Apa Salahmu, MU? Kok Harga Saham Anjlok 2% Lebih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 October 2019 15:40
Rekrutmen Pemain Jadi Masalah Besar
Manchester United (Reuters/Jason Cairnduff)
Memasuki musim 2019/2020, United kelihatannya mulai bangkit. Di partai perdana Liga Inggris, United menang telak 4-0 atas sesama klub papan atas, Chelsea.

Namun setelah itu, United kembali berkawan dengan inkonsistensi. Selepas kemenangan lawan Si Biru, United cuma berhasil sekali menang lagi kala berhadapan dengan Leicester City di Old Trafford pada 14 September. Itu pun hanya 1-0, gol penalti pula.

Selebihnya United imbang 1-1 lawan Wolverhampton Wandeders, kalah 1-2 lawan Crystal Palace, imbang 1-1 lawan Southampton, kalah 0-2 lawan West Ham, dan imbang 1-1 lawan Arsenal. Wow...

Hingga pekan ke-7, United masih tercecer di peringkat 10 klasemen Liga Primer. Tertinggal 12 angka dari Liverpool di urutan teratas.

Well, musim memang masih panjang. United juga punya kesempatan untuk memperbaiki skuat di bursa transfer musim dingin.

Namun kalau kebijakan transfer United masih gebyah uyah seperti beberapa tahun terakhir, pemain baru tidak akan menyelamatkan mereka. Angel Di Maria bukan pemain kacangan, demikian juga Henrikh Mkhitaryan, Memphis Depay, Daley Blind, Alexis Sanchez, atau Romelu Lukaku.

Mereka direkrut dengan biaya mahal. Namun kontribusi mereka di lapangan jauh dari ekspektasi, kalau tidak mau disebut gagal.

Sebab, pemain-pemain itu direkrut dan dipasang di tim yang tidak tahu harus bermain seperti apa. Josep 'Pep' Guardiola di Manchester City punya ciri khas possesion football, Juergen Klopp di Liverpool adalah fans berat gegenpressing. Keduanya mencari pemain yang sesuai dengan kebutuhan gaya permainan, sehingga sedikit sekali pemain yang sudah dibeli mahal tetapi akhirnya yang terbuang sia-sia.


Banyak kalangan menilai ini disebabkan oleh kosongnya posisi direktur sepakbola/olahraga di kantor United. Akibatnya, tidak ada jembatan antara ruang ganti dengan ruang direksi.

City punya Txiki Begiristain sementara di Liverpool ada Michael Edwards. Mereka adalah yang menyambungkan keinginan manajer dengan pemilik. Dengan begitu, perekrutan pemain benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan tim dan anggaran yang tersedia. Tidak asal comot, yang penting mahal dan punya nama.

Di United, perekrutan pemain diserahkan kepada Edward 'Ed' Woodward, Wakil Chairman. Woodward tidak punya pengalaman di sepakbola, jejak kariernya adalah di sektor keuangan. Curriculum vitae Woodward dihiasi pengalaman di JP Morgan dan PriceWaterhouseCoopers.

Tanpa pengalaman di sepakbola, United menjadi 'sapi perah' agen pemain. Kalau pemainnya ditaksir United, agen pasti melakukan mark-up karena pasti akan dibayar juga. Sampai-sampai adalah istilah Woodward Tax atau Ed Premium, pemain yang bakal dibeli United harganya naik di atas harga pasar karena tambahan pajak dan premium.


Selain itu, manajer juga tidak diberi kesempatan untuk menyusun kerangka tim sesuai dengan keinginannya. Musim lalu, Mourinho sangat ingin mendatangkan bek tengah tetapi tidak mendapat restu.

"Saya bukan idiot kala musim lalu merengek minta bek tengah!" tegas Mourinho kala menjadi pandit di Sky Sports.

Kalau situasinya seperti ini terus, maka pemain baru pun bakal sulit untuk mendongkrak penampilan United di lapangan. Sebab pemain-pemain yang datang bukan tidak mungkin gagal memberi dampak optimal.

Apabila ini terus terjadi, maka akan sangat sulit bagi United untuk menerobos ke posisi empat besar. Apalagi saat ini ada penantang-penantang baru seperti Leicester dan West Ham.

Dengan Liga Champions Eropa yang menjauh, pendapatan pun sulit untuk naik bahkan ada risiko turun. Seperti jatuh tertimpa tangga, penampilan buruk United bakal memukul kondisi keuangan mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular