Trump Ingin AS 'Cerai' dengan China? Bisa, tapi Ngeri Juga...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 May 2020 06:20
Kunjungan Trump ke India (AP Photo/Alex Brandon)
Presiden AS Donald Trump (AP Photo/Alex Brandon)
Pertama dari sisi fiskal. Dulu China adalah pemegang obligasi pemerintah AS yang paling banyak. Sekarang pun nilai surat utang pemerintah AS yang dimiliki masih sangat besar, lebih dari US$ 1 triliun.

Akan tetapi, sekarang Jepang adalah pemilik US Traasury Bonds terbanyak. Kepemilikan China di obligasi pemerintah AS terus turun.

debtUS Treasury


Pada Maret 2020, kepemilikan China berkurang 3,47% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada saat yang sama, kepemilikan negara lain meningkat.

Jepang bertambah 17,96%, Inggris naik 24,66%, Luxembourg tumbuh 691%, Hong Kong terkerek 17,37%, Swiss terangkat 8.09%, dan Belgia terdongrak 10,45%. Jadi, berkurangnya kepemilikan China bisa ditutup oleh kenaikan negara-negara lain. Ketergantungan pemerintah AS terhadap utangan dari China berangsur menurun.

Namun bagaimana pun China memang memegang big chunk dari obligasi pemerintah AS. Kalau duit US$ 1 triliun lebih keluar dari pasar obligasi AS, apalagi pada saat bersamaan (sudden revesal), maka pasar keuangan AS niscaya bukan cuma goyang tetapi gempa besar dengan tsunami.

Kalau pasar keuangan AS gempa, maka dampaknya bisa ke seluruh dunia. Investor akan dilanda kepanikan sehingga menciptakan guncangan di pasar keuangan berbagai negara, termasuk Indonesia tentunya.



Sepertinya isu ini menjadi batu sandungan utama kalau AS ingin memutus tali silaturahmi dengan China. Sebab kalau melihat aspek lainnya, AS mungkin lebih siap berjalan tanpa China. 

Misalnya dari sisi perdagangan. China memang mitra dagang terbesar ketiga bagi AS, hanya kalah dari Meksiko dan Kanada. Porsi China juga lumayan tinggi yaitu 10,1%. 



Namun kalau melihat ekspor saja, peran China jauh di bawah Kanada dan Meksiko. Pada Januari-Maret 2020, ekspor AS ke China tercatat US 22 miliar atau 5,6% dari total ekspor.



Selain itu, ekspor AS ke China juga turun dalam tren turun. Pada Maret 2020, ekspor AS ke China terkontraksi (tumbuh negatif) -23,54% secara year-on-year (YoY). Bulan sebelumnya, terjadi penurunan -19,19%. Setidaknya sejak awal 2018 ekspor AS ke China lebih banyak mengalami kontraksi ketimbang ekspansi.



Oleh karena itu, sepertinya AS sudah berpaling dari China sebagai negara tujuan ekspor utama mereka. Toh ekspor AS ke China dalam tren turun, sehingga sangat mungkin untuk digantikan oleh negara lain.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular