) Foto: AP/Steven Senne

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejahatan rasial terhadap orang Asia dan keturunanya diĀ Amerika Serikat (AS) meningkat tajam. Ini terjadi sejak dimulainya pandemi global virus corona (Covid-19) awal 2020.

Fakta bahwa wabah pertama Covid-19 dilaporkan di Wuhan, China menjadi alasan. Sikap mantan presiden Donald Trump yang berkuasa saat itu, bahkan menyebutnya virus China, juga meningkatkan rasisme orang Asia di Negeri Paman Sam.

Data Stop AAPI Hate, organisasi yang melacak insiden kebencian dan diskriminasi terhadap orang Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik, mencatat setidaknya ada 500 insiden dalam dua bulan pertama tahun ini. Jika dilihat setahun terakhir, tentu angkanya lebih besar, mencapai 3.795 keluhan.

Mayoritas laporan mencatat 68% merupakan pelecehan verbal. Sementara 11% melibatkan serangan fisik.

Kasus terbaru merupakan penembakan dan pembunuhan oleh warga Amerika terhadap delapan orang di area spa di Atlanta pada Selasa (16/3/2021) malam waktu setempat. Enam di antaranya adalah wanita Asia-Amerika.

Dalam beberapa minggu terakhir juga muncul beberapa laporkan kematian orang Asia di AS. Salah satunya pembunuhan seorang imigran Thailand berusia 87 tahun, Vichar Ratanapakdee, serta penyerangan brutal terhadap seorang pria berusia 67 tahun di San Francisco yang tidak disebutkan namanya secara publik.

Selanjutnya ada pemukulan terhadap seorang pria bernama Denny Kim berusia 27 tahun di Koreatown Los Angeles. Denny mengatakan para penyerangnya berteriak, "Kamu mengidap Virus China, kembali ke China".

Pada tahun 2020, menurut data New York City Police Department (NYPD), ada 29 serangan bermotivasi rasial terhadap orang Asia-Amerika di New York City. Sebanyak 24 kasus di antaranya digambarkan memiliki "motivasi virus corona."

Gelombang kekerasan yang meningkat terhadap orang Asia menuntun banyak orang ke arah motif rasial setelah berita tentang pembunuhan di wilayah Atlanta tersiar ke penjuru negeri.

Bukan Hal Baru

Namun, kasus rasis terhadap orang Asia di Amerika tidak muncul baru-baru ini. Dilansir dari The Washington Post, kasus rasis terhadap Asia di Amerika sudah berlangsung sejak beberapa abad lalu.

Kiasan itu berasal dari tahun 1700-an, ketika para dokter Tiongkok membuat gambar epidemiologis terperinci dari korban cacar. Namun beberapa tahun kemudian, hal ini secara tidak masuk akal, malah diklaim oleh Prancis.

Ini diklaimĀ  sebagai bukti keunggulan pengobatan Eropa. Muncul gagasan rasis bahwa orang China adalah ras kotor dan pembawa penyakit mematikan.

Hal ini sangat miris. Karena pada saat yang sama, orang Eropa merupakan penderita cacar dan campak yang menyebabkan musnahnya populasi penduduk asli di seluruh Amerika dan Pasifik.

Pada abad ke-19, negara-negara Eropa, yang putus asa untuk mengeksploitasi kekayaan Asia, memaksa Jepang dan China dibuka. Mereka memulai perdagangan opium untuk sutra, teh, dan perak, dan ketika China berusaha mengakhirinya dengan membuat narkotika ilegal, kekuatan asing memulai dua Perang Candu berturut-turut.

Hilangnya China dari kedua perang tersebut membuka lebih jauh bagi kepentingan bisnis Eropa dan Amerika, yang menghidupkan kembali gagasan bahwa orang China lemah dan menderita. Perang menggerakkan migrasi, dan stereotip ketidakmurnian dan kontaminasi mengikuti para migran ke Amerika, di mana mereka dipaksa ke permukiman terpisah secara rasial yang terkadang tumbuh menjadi Chinatown, Japantowns dan Filipino Towns.

Bertahun-tahun kebrutalan pun terjadi kepada warga Asia di sana. Pada tahun 1886 saja, massa membakar setidaknya selusin Chinatown di California hingga rata dengan tanah.

Serangkaian undang-undang yang disahkan juga dibuat untuk membatasi hak-hak sipil orang Asia-Amerika. Termasuk akses ke pendidikan, praktik budaya, dan aktivitas bisnis.

Terdapat pula undang-undang yang dimaksudkan untuk menegakkan kemurnian pria kulit putih atau white supremacist propaganda. California mengesahkan undang-undang anti-miscegenation yang melarang pernikahan antara orang kulit putih dan "negro, mulatto, atau Mongolia".

Undang-undang semacam itu mencapai puncaknya pada Undang-Undang Pengecualian China tahun 1882. Itu untuk pertama kalinya undang-undang federal AS berupaya mengecualikan suatu kelompok etnis.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Rasisme Anti Asia di Amerika


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading