
Geopolitik Pasca Corona: Akankah China Jadi Musuh Bersama?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 May 2020 10:53

Disulut kemarahan akibat dampak virus corona yang begitu luar biasa baik dari aspek kesehatan, kemanusiaan, sampai sosial-ekonomi, beberapa negara mulai frustrasi dan mencari pelampiasan. China adalah target utama, karena virus corona berawal dari negara tersebut.
Presiden AS Donald Trump dan para pembantunya beberapa kali menegaskan bahwa mereka punya bukti virus corona bermula dari laboratorium penelitian di Kota Wuhan. Selain itu, risiko penularan virus juga tinggi karena hewan liar dijual untuk dikonsumsi di pasar tradisional kota tersebut.
Teranyar, sang presiden ke-45 Negeri Adidaya dikabarkan sedang menyiapkan sanksi buat China. Seorang anggota Senat AS mengungkapkan, pemerintah sedang mematangkan Rancangan Undang-undang Pertanggungjawaban Covid-19 (Covid-19 Accountability Act).
Dalam RUU tersebut, China disebut harus bertanggung jawab penuh dan siap menjalani penyelidikan yang dipimpin oleh AS, sekutunya, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). China juga bisa didesak untuk menutup pasar tradisional yang menyebabkan risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia menjadi sangat tinggi.
RUU itu juga mengatur sanksi bagi China. Misalnya pembekuan aset warga negara dan perusahaan China di AS, larangan masuk dan pencabutan visa, larangan individu dan perusahaan China untuk mendapatkan kredit, sampai melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS.
Tidak hanya AS, negara lain pun menjadikan China sebagai sasaran tembak. Australia pun melakukan hal serupa. Marise Payne, Menteri Luar Negeri Australia, menegaskan bahwa China harus transparan dan membuka semua yang mereka ketahui tentang virus corona.
"Perhatian saya terhadap transparansi dari China saat ini sangat tinggi. Saya percaya kepada China, tetapi perhatian saya adalah memastikan bahwa kami layak untuk saling membuka diri," tegas Payne dalam wawancara bersama ABC, yang dikutip oleh Reuters.
(aji/aji)
Presiden AS Donald Trump dan para pembantunya beberapa kali menegaskan bahwa mereka punya bukti virus corona bermula dari laboratorium penelitian di Kota Wuhan. Selain itu, risiko penularan virus juga tinggi karena hewan liar dijual untuk dikonsumsi di pasar tradisional kota tersebut.
Teranyar, sang presiden ke-45 Negeri Adidaya dikabarkan sedang menyiapkan sanksi buat China. Seorang anggota Senat AS mengungkapkan, pemerintah sedang mematangkan Rancangan Undang-undang Pertanggungjawaban Covid-19 (Covid-19 Accountability Act).
RUU itu juga mengatur sanksi bagi China. Misalnya pembekuan aset warga negara dan perusahaan China di AS, larangan masuk dan pencabutan visa, larangan individu dan perusahaan China untuk mendapatkan kredit, sampai melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS.
Tidak hanya AS, negara lain pun menjadikan China sebagai sasaran tembak. Australia pun melakukan hal serupa. Marise Payne, Menteri Luar Negeri Australia, menegaskan bahwa China harus transparan dan membuka semua yang mereka ketahui tentang virus corona.
"Perhatian saya terhadap transparansi dari China saat ini sangat tinggi. Saya percaya kepada China, tetapi perhatian saya adalah memastikan bahwa kami layak untuk saling membuka diri," tegas Payne dalam wawancara bersama ABC, yang dikutip oleh Reuters.
(aji/aji)
Next Page
China Bakal Jadi Musuh Dunia?
Pages
Most Popular