Jelang New Normal: DKI & Jabar Lumayan, Jatim Perlu Perhatian

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2020 08:45
Penyekatan di wilayah perbatasan Bekasi-Karawang, Jawa Barat, Jumat (29/5/2020). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Penyekatan di wilayah perbatasan Bekasi-Karawang, Jawa Barat, Jumat (29/5/2020). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mulai pekan depan, Indonesia akan bersiap menyambut kenormalan baru alias new normal. Setelah berbulan-bulan masyarakat 'terpenjara' karena penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), keran aktivitas mulai dibuka sedikit demi sedikit.

Pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerbitkan Peraturan Pemerintah mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada akhir Maret lalu. PSBB mengamanatkan peliburan sekolah dan perkantoran non-esensial serta pembatasan transportasi umum.



Daerah pertama yang mengimplementasikan PSBB adalah Provinsi DKI Jakarta. Kini sudah lebih dari 20 daerah yang menerapkan kebijakan tersebut.

Sejak pemberlakuan PSBB, laju pertumbuhan kasus corona di Tanah Air melambat. Selama 2-31 Maret, rata-rata penambahan pasien positif corona nyaris 30% per hari.

Namun sejak PSBB berlaku, lajunya melambat sangat signifikan. Pada 1 April-30 Mei, persentase pertumbuhan kasus adalah 4,85% per hari.






Pembatasan sosial membuat aktivitas publik sangat terbatas karena pemerintah menganjurkan masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah saja. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 tercatat tidak sampai 3%, terendah sejak 2001,

Pada kuartal II-2020 kemungkinan besar angkanya akan lebih parah lagi. Bahkan sejumlah kalangan memperkirakan ada kontraksi (pertumbuhan negatif).

Belum lagi bicara soal Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pengusaha besar, sedang, kecil, sampai mikro kelimpungan karena orang-orang yang #dirumahaja membuat penjualan menurun tajam sementara komponen biaya terus berjalan. Efisiensi terpaksa dilakukan, salah satunya dengan PHK.



Dengan pertimbangan sosial-ekonomi plus penyebaran virus yang mulai melambat, Presiden Jokowi ingin agar Indonesia bisa segera kembali menggulirkan aktivitas publik. Namun tidak bisa sebebas dulu, tetap ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mengutamakan kebersihan. Hidup berkompromi dengan virus corona ini disebut dengan new normal.

"Kita ingin tetap produktif, tapi aman Covid-19. Dalam menuju tatanan baru itu kita juga melihat angka-angka, melihat fakta di lapangan," kata Kepala Negara, baru-baru ini.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengumumkan ada 102 kabupaten/kota yang sudah masuk kategori zona hijau dan siap menjalankan new normal. Sementara Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat akan mengakhiri masa PSBB masing-masing pada 4 Juni dan 12 Juni.

[Gambas:Video CNBC]



Bagaimana data penyebaran virus corona di Indonesia jelang new normal? Apakah di daerah-daerah berkategori hotspot masih terjadi penyebaran yang tinggi?

Tiga provinsi dengan kasus corona terbanyak di Tanah Air adalah DKI Jakarta (7.229 pasien), Jawa Timur (4.613), dan Jawa Barat (2.231). Ketiganya menyumbang 54,6% dari kasus corona di seluruh Indonesia.

Di Jakarta, sepertinya penyabaran virus corona semakin terkendali. Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa total pasien positif corona di Ibu Kota per 30 Mei adalah 7.151 orang. Bertambah 98 orang atau 1,39% dibandingkan hari sebelumnya.

Selama hampir dua pekan terakhir, persentase kenaikan kasus corona di Jakarta sudah terjaga di bawah 2% per hari. Bahkan ada kalanya pertumbuhan kasus bisa di bawah 1%.

Penerapan PSBB membuahkan hasil manis. Sebelum PSBB di Jakarta berlaku pada 10 April, rata-rata pertumbuhan kasus corona mencapai 11,14% per hari. PSBB membuatnya turun drastis menjadi 2,87% per hari.




Jawa Timur yang masih agak mengkhawatirkan. Per 30 Mei, jumlah pasien positif corona di Jawa Timur adalah 4.613 orang, bertambah 91 orang (2,01%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kenaikan 2,01% memang yang terendah sejak 26 Mei, tetapi laju pertumbuhan kasus di Jawa Timur belum stabil. Bahkan ada kalanya kasus bertambah 20% dalam sehari, seperti pada 21 Mei.

Dalam dua pekan terakhir, rata-rata penambahan kasus corona di Jawa Timur adalah 5,88% per hari. Lumayan jauh di atas Jakarta.




Oleh karena itu, Jokowi sampai memberikan perhatian khusus kepada provinsi tersebut. "Saya ingin Gugus Tugas dan Kementerian fokus pada provinsi yang memiliki kasus baru yang cukup tinggi. Di Jawa dibantu, diberikan dukungan penuh untuk Provinsi Jawa Timur," kata Jokowi belum lama ini.

Sementara di Jawa Barat, jumlah pasien positif corona per 30 Mei adalah 2.231 orang, bertambah 20 orang atau 0,9% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Kenaikan 0,9% adalah yang terendah sejak 26 Mei.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pertumbuhan kasus corona di Jawa Barat adalah 2,33% per hari. Jawa Barat sempat mengalami pertumbuhan kasus 10,35% pada 20 Mei, tetapi sejak saat itu berhasil ditekan sampai di bawah 1%.




Selama 14 hari terakhir, rata-rata pertumbuhan kasus corona secara nasional adalah 3,01% per hari. Jakarta dan Jawa Barat sudah di bawah itu, Jawa Timur yang masih lebih tinggi.

Berbagai data tersebut tentu layak menjadi pertimbangan ketika pemerintah ingin menerapkan new normal. Situasi di daerah masih bervariasi, sehingga penerapan new normal tidak bisa dipukul rata.

Di antara tiga provinsi berstatus hotspot saja berbeda. Jakarta dan Jawa Barat mungkin sudah siap untuk pelonggaran dengan tetap memperhatikan berbagai protokol kesehatan, tetapi Jawa Timur rasanya perlu mendapatkan penanganan lebih intensif.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular