Riset

Menelusuri Jejak Penyebaran Corona di RI, Benar DKI Melambat?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2020 03:42
Warga dan pelayan Brooklyn, Casey Stewart, mengintip dari topeng ski yang ia adaptasi untuk melindungi dirinya dari virus corona (AP/Kathy Willens)
Foto: Warga dan pelayan Brooklyn, Casey Stewart, mengintip dari topeng ski yang ia adaptasi untuk melindungi dirinya dari virus corona (AP/Kathy Willens)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju pertumbuhan kasus virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia relatif rendah dan terkendali. Namun data tersebut mengandung setidaknya dua kemungkinan.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 26 April adalah 2.804.796 orang. Bertambah 3,12% dibandingkan posisi per hari sebelumnya.

Memang masih bertambah, tetapi kalau melihat persentase laju pertumbuhannya secara harian sebenarnya sudah sangat terkendali di kisaran 2-3% sejak 19 April. Sudah jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian selama 21 Januari-26 April yaitu 10,81%.





Inilah mengapa frasa the curve has flatten begitu banyak terdengar. Kunci dari pengendalian pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini adalah dengan menekan penyebarannya. Tidak bisa langsung, tetapi bertahap.

Oleh karena itu, membuat kurva kasus menjadi lebih landai adalah tujuan dari para pengambil kebijakan. Sekarang itu sudah terwujud, tinggal menjaga agar tidak melonjak lagi dan terus menekannya sampai terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif).

NEXT >> Jakarta Melambat (Halaman Selanjutnya)




Bagaimana dengan di Indonesia? Well, trennya ternyata sama.

WHO mencatat jumlah kasus corona di Tanah Air per 26 April adalah 8.607. Bertambah 4,82% dibandingkan posisi per hari sebelumnya.

Sejak 13 April, persentase laju pertumbuhan kasus harian sudah terjaga di level satu digit. Jauh lebih rendah dibandingkan rerata pertumbuhan harian selama 3 Maret-26 April yaitu 19,55%.




Di Indonesia, kasus corona terbanyak adalah di DKI Jakarta. Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jakarta menyebutkan per 27 April terdapat 3.832 kasus corona di Ibu Kota. Jakarta menyumbang lebih dari 40% kasus secara nasional.

Namun ditilik dari sisi persentase pertumbuhan kasus secara harian, data Jakarta tidak jelek-jelek amat. Sejak 10 April, persentase laju pertumbuhan kasus harian stabil di kisaran 1%. Bahkan ada kecenderungan menurun lho.





NEXT >> Dua Kemungkinan (Halaman Selanjutnya)


Data ini bisa dimaknai dari dua persepsi. Pertama, penanganan pandemi virus corona di Indonesia wa bil khusus Jakarta ternyata cukup baik.

Meski penularan masih terus terjadi, seperti yang setiap hari disampaikan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, tetapi bisa jadi kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ada dampaknya. Harus diakui bahwa aktivitas masyarakat menurun drastis sehingga mempersempit ruang penyebaran virus corona.

Citi mengukur efektivitas social distancing dengan memperkenalkan Social Distancing Index. Semakin menjauhi nol, maka masyarakat semakin berjarak yang artinya kebijakan pembatasan sosial cukup berhasil.

Pada 17 April, nilai Social Distancing Index Indonesia adalah -39. Lebih baik dibandingkan negara-negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat, atau Jepang. Lumayan lah...

Citi


Kemungkinan kedua, uji corona di Indonesia masih sedikit sehingga jumlah kasus yang terekam belum mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Worldometer mencatat jumlah uji corona yang telah dilakukan di Indonesia adalah kepada 75.157 orang. Artinya dari 1 juta populasi Ibu Pertiwi, hanya 275 orang yang sudah menjalani tes corona.

Jumlah tersebut masih sedikit dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Singapura, misalnya, telah melakukan uji corona terhadap 121.774 orang. Artinya dari 1 juta penduduk Negeri Singa, 20,815 orang sudah melakukan tes.

Kemudian di Malaysia, pengujian sudah dilakukan terhadap 144.686 orang. Dari 1 juta penduduk Negeri Jiran, 4.470 sudah melakukan tes.

Dalam hal jumlah pengujian maupun proporsi tes per 1 juta penduduk, Indonesia adalah yang terendah di antara negara-negara ASEAN-6. Ini bisa diartikan bahwa kasus corona di Indonesia mungkin baru puncak gunung es.




Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh berpuas diri. Di satu sisi, ada hal positif karena Indonesia mampu menjaga kasus corona agar tidak 'meledak'. Namun di sisi lain, data yang ada saat ini hanya bagian kecil (tiny fraction) sehingga bisa jadi belum mencerminkan kondisi di lapangan.

Jadi kepada seluruh masyarakat Indonesia, mari ikuti anjuran Pak Yurianto. Jara jarak, jaga kebersihan, dan jaga kesehatan!


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular