
Ekonomi China -6,8%? Ah, Itu kan Cerita Kemarin...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2020 14:33

Namun, kemungkinan kuartal I-2020 adalah titik nadir buat perekonomian China. Mulai kuartal II-2020, situasi diperkirakan membaik dari Produk Domestik Bruto (PDB) China bisa kembali tumbuh positif.
"Sudah bisa diduga bahwa ada kontraksi dalam pada kuartal I, artinya, pemulihan akan mulia berlangsung pada kuartal berikutnya. Jika China benar-benar pulih, maka negara ini akan menjadi harapan bagi perekonomian dunia karena Amerika Serikat (AS) dan Jepang kemungkinan masih akan mengalami kontraksi," kata Masaaki Kanno, Kepala ekonom Sony Financial Holdings yang berbasis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.
"Beberapa indikator menunjukkan bahwa pada Maret pun sudah ada perbaikan dibandingkan Januari-Februari. Ini adalah bukti ekonomi China sudah pulih dari keterpurukan, meski secara bertahap. Jadi mulai kuartal II-2020 sepertinya kita akan melihat stabilitas, mungkin akan ada pertumbuhan di kisaran 2%," papar Nathan Chow, Ekonom Senior DBS yang berbasis di Hong Kong, juga dikutip dari Reuters.
Sejumlah data menyebutkan harapan ke arah sana cukup nyata. Misalnya, PMI manufaktur China pada Maret sudah kembali ke atas 50. Artinya, industriawan sudah ekspansif.
Kemudian ekspor China pada Maret memang masih terkontraksi -6,6% YoY. Namun jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya yang ambles 17,2% YoY. Ini menandakan aktivitas produksi sudah jauh membaik.
Lalu produksi industri pada Maret juga masih terkontraksi -1,1% YoY. Namun lagi-lagi sudah jauh menipis ketimbang kontraksi pada Februari yang mencapai -13,5% YoY.
Penjualan ritel juga membaik meski masih di zona negatif. Pada Maret, kontraksi penjualan ritel di China adalah -15,8%, sementara bulan sebelumnya -20,5%.
Seiring badai Covid-19 yang telah berlalu di China, perlahan ekonomi pun mulai bersemi setelah hibernasi selama dua bulan. Ketika China membaik, maka seluruh dunia akan menikmatinya karena Negeri Panda merupakan pemain kunci di rantai pasok global.
(aji/aji)
"Sudah bisa diduga bahwa ada kontraksi dalam pada kuartal I, artinya, pemulihan akan mulia berlangsung pada kuartal berikutnya. Jika China benar-benar pulih, maka negara ini akan menjadi harapan bagi perekonomian dunia karena Amerika Serikat (AS) dan Jepang kemungkinan masih akan mengalami kontraksi," kata Masaaki Kanno, Kepala ekonom Sony Financial Holdings yang berbasis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.
"Beberapa indikator menunjukkan bahwa pada Maret pun sudah ada perbaikan dibandingkan Januari-Februari. Ini adalah bukti ekonomi China sudah pulih dari keterpurukan, meski secara bertahap. Jadi mulai kuartal II-2020 sepertinya kita akan melihat stabilitas, mungkin akan ada pertumbuhan di kisaran 2%," papar Nathan Chow, Ekonom Senior DBS yang berbasis di Hong Kong, juga dikutip dari Reuters.
Kemudian ekspor China pada Maret memang masih terkontraksi -6,6% YoY. Namun jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya yang ambles 17,2% YoY. Ini menandakan aktivitas produksi sudah jauh membaik.
Lalu produksi industri pada Maret juga masih terkontraksi -1,1% YoY. Namun lagi-lagi sudah jauh menipis ketimbang kontraksi pada Februari yang mencapai -13,5% YoY.
Penjualan ritel juga membaik meski masih di zona negatif. Pada Maret, kontraksi penjualan ritel di China adalah -15,8%, sementara bulan sebelumnya -20,5%.
Seiring badai Covid-19 yang telah berlalu di China, perlahan ekonomi pun mulai bersemi setelah hibernasi selama dua bulan. Ketika China membaik, maka seluruh dunia akan menikmatinya karena Negeri Panda merupakan pemain kunci di rantai pasok global.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular