Internasional

Soal Harga Remdesivir Obat Covid-19, Ini Kata Gilead Sciences

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 May 2020 16:30
Gilead Sciences headquarters are seen on Thursday, April 30, 2020, in Foster City, Calif. White House health advisor Dr. Anthony Fauci said Wednesday, April 29 that data from a coronavirus drug trial testing Gilead Sciences' antiviral drug remdesivir showed
Foto: Gilead Sciences (AP/Ben Margot)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gilead Sciences Inc, perusahaan yang berhasil membuat satu-satunya pengobatan yang bisa membantu menyembuhkan pasien terinfeksi virus corona (COVID-19), perlu mempertimbangkan harga yang pantas untuk obat corona buatannya.

Obat yang diberi nama remdesivir itu baru mendapat izin dari otoritas kesehatan Amerika Serikat (AS) untuk digunakan pada pasien Covid-19 bulan lalu.

Menurut analis Wall Street, dari penjualan remdesivir di seluruh dunia tahun depan, perusahaan yang berbasis di AS itu bisa meraup sebesar US$ 750 juta atau lebih. Pendapatannya dari penjualan obat itu bahkan bisa bertambah mencapai US$ 1,1 miliar pada tahun 2022, dengan asumsi pandemi berlanjut.


Namun demikian, Gilead dan perusahaan pembuat obat lain, perlu menghindari kesan mengambil keuntungan dari krisis kesehatan global ini, kata seorang konsultan industri farmasi dan mantan regulator negara itu.

"Ini adalah peluang luar biasa bagi produsen obat-obatan untuk meningkatkan citra industri," kata Ed Schoonveld, pakar penetapan harga obat di perusahaan konsultan ZS Associates. "Ada fokus yang sangat negatif pada harga obat."

Saat ini ada beberapa pihak yang telah menyarankan angka yang pantas untuk pengobatan Covid-19 menggunakan remdesivir buatan Gilead. Salah satunya adalah Institute for Clinical and Economic Review (ICER). Lembaga ini mengatakan harga obat harus disesuaikan dengan keefektifannya. Oleh karenanya mereka menyarankan harga maksimum per terapi pengobatan 10 hari adalah sebesar US$ 4.500 atau sekitar RP 67,5 juta.

Sementara itu, menurut kelompok advokasi konsumen Public Citizen, remdesivir harus dihargai sebesar US$ 1 per hari perawatan. "Itu lebih dari biaya pembuatan dalam skala dengan keuntungan yang wajar untuk Gilead." jelasnya, menurut Reuters.

Namun demikian, beberapa investor Wall Street memproyeksikan Gilead akan mematok harga perawatan US$ 4.000 per pasien atau lebih tinggi untuk mendapat untung yang lebih besar dari biaya pengembangan remdesivir. Gilead telah memperkirakan biaya pengembangan obat coronanya akan mencapai sekitar US$ 1 miliar.


Sebelumnya, CEO Gilead, Daniel O`Day belum membahas mengenai harga obat buatan perusahaan. Ia hanya mengatakan bahwa perusahaan telah menyumbangkan remdesivir yang cukup untuk setidaknya 140.000 pasien untuk didistribusikan oleh pemerintah AS ke rumah sakit secara nasional.

Pada pertemuan dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada hari Jumat, O'Day juga berjanji untuk menyediakan terapi bagi mereka yang membutuhkan.

Perusahaan yang pernah dikritik karena mematok harga tinggi untuk obat buatannya pada 2013 lalu ini, menargetkan untuk meningkatkan produksi di seluruh dunia untuk memasok obat lebih dari satu juta pasien virus corona pada akhir tahun. Jumlahnya diharapkan perusahaan akan naik menjadi beberapa juta pada tahun 2021, jika diperlukan. Perusahaan belum mengungkapkan rencana penetapan harganya.

"Saya pikir ini pasti akan membantu reputasi industri," kata O'Day pada panggilan konferensi baru-baru ini dengan investor. "Saya tidak mengatakan bahwa tidak akan terus ada fokus dan tekanan pada harga obat-obatan ... tetapi sekarang sedang dilakukan dengan cara di mana kita dapat memiliki apresiasi untuk inovasi yang dibawakan industri."

Gilead pada hari Selasa mengatakan bahwa pihaknya sedang berbicara dengan produsen kimia dan obat-obatan untuk memproduksi remdesivir untuk Eropa, Asia dan negara lainnya sampai setidaknya tahun 2022.

Perusahaan juga mengatakan sedang merundingkan lisensi sukarela dengan pembuat obat generik di India dan Pakistan, yang akan menghasilkan pasokan remdesivir dengan biaya produksi yang lebih rendah untuk negara berkembang.


[Gambas:Video CNBC]


 


(res/roy) Next Article Obati COVID-19, Gilead Siap Sebar 50 Ribu Remdesivir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular