
BI Ungkap Alasan Pertumbuhan Kredit Terloyo Dalam 25 Bulan
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
19 December 2019 17:55

Jakarta, CNBC Indonesia- Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada November 2019 mencapai 6,53%. Realisasi pertumbuhan kredit tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 7,89% dan merupakan terendah dalam 25 bulan terakhir.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan permintaan kredit korporasi yang belum kuat menjadi salah satu alasan kenapa pertumbuhan kredit 'loyo'.
Pertumbuhan kredit yang loyo juga dikarenakan dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2019 hanya tumbuh 6,29%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada September 2019 yang mencapai 7,47%.
Oleh karena itu, BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini hanya mampu tumbuh pada kisaran 8%-10%, di bawah target pertumbuhan kredit BI pada 2019 yang diperkirakan bisa mencapai 10%-12%.
"Pertumbuhan kredit perbankan 2019 diperkirakan sekitar 8% dan ditopang oleh pertumbuhan DPK yang juga hanya tumbuh 8%," jelas Perry dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (19/12/2019).
Pada 2020, pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK, BI memperkirakan akan membaik, masing-masing bisa tumbuh dalam kisaran 10%-12% dan 8%-10%. Sejalan dengan prospek peningkatan ekonomi.
Ke depan, Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan.
Perry juga mengungkapkan transmisi pelonggaran kebijakan moneter tetap berjalan dengan kecukupan likuiditas perbankan yang terjaga.
Likuiditas di pasar uang dan perbankan diklaim akan tetap memadai, tercermin pada rerata harian volume PUAB pada November 2019 tetap tinggi sebesar Rp17,96 triliun serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tetap besar yakni 18,44% pada Oktober 2019.
"Transmisi suku bunga di pasar uang berjalan cukup baik, tercemin pada penurunan suku bunga PUAB tenor 1 minggu sebesar 115 bps menjadi 5,03% dan suku bunga JIBOR tenor 1 minggu sebesar 119 bps menjadi 5,05% sejak Juli 2019," ujar dia.
Menurut Perry, transmisi suku bunga perbankan berlanjut, meskipun belum optimal. Rerata tertimbang suku bunga deposito pada November 2019 tercatat 6,32%, turun 51 bps sejak akhir Juni 2019 sebelum BI7DRR mulai diturunkan di bulan Juli 2019.
Suku bunga kredit modal kerja turun 18 bps sejak Juni 2019 atau 32 bps sejak Januari 2019 menjadi 10,24% pada November 2019. Penurunan suku bunga perbankan juga diikuti oleh penurunan yield obligasi korporasi dan yield SBN 1 tahun masing-masing 73 bps dan 125 bps sejak Juli 2019.
(dob/dob) Next Article Kredit Bank Super Loyo Nih, Apa yang Terjadi?
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan permintaan kredit korporasi yang belum kuat menjadi salah satu alasan kenapa pertumbuhan kredit 'loyo'.
Pertumbuhan kredit yang loyo juga dikarenakan dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2019 hanya tumbuh 6,29%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada September 2019 yang mencapai 7,47%.
"Pertumbuhan kredit perbankan 2019 diperkirakan sekitar 8% dan ditopang oleh pertumbuhan DPK yang juga hanya tumbuh 8%," jelas Perry dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (19/12/2019).
Pada 2020, pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK, BI memperkirakan akan membaik, masing-masing bisa tumbuh dalam kisaran 10%-12% dan 8%-10%. Sejalan dengan prospek peningkatan ekonomi.
Ke depan, Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan.
Perry juga mengungkapkan transmisi pelonggaran kebijakan moneter tetap berjalan dengan kecukupan likuiditas perbankan yang terjaga.
Likuiditas di pasar uang dan perbankan diklaim akan tetap memadai, tercermin pada rerata harian volume PUAB pada November 2019 tetap tinggi sebesar Rp17,96 triliun serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tetap besar yakni 18,44% pada Oktober 2019.
"Transmisi suku bunga di pasar uang berjalan cukup baik, tercemin pada penurunan suku bunga PUAB tenor 1 minggu sebesar 115 bps menjadi 5,03% dan suku bunga JIBOR tenor 1 minggu sebesar 119 bps menjadi 5,05% sejak Juli 2019," ujar dia.
Menurut Perry, transmisi suku bunga perbankan berlanjut, meskipun belum optimal. Rerata tertimbang suku bunga deposito pada November 2019 tercatat 6,32%, turun 51 bps sejak akhir Juni 2019 sebelum BI7DRR mulai diturunkan di bulan Juli 2019.
Suku bunga kredit modal kerja turun 18 bps sejak Juni 2019 atau 32 bps sejak Januari 2019 menjadi 10,24% pada November 2019. Penurunan suku bunga perbankan juga diikuti oleh penurunan yield obligasi korporasi dan yield SBN 1 tahun masing-masing 73 bps dan 125 bps sejak Juli 2019.
(dob/dob) Next Article Kredit Bank Super Loyo Nih, Apa yang Terjadi?
Most Popular