
Ekonomi Nyungsep Gegara Corona, PHK Bertambah di Mana-mana
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2020 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) adalah sebuah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun pandemi ini juga bisa membikin dapur jutaan orang tidak bisa mengebul.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona per 27 April 2020 mencapai 2.878.196 orang. Dari jumlah tersebut, 198.668 orang meninggal dunia (tingkat kematian/mortality rate 6,9%).
Pasien dan korban jiwa akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin banyak. Namun 'korban' virus corona di luar aspek kesehatan ternyata jauh lebih banyak.
Penyebaran virus corona yang luas dan cepat membuat pemerintah bereaksi dengan membatasi mobilitas dan interaksi masyarakat. Pabrik dan kantor ditutup, sekolah diliburkan, restoran tidak menerima makan-minum di tempat, dan sebagainya. Pokoknya segala aktivitas yang membuat orang berkumpul (apalagi dalam jarak dekat di ruangan tertutup) menjadi tabu.
Di satu sisi, pembatasan sosial (social distancing) ini berhasil menyelamatkan nyawa. Terbukti kasus baru semakin menunjukkan tren penurunan.
Namun di sisi lain, social distancing membuat ekonomi menjadi mati suri. Akibatnya, jutaan orang kehilangan pekerjaan, jadi 'korban' Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Data terbaru di Prancis menunjukkan jumlah pengangguran pada Maret 2020 adalah 3,48 juta jiwa. Bertambah 243.000 dibandingkan bulan sebelumnya, dan menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak 1996.
Sementara di Jepang, tingkat pengangguran pada Maret 2020 adalah 2,5%. Ini menjadi yang tertinggi sejak Maret tahun lalu.
Jumlah penganggur di Negeri Matahari Terbit bulan lalu tercatat 1,76 juta orang. Naik 20.000 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kondisi pasar tenaga kerja sepertinya akan lebih buruk pada April, Maret adalah awal dari penurunan. Tidak diragukan lagi, jumlah penganggur akan naik dan lapangan kerja menyusut pada April," tegas Atsushi Takeda, Kepala Ekonom Itochu Research Institute, sebagaimana diberitakan Reuters.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona per 27 April 2020 mencapai 2.878.196 orang. Dari jumlah tersebut, 198.668 orang meninggal dunia (tingkat kematian/mortality rate 6,9%).
Pasien dan korban jiwa akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin banyak. Namun 'korban' virus corona di luar aspek kesehatan ternyata jauh lebih banyak.
Di satu sisi, pembatasan sosial (social distancing) ini berhasil menyelamatkan nyawa. Terbukti kasus baru semakin menunjukkan tren penurunan.
Namun di sisi lain, social distancing membuat ekonomi menjadi mati suri. Akibatnya, jutaan orang kehilangan pekerjaan, jadi 'korban' Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Data terbaru di Prancis menunjukkan jumlah pengangguran pada Maret 2020 adalah 3,48 juta jiwa. Bertambah 243.000 dibandingkan bulan sebelumnya, dan menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak 1996.
Sementara di Jepang, tingkat pengangguran pada Maret 2020 adalah 2,5%. Ini menjadi yang tertinggi sejak Maret tahun lalu.
Jumlah penganggur di Negeri Matahari Terbit bulan lalu tercatat 1,76 juta orang. Naik 20.000 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kondisi pasar tenaga kerja sepertinya akan lebih buruk pada April, Maret adalah awal dari penurunan. Tidak diragukan lagi, jumlah penganggur akan naik dan lapangan kerja menyusut pada April," tegas Atsushi Takeda, Kepala Ekonom Itochu Research Institute, sebagaimana diberitakan Reuters.
Next Page
Ekonomi Nyungsep Dulu Sebelum Bangkit
Pages
Most Popular