Pantas Jokowi Marah, Tol Laut Cuma Bikin Harga Turun Secuil

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2020 12:50
Pantas Jokowi Marah, Tol Laut Cuma Bikin Harga Turun Secuil
Presiden Joko Widodo (CNBC Indonesia/ Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak masa kampanye 2014, Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya salah satu program andalan bernama Tol Laut. Maksudnya bukan jalan tol yang dibangun di atas laut seperti di Bali, tetapi memperbanyak pelayaran terjadwal yang menghubungkan seluruh wilayah di Nusantara. Arus barang antar-pulau akan terasa tanpa hambatan bak jalan tol.

Jokowi begitu menggandrungi program ini karena dinilai dapat mengobati penyakit utama di perekonomian Indonesia yang bernama inefisiensi. Penyakit yang membikin harga jeruk mandarin dari China di Jakarta lebih murah ketimbang jeruk Pontianak. Padahal jaraknya Jakarta-China lebih jauh ketimbang Jakarta-Pontianak.

Setelah lima tahun berlaku, Jokowi tidak puas. Menurutnya, program Tol Laut masih belum bisa mewujudkan cita-cita menciptakan efisiensi di perekonomian nasional.

"Saya ingin ingatkan bahwa tujuan awal dari Tol Laut adalah mengurangi disparitas harga. Baik itu antar-wilayah, antar-pulau, antar-daerah, serta satu lagi memangkas biaya logistik yang mahal. Harus kita benahi bersama sehingga tujuan awal dari Tol Laut untuk menekan disparitas harga antar-wilayah akan bisa kita capai," tegas Jokowi.


Contoh yang sering dikemukakan Jokowi adalah harga semen. Jokowi gusar karena harga semen di Indonesia Timur jauh di atas Barat. Jokowi ingin disparitas itu ditekan agar pembangunan bisa dinikmati oleh seluruh anak bangsa dari Aceh sampai Papua.

Bagaimana kenyataan di lapangan? Apakah harga semen sudah turun dan disparitas antar-wilayah sudah tergerus?

Berdasarkan data yang dihimpun CEIC, rata-rata harga semen di seluruh provinsi kala program Tol Laut baru diluncurkan yaitu 2015 adalah Rp 68.598,77/sak ukuran 50 kg. Pada 2018, turun ke Rp 66.191.58/sak.

Artinya selama empat tahun pelaksanaan Tol Laut, harga semen hanya turun 3,51%. Jokowi memang tidak menargetkan penurunan harga di level tertentu, tetapi kalau hanya 3,51% sepertinya jauh dari harapan, terlalu kecil.




Selain itu, disparitas harga antar-daerah juga masih lumayan tinggi. Misalnya pada 2015, harga semen termurah ada di Sulawesi Selatan yaitu Rp 50.322,25/sak. Sedangkan yang termahal di Maluku Utara yakni Rp 98.512,5. Ada selisih Rp 48.190,25 antara harga termurah dengan termahal.

Pada 2018, disparitas harga malah semakin lebar. Harga semen termurah ada di DKI Jakarta yaitu Rp 54.312/sak dan yang termahal ada di Papua Barat yakni Rp 110.365,67. Ada selisih Rp 56.053,67, lebih parah ketimbang 2015.

Sebenarnya program Tol Laut, kalau dijalankan dengan murni dan konsekuen, bisa menurunkan disparitas harga. Efisiensi meningkat, biaya distribusi turun, harga bisa lebih wajar.

Oleh karena itu, Jokowi dan para pembantunya harus merumuskan solusi agar program Tol Laut bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan efisiensi. Berbagai hambatan harus diselesaikan, bahkan kalau perlu bisa diberikan penyikapan fiskal.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular