
Geopolitik Pasca Corona: Akankah China Jadi Musuh Bersama?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 May 2020 10:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) benar-benar luar biasa. Bahkan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini bisa mengubah tatanan dunia.
Dari sisi kecepatan dan cakupan, penyebaran virus corona memang luar biasa. Dalam waktu kurang dari lima bulan, jumlah pasien positif corona mencapai lebih dari 4,2 juta orang. Dari jumlah tersebut, hampir 300.000 orang kehilangan nyawa.
Kini virus corona sudah menjangkiti lebih dari 200 negara dan teritori. Nyaris tidak ada tempat yang aman.
Awalnya wabah virus corona adalah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun lama-lama berkembang menjadi masalah sosial-ekonomi yang maha berat.
Demi meredam penyebaran virus corona, pemerintah di berbagai negara memberlakukan pembatasan sosial (social distancing). Intinya aktivitas dan mobilitas warga benar-benar dibatasi, disarankan atau bahkan diperintahkan #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.
Social distancing, yang mencegah manusia untuk berkumpul dan berkerumun, berimplikasi kepada penutupan sementara perkantoran, pabrik, sekolah, lokasi wisata, rumah ibadah, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Hasilnya adalah aktivitas ekonomi yang mati suri.
Pada kuartal I-2020, berbagai negara melaporkan angka kinerja ekonomi yang jeblok. Amerika Serikat (AS) mencatatkan kontraksi (pertumbuhan negatif) -4,8%, pencapaian terburuk sejak Depresi Besar pada 1930-an.
Lalu Zona Euro membukukan kontraksi ekonomi -3,8%. China tidak kalah menderita, dengan kontraksi ekonomi yang mencapai -6,8%.
Belum lagi soal pengangguran. Pada April 2020, tingkat pengangguran di AS mencapai 14,7%, tertinggi sejak Perang Dunia II.
Dari sisi kecepatan dan cakupan, penyebaran virus corona memang luar biasa. Dalam waktu kurang dari lima bulan, jumlah pasien positif corona mencapai lebih dari 4,2 juta orang. Dari jumlah tersebut, hampir 300.000 orang kehilangan nyawa.
Kini virus corona sudah menjangkiti lebih dari 200 negara dan teritori. Nyaris tidak ada tempat yang aman.
Awalnya wabah virus corona adalah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun lama-lama berkembang menjadi masalah sosial-ekonomi yang maha berat.
Demi meredam penyebaran virus corona, pemerintah di berbagai negara memberlakukan pembatasan sosial (social distancing). Intinya aktivitas dan mobilitas warga benar-benar dibatasi, disarankan atau bahkan diperintahkan #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.
Social distancing, yang mencegah manusia untuk berkumpul dan berkerumun, berimplikasi kepada penutupan sementara perkantoran, pabrik, sekolah, lokasi wisata, rumah ibadah, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Hasilnya adalah aktivitas ekonomi yang mati suri.
Pada kuartal I-2020, berbagai negara melaporkan angka kinerja ekonomi yang jeblok. Amerika Serikat (AS) mencatatkan kontraksi (pertumbuhan negatif) -4,8%, pencapaian terburuk sejak Depresi Besar pada 1930-an.
Lalu Zona Euro membukukan kontraksi ekonomi -3,8%. China tidak kalah menderita, dengan kontraksi ekonomi yang mencapai -6,8%.
Belum lagi soal pengangguran. Pada April 2020, tingkat pengangguran di AS mencapai 14,7%, tertinggi sejak Perang Dunia II.
Next Page
China Jadi Sasaran Kemarahan
Pages
Most Popular