
Dunia Digoyang Corona, RI Tak Pangkas Target Ekspor
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
06 March 2020 13:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memastikan tidak akan menurunkan target pertumbuhan ekspor non-migas 2020 meski kini dunia dihadapkan dengan wabah virus corona. Kementerian Perdagangan optimistis pertumbuhan ekspor nonmigas bisa tumbuh 5,2% sampai 9,8%.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, target ekspor tetap dipatok berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Surplus neraca perdagangan ditargetkan tumbuh bertahap dari US$ 300 juta pada 2020 menjadi US$ 15 miliar 2024.
"[Pemerintah] nggak mau menurunkan target. Kita nggak mau global turun, terus kita ikut turun. Itu salah," kata Oke saat ditemui di Hotel Borobudur, Kamis (5/3/2020).
Kinerja ekspor nonmigas pada 2019 tercatat surplus sebesar US$$ 6,15 miliar yang berasal dari ekspor non-migas sebesar US$154,9 miliar dan impor senilai US$148,8 miliar.
Pada rapat pembukaan Rakornas Kemendag 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Kemendag bisa mengimplementasikan permintaannya untuk melakukan relaksasi, dan memotong prosedur yang menyusahkan dalam pelaksanaan ekspor-impor.
Hal itu diharapkan bisa menstimulus ekonomi di tengah ekonomi yang sedang bergejolak saat ini. Pasalnya adanya wabah covid-10 membuat bahan baku industri yang 50% berasal dari China menipis persediaannya.
"Harus fokus bagaimana relakasasi dan mempercepat prosedur yang berbelit-belit, prosedur mana yang sulit dan situasi ini gak normal. Situasi berbeda, karena corona ini berbeda," kata Jokowi di Istana Negara, Rabu (4/3/2020).
Pemerintah juga saat ini sedang menyiapkan paket stimulus lanjutan untuk perekonomian atau dinamakan sebagai 'second stimulus'. Nilainya lebih dari Rp 10,3 triliun.
Pada stimulus pertama, pemerintah sudah menggelontorkan Rp 10,3 triliun untuk mendorong sektor pariwisata. Stimulus itu berupa diskon tiket pesawat, hingga pembebasan pajak hotel dan restoran di daerah.
Menteri Koordinator Bidang perekonomian mengatakan, pada second stimulus ini dalam jaga untuk menjaga distribusi pasokan barang melalui aktivitas ekspor-impor.
"Ya artinya kita mendorong, dalam situasi ini spending langsung tambahan. Targetnya demikian, lebih dari yang pertama Rp 10,3 triliun," ujar Airlangga di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2020).
Pemerintah akan menambah kemudahan ekspor impor. Misalnya dalam dokumentasi Bea Cukai, pemerintah akan mempermudah mengeluarkan Surat Keterangan Asal (SKA) maupun sertifikasi kesehatan komoditas atau Health Certificate (HC).
Selanjutnya, pemerintah juga akan menambah stimulus fiskal berupa relaksasi Pajak Penghasilan (PPh) bea masuk. Kebijakan ini bertujuan agar bahan baku bisa lebih mudah masuk ke dalam negeri dan proses produksi bisa lebih cepat.
(hoi/hoi) Next Article Virus Corona Ganggu Perdagangan, Eksportir Sampai Menangis
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, target ekspor tetap dipatok berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Surplus neraca perdagangan ditargetkan tumbuh bertahap dari US$ 300 juta pada 2020 menjadi US$ 15 miliar 2024.
"[Pemerintah] nggak mau menurunkan target. Kita nggak mau global turun, terus kita ikut turun. Itu salah," kata Oke saat ditemui di Hotel Borobudur, Kamis (5/3/2020).
Pada rapat pembukaan Rakornas Kemendag 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Kemendag bisa mengimplementasikan permintaannya untuk melakukan relaksasi, dan memotong prosedur yang menyusahkan dalam pelaksanaan ekspor-impor.
Hal itu diharapkan bisa menstimulus ekonomi di tengah ekonomi yang sedang bergejolak saat ini. Pasalnya adanya wabah covid-10 membuat bahan baku industri yang 50% berasal dari China menipis persediaannya.
"Harus fokus bagaimana relakasasi dan mempercepat prosedur yang berbelit-belit, prosedur mana yang sulit dan situasi ini gak normal. Situasi berbeda, karena corona ini berbeda," kata Jokowi di Istana Negara, Rabu (4/3/2020).
Pemerintah juga saat ini sedang menyiapkan paket stimulus lanjutan untuk perekonomian atau dinamakan sebagai 'second stimulus'. Nilainya lebih dari Rp 10,3 triliun.
Pada stimulus pertama, pemerintah sudah menggelontorkan Rp 10,3 triliun untuk mendorong sektor pariwisata. Stimulus itu berupa diskon tiket pesawat, hingga pembebasan pajak hotel dan restoran di daerah.
Menteri Koordinator Bidang perekonomian mengatakan, pada second stimulus ini dalam jaga untuk menjaga distribusi pasokan barang melalui aktivitas ekspor-impor.
"Ya artinya kita mendorong, dalam situasi ini spending langsung tambahan. Targetnya demikian, lebih dari yang pertama Rp 10,3 triliun," ujar Airlangga di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2020).
Pemerintah akan menambah kemudahan ekspor impor. Misalnya dalam dokumentasi Bea Cukai, pemerintah akan mempermudah mengeluarkan Surat Keterangan Asal (SKA) maupun sertifikasi kesehatan komoditas atau Health Certificate (HC).
Selanjutnya, pemerintah juga akan menambah stimulus fiskal berupa relaksasi Pajak Penghasilan (PPh) bea masuk. Kebijakan ini bertujuan agar bahan baku bisa lebih mudah masuk ke dalam negeri dan proses produksi bisa lebih cepat.
(hoi/hoi) Next Article Virus Corona Ganggu Perdagangan, Eksportir Sampai Menangis
Most Popular