Sering Kalah, MU Terancam Tak Lagi Jadi Klub Terkaya Inggris!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 January 2020 10:15
Sering Kalah, MU Terancam Tak Lagi Jadi Klub Terkaya Inggris!
Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer (Action Images via Reuters/Jason Cairnduff)
Jakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini, lembaga konsultan keuangan Deloitte mempublikasikan laporan tahunan mengenai kondisi keuangan dunia sepakbola Eropa yang bernama Football Money League. Untuk edisi 2020, Football Money League diberi judul Eye on the Prize.

Judul itu memang tepat. Sepakbola memang bukan lagi sekadar olahraga, tetapi menjadi industri berskala raksasa.

Sebagaimana industri, tentu melibatkan uang yang menjadi bagian tidak terpisahkan. Sepakbola sudah menjadi jualan.

Dari main bal-balan, klub bisa mendapatkan hadiah berupa pemasukan uang. Biasanya pemasukan itu dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu dari hak siar, komersial, dan pertandingan (matchday).

Football Money League 2020 menobatkan Barcelona sebagai klub terkaya di dunia saat ini. Pada musim 2018/2019, Barcelona mencatatkan pendapatan EUR 840,8 juta (Rp 12,85 triliun dengan kurs saat ini). Real Madrid berada di peringkat kedua dengan pendapatan EUR 757,3 juta (Rp 11,57 triliun) dan Manchester United di posisi ketiga dengan pendapatan EUR 711,5 juta (Rp 10,87 triliun).




Klub-klub Liga Primer Inggris mendominasi 10 besar. Selain United, ada pula tim-tim besar seperti Manchester City, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Chelsea.

United adalah langganan klub terkaya di Inggris. Bahkan Setan Merah juga kerap menduduki posisi terkaya dunia.

Dalam laporan Football Money League 2019, klub penghuni Stadion Old Trafford memang juga berada di peringkat tiga dengan pemasukan EUR 666 juta (Rp 10,18 triliun). Namun pada 2018, United adalah yang terbaik dengan pemasukan EUR 676,3 juta (Rp 10,33 triliun). United juga menjadi yang nomor satu di Football Money League 2017 dengan pendapatan EUR 689 juta (Rp 10,53 juta).


Terlihat bahwa posisi United melorot dalam dua tahun terakhir. Apa yang membuat pemasukan United berkurang sehingga posisinya terus tersalip?

Sepertinya keuangan United sudah terpukul oleh hasil pertandingan di lapangan. Ya, dalam dua musim terakhir David De Gea dan kolega memang kurang meyakinkan.

Musim lalu, United yang dipaksa berganti manajer di tengah jalan dari Jose Mourinho ke Ole Gunnar Solskjaer hanya mampu finis di posisi enam. Di luar empat besar, United tidak bisa bermain di Liga Champions Eropa dan harus rela berkompetisi di liga malam Jumat atau Liga Europa.


Dari sini saja dampak finansialnya begitu terasa. Sebagai gambaran, Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) menyediakan total hadiah sekitar EUR 1,95 miliar (Rp 29,79 triliun) buat para peserta Liga Champions. Sementara total hadiah untuk Liga Europa adalah EUR 560 juta (Rp 8,56 triliun), tidak sampai 30% dari total hadiah di Liga Champions.

Dalam laporan keuangan tahun fiskal 2019 yang berakhir 30 Juni, United membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar GBP 18,88 juta (Rp 337,3 miliar). Jauh membaik ketimbang 2018 yang merugi GBP 37,63 juta, tetapi tidak ada apa-apanya ketimbang 2017 di mana laba bersih kala itu mencapai GBP 39,21 juta (Rp 700,46 miliar).

Tahun ini, bisa saja laba United turun lagi karena tidak ada jaminan bisa tampil di Liga Champions Eropa musim depan. Hingga pekan ke 22 Liga Primer musim 2019/2020, United masih berada di luar empat besar, tepatnya di posisi kelima dengan koleksi 34 poin. Selsih lima poin dari Chelsea di posisi empat.



Asa untuk finis di empat pada akhir musim masih abu-abu, karena United punya sejumlah laga berat. Akhir pekan ini, United harus bertandang ke markas pemimpin klasemen Liverpool. Kemudian masih ada pertandingan versus Wolverhampton Wandeders (2 Februari 2020), Chelsea (18 Februari 2020), Manchester City (7 Maret 2020), Tottenham Hotspur (14 Maret 2020), sampai Leicester City (17 Mei 2020).


Oleh karena itu, manajemen United sendiri mengakui bahwa kompetisi Eropa semakin sulit untuk diandalkan sebagai sumber pemasukan. Sebab, jalan menuju Liga Champions musim depan masih teramat berat.

"Kompetisi antar-klub Eropa tidak bisa diandalkan sebagai sumber pemasukan. Kualifikasi ke Liga Champions tidak bisa dijamin. Kegagalan untuk tampil di Liga Champions akan berakibat kepada penurunan pendapatan secara material. Tidak bermain di Liga Champions akan berdampak negatif terhadap kemampuan klub untuk menarik dan mempertahankan pemain dan pelatih berbakat," sebut laporan keuangan tahunan United.

Selain itu, penampilan United yang angin-anginan sudah berdampak ke laporan keuangan dari sisi kerja sama dengan sponsor. Ketika prestasi United meredup, sponsor pun menjauh sehingga pemasukan berkurang.

Tahun lalu, Chevrolet (pabrikan otomotif asal Amerika Serikat) dikabarkan menarik diri sebagai sponsor United. Padahal nama dan logo Chevy terpampang di dada seragam United sejak 2014. Dengan performa United yang kian ambyar, Chevrolet disebut-sebut enggan memperpanjang kontrak kerja sama.


"Kegagalan berpartisipasi di Liga Champions dalam dua musim atau lebih secara beruntun akan mengurangi pembayaran tahunan sebesar 30% sebagaimana tercantum dalam kontrak dengan Adidas. Jika terjadi, maka tentu akan berdampak terhadap bisnis, operasional, keuangan, dan arus kas," tulis laporan keuangan tahunan United.

Apabila sampai gagal lolos ke Liga Champions musim depan, maka bukan tidak mungkin United bisa tersalip oleh rival-rival senegaranya dalam hal kekayaan. City adalah pesaing terdekat, dan Liverpool mengintip di belakangnya.

"Kegagalan United untuk lolos ke Liga Champions pada musim 2019/2020 membuat posisi mereka kurang menguntungkan. United memperkirakan pendapatan pada musim 2019/2020 berada di kisaran EUR 560-580 juta (Rp 8,55-8,86 triliun), terendah sejak laporan Football Money League mulai dirilis.

"Ini akan membuat Setan Merah berisiko kehilangan posisi sebagai klub Inggris dengan pendapatan terbesar untuk kali pertama dalam sejarah Football Money League. Manchester City dan Liverpool mungkin akan menggantikan mereka," tulis laporan Football Money League 2020.

Apakah mungkin United bakal tidak lagi menjadi klub terkaya di Negeri Britania? Masih terlalu awal untuk menjawabnya, tetapi kalau penampilan United masih inkonsisten maka jalan ke arah sana semakin terbuka.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular