Setan Itu Bernama Agen Sepakbola

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2018 12:22
Hidayat Setiaji
Hidayat Setiaji
Lulusan Kriminologi FISIP UI yang berangan-angan melanjutkan kuliah, meski belum terwujud. Menjadi jurnalis sejak 2007, dari media lokal sampai internasional. Menggeluti jurnalisme ekonomi secara terpaksa, tapi akhirnya malah menjadi profesi tetap hingga k.. Selengkapnya
Agen pemain sepakbola bisa dibilang merupakan necessary evil alias setan yang dibutuhkan
Mino Raiola (foto: AFP)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Pertengahan tahun lalu, nama Mino Raiola menjadi pergunjingan di dunia persilatan, eh sepakbola. Raiola terlibat dalam drama transfer penjaga gawang AC Milan, Gianluigi Donnarumma.

Tarik-ulur dan perang urat syaraf terjadi, yang membuat Donnarumma kehilangan kepercayaan dari pendukung Rossonerri.
 Donnarumma, kipper berbakat yang umurnya masih belasan tahun, mencuri perhatian klub-klub kaya Eropa, salah satunya Real Madrid. Raiola, sang agen, mengumbar pernyataan bahwa Donnarumma akan meninggalkan San Siro dengan bayaran tinggi. 

Fans Milan murka. Donnarumma dituding sudah berubah dari anak asli didikan akademi Milanello menjadi seorang superstar mata duitan. Dalam sebuah laga tim nasional Italia U-21, pendukung Milan sampai melemparkan uang palsu ke gawang yang dijaga pemuda berusia 19 tahun tersebut. 

Raiola pun tidak luput dari sasaran. Pendukung Milan minta Donnarumma untuk memecat agennya itu. 

Setelah ngotot-ngototan antara Raiola dengan Milan, kesepakatan pun tercapai. Pada Juli 2017, Donnarumma menandatangani kontrak baru dengan Milan hingga 2021. Gajinya dinaikkan menjadi 6 juta euro (Rp 101,1 miliar) per tahun. Plus Milan harus merekrut sang kakak, Antonio, dari klub Asteras Tripolis di Liga Yunani. 

Hampir setahun berlalu dari drama itu, Raiola kembali berkoar. Dalam sebuah wawancara dengan media Italia, Raiola kembali membuka opsi untuk mengeluarkan Donnarumma dari Milan. 

"Gigio (panggilan Donnarumma) sudah memilih tetap di Milan, dan saya menghargai itu. Namun jika dia meminta untuk meninggalkan Milan, saya akan langsung bekerja karena ada tawaran besar untuknya. Bahkan jika saya yang menentukan, maka Gigio akan meninggalkan Milan," tegas Raiola, seperti dikutip dari Reuters. 

Sebelum drama Donnarumma, Raiola juga terlibat dalam transfer Paul Pogba dari Juventus ke Manchester United. Berkat Raiola, Pogba (yang terbuang dari United pada masa Sir Alex Ferguson) kembali ke Old Trafford dengan status pemain termahal dunia kala itu dengan biaya 105 juta euro (Rp 1,8 triliun). 

Dari transfer Pogba, Raiola dikabarkan mendapat keuntungan sebesar 25 juta euro (Rp 421,25 miliar). Uang itu disebut-sebut dipakainya untuk membeli sebuah rumah di Miami seharga 9 juta uro (Rp 151,65 miliar). Bukan rumah sembarang rumah, melainkan bekas milik bos mafia kelas wahid, Al Capone. Mungkin itu memang cocok untuk Raiola...

Bisnis Triliunan

Agen pemain sepakbola memang profesi yang menjanjikan, setidaknya di Eropa sana. Tidak hanya menawarkan penghasilan tinggi, agen juga memiliki pengaruh besar dalam percaturan sepakbola Benua Biru.

Mengutip laporan Badan Sepakbola Eropa (EUFA) berjudul European Club Footballing Landscape edisi Januari 2018, beberapa agen bahkan punya posisi kuat di klub. Pini Zahavi, agen super selain Raiola, dikabarkan memiliki saham di Apollon Limassol, klub di Siprus. Selain itu, keluarga seorang agen juga menjadi anggota dewan direksi di sebuah klub di Belgia.

Kembali ke uang, laporan EUFA menyebutkan dari sekitar 2.000 aktivitas transfer yang terjadi di Eropa dalam kurun 2013-2017, komisi untuk agen mencapai 1,27 miliar euro atau sekitar Rp 21,4 triliun. Ini mencapai 12,6% dari harga transfer pemain dan menjadi beban tambahan bagi klub. 

Secara umum, komisi untuk agen biasanya justru lebih besar untuk kesepakatan transfer dengan nilai relatif kecil. Misalnya untuk biaya transfer di atas 5 juta euro (Rp 84,25 miliar), komisi bagi para makelar ini rata-rata kurang dari 10%. Namun untuk transfer kurang dari 1 juta euro (Rp 16,85 miliar), biaya untuk agen bisa mencapai 20%. Rata-rata komisi agen adalah 13,3% dari biaya transfer. 

Setan Bernama AgenUEFA
Rata-rata biaya agen di setiap transfer pemain bervariasi di setiap negara. Tertinggi ada di Denmark, Polandia, dan Swiss. Sementara di Prancis, Israel, dan Spanyol relatif rendah. Ini sesuai dengan fakta bahwa biaya agen cenderung lebih besar untuk transfer bernilai kecil. 

Setan Bernama AgenUEFA
Ketika seorang agen beroperasi di Eropa, maka komisinya akan semakin besar bila mendatangkan pemain dari benua lain. Komisi tertinggi adalah bila berhasil membawa pemain Afrika ke Eropa, bagiannya bisa mencapai 32% dari nilai transfer. 

Setan Bernama AgenUEFA
UEFA juga menganalisis 96 transfer besar (di atas 15 juta euro atau Rp 252,75 miliar), dan hasilnya tidak ada yang mendominasi. Artinya bisnis agensi pemain cukup terbuka, tidak ada konsentrasi. Empat agensi pemain besar yaitu Gestifute, Alessandro Lucci-WSA, Mondial Sports Management, dan Bahia Internacional hanya menyumbang 17%. 

Gestifute mendapat untung besar kala pemain binaannya pindah klub pada musim panas tahun lalu. Di antaranya adalah Bernado Silva (Monaco ke Manchester City), Ederson (Benfica ke Manchester City), dan Nelson Semedo (Benfica ke Barcelona). Kemudian Alessandro Lucci-WSA mendapatkan komisi dari perpindahan Leonardo Bonucci (Juventus ke Milan), Mondial Sport Management dari hijrahnya Nemanja Matic dari Chelsea ke Manchester United, dan Bahia Internacional dari kepergian Dani Ceballos dari Real Betis ke Real Madrid. 

Setan Bernama AgenUEFA
Di Eropa setidaknya adal 10 agensi besar, yaitu Mondial Sports Management (Jerman), Gestifute (Portugal), Stellar Football Ltd (Inggris), Mino Raiola (Belanda), Sports Entertainment Group (Belanda), Unique Sports Management (Inggris), SportsTotal (Jerman), Base Soccer Agency Ltd (Inggris), ROGON Sportsmanagement GmbH (Jerman), dan Bahia Internacional (Spanyol). Mereka membina 23,1% dari total pemain yang berlaga di liga-liga Eropa.

Dari 10 agensi besar ini, mayoritas pemainnya berkarir di Inggris yaitu 27,3%. Sementara paling sedikit bermain di Wales, dengan porsi hanya 0,1%. 

Setan Bernama AgenUEFA
 
Necessary Evil

Meski kerap kali bertingkah menyebalkan dan menjadi antagonis, mengapa bisnis agen pemain tetap hidup bahkan berkembang? Jawabannya adalah agen bisa dibilang merupakan necessary evil alias setan yang dibutuhkan. 

Agen mungkin pantas mendapat cap mata duitan. Namun harus diakui bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi yang terbaik bagi klien. Walau mungkin apa yang menurut mereka terbaik buat klien adalah urusan uang semata. Agen sebisa mungkin akan membawa pemainnya ke tempat di mana si pemain mendapat benefit terbaik, dari sisi finansial tentu saja.

Selain itu, pemain sepakbola (sebagaimana orang awam) mungkin kurang paham dengan urusan legal-formal. Misanya soal kontrak kerja dikemas dalam bahasa rumit yang sulit dipahami oleh orang kebanyakan.  

Di sini agen berperan sebagai jembatan antara klub dengan pemain untuk urusan legal-formal. Agen akan mentranslasikan bahasa hukum yang seakan berasal dari planet lain menjadi bahasa manusia bumi. 

Agen juga seorang bermuka badak yang menjadi garda terdepan dalam urusan negosiasi pemain dengan klub. Seorang pemain mungkin akan sulit berhadapan dengan direktur keuangan klub yang bisa saja punya titel master di bidang ekonomi atau manajemen. Bisa-bisa pemain dikadali dan kepentingannya disunat habis. Dibutuhkan seorang agen yang ngotot dan tebal muka untuk memastikan negosiasi menghasilkan yang terbaik bagi pemain.

Well, untuk kasus Donnarumma terbukti Raiola bisa mendatangkan yang terbaik. Donnarumma dapat kenaikan gaji, kakaknya bermain untuk Milan, dan tidak perlu meninggalkan klub yang dicintainya sejak kecil...

(aji/aji)