Korsel Jadi 'Korban' Terbaru Corona, Resesi Global Kian Nyata

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 April 2020 12:12
Blackpink
Girlband K-Pop Black Pink (CNBC Indonesia/Peti)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) adalah sebuah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun dampaknya terhadap perekonomian sama sekali tidak kecil, bahkan dahsyat sekali.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 22 April adalah 2.471.136 orang. Bertambah 73.920 orang dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sedangkan jumlah pasien meninggal adalah 169.006 orang. Bertambah 6.058 orang.


Cepat dan luasnya penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat pemerintah di berbagai negara terpaksa membatasi aktivitas publik. Pembatasan sosial (social distancing) ditegakkan, kegiatan yang menciptakan kerumunan manusia dilarang.

Wujud penegakan pembatasan sosial adalah penutupan kantor dan pabrik yang non-esensial ditutup sementara, sekolah diliburkan, pusat perbelanjaan tutup, tempat pariwisata tutup, dan sebagainya. Semua demi mempersempit ruang gerak penularan virus corona yang semakin cepat seiring kontak dan interaksi antar manusia.

Social distancing bertujuan menyelamatkan nyawa. Namun harga yang harus dibayar ternyata begitu mahal. Pembatasan aktivitas publik sama dengan menahan laju roda perekonomian. Masifnya skala pembatasan sosial membuat ekonomi bukan sekedar melambat, tetapi terkontraksi (tumbuh negatif).


'Korban' terbaru virus corona adalah Korea Selatan. Pada kuartal I-2020, ekonomi Negeri K-Pop terkontraksi -1,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Ini menjadi catatan terburuk sejak kuartal IV-2008.

Bank sentral Korea Selatan (BoK) melaporkan, konsumsi rumah tangga terkontraksi -6,4%, terendah sejak kuartal I-1998 kala Negeri Ginseng dilanda krisis ekonomi seperti Indonesia. Sementara ekspor terkontraksi -2%.

Kinerja ekonomi Korea Selatan masih tertolong oleh investasi yang bisa tumbuh 0,9%. Belanja pemerintah juga tumbuh 0,9%.


Park Yang Su, Direktur Jenderal BoK, mengatakan bahwa ekonomi Korea Selatan menghadapi tebing yang terjal. Tantangan ke depan masih akan berat, bahkan sangat berat.

"Ini akan tergantung dari seberapa parah permintaan global dan permintaan domestik," ujar Park, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Data terbaru dari Seoul menjadi bukti bahwa dampak ekonomi dari pandemi virus corona sama sekali tidak kecil. Jika semakin banyak negara yang bernasib sama, hasilnya adalah resesi ekonomi global.

Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan edisi April 2020 memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif -3% pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibikin pada Januari.

"Seiring kebijakan penanggulangan virus, berbagai negara memberlakukan karantina dan social distancing. Dunia memasuki fase Lockdown Besar (Great Lockdown). Magnitudo dan kejatuhan aktivitas bisnis mengikutinya, dan ini belum pernah dialami sepanjang hidup kita. Lockdown Besar adalah resesi terbesar setelah Depresi Besar, dan jauh lebih buruk ketimbang krisis keuangan global," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular