
Lebih Ngeri dari Corona, RI Bergantung Cabai Sampai HP China
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2020 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia punya ketergantungan yang lumayan tinggi terhadap China. Dengan kondisi China yang tertatih-tatih akibat serangan virus corona, Indonesia akan ikut kena getahnya.
Kasus corona memang paling banyak terjadi di China. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis, jumlah kasus corona di Negeri Tirai Bambu adalah 80.409 kasus. Korban jiwa juga paling banyak terdapat di sana.
Akibat penyebaran virus mematikan, aktivitas masyarakat di China terhambat. Banyak pabrik yang masih belum berproduksi, atau kalau sudah kapasitasnya belum optimal akibat para pekerja yang dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut. Belum lagi persoalan pelabuhan yang tak semua sudah beroperasi.
Sektor manufaktur China pun anjlok. Pada Februari, Caixin mencatat Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China sebesar 40,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI pada April 2004.
Menurut keterangan tertulis Caixin, upaya mencegah penyebaran virus corona membebani kinerja sektor manufaktur. Sebab utilisasi mesin dan karyawan memang masih minim.
"Produksi, pekerjaan baru, dan utilisasi karyawan turun ke titik terlemah dalam 16 tahun karena perusahaan memperpanjang masa liburan Tahun Baru Imlek untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Rantai pasok terpukul hebat, dengan waktu pengiriman yang bertambah sehingga perusahaan terpaksa meningkatkan penggunaan stok yang sudah ada," sebut laporan Caixin.
Masalahnya, gangguan produksi dan rantai pasok bukan cuma berdampak kepada China tetapi seluruh dunia. China adalah perekonomian terbesar kedua dunia, dan negara eksportir nomor satu. Kalau produksi di China seret, maka pabrik-pabrik di seluruh dunia akan terpengaruh terutama karena kesulitan bahan baku/penolong.
Kasus corona memang paling banyak terjadi di China. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis, jumlah kasus corona di Negeri Tirai Bambu adalah 80.409 kasus. Korban jiwa juga paling banyak terdapat di sana.
Akibat penyebaran virus mematikan, aktivitas masyarakat di China terhambat. Banyak pabrik yang masih belum berproduksi, atau kalau sudah kapasitasnya belum optimal akibat para pekerja yang dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut. Belum lagi persoalan pelabuhan yang tak semua sudah beroperasi.
Menurut keterangan tertulis Caixin, upaya mencegah penyebaran virus corona membebani kinerja sektor manufaktur. Sebab utilisasi mesin dan karyawan memang masih minim.
"Produksi, pekerjaan baru, dan utilisasi karyawan turun ke titik terlemah dalam 16 tahun karena perusahaan memperpanjang masa liburan Tahun Baru Imlek untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Rantai pasok terpukul hebat, dengan waktu pengiriman yang bertambah sehingga perusahaan terpaksa meningkatkan penggunaan stok yang sudah ada," sebut laporan Caixin.
Masalahnya, gangguan produksi dan rantai pasok bukan cuma berdampak kepada China tetapi seluruh dunia. China adalah perekonomian terbesar kedua dunia, dan negara eksportir nomor satu. Kalau produksi di China seret, maka pabrik-pabrik di seluruh dunia akan terpengaruh terutama karena kesulitan bahan baku/penolong.
Next Page
China adalah Kunci Rantai Pasok Dunia
Pages
Most Popular