
Belajar dari Arab, ESDM Minta Kilang RI Pasang Anti Drone
Annisatul Umah, CNBC Indonesia
17 September 2019 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia- Serangan drone yang membuat Saudi Aramco keteteran menjadi pelajaran, termasuk untuk Indonesia. Seperti diketahui, Saudi Aramco kehilangan jutaan barel produksi minyak yang bisa diolah akibat sekelompok penyerang.
Terkait hal ini, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto buka suara. Ia menghimbau agar para pemilik kilang minyak dan fasilitas produksi di Indonesia mulai berjaga-jaga dan antisipasi dari kasus yang menimpa Saudi Aramco.

"Jadi kita himbau nanti suruh yang punya kilang minyak produksi minyak, untuk pasang kalau bisa anti drone ya, kan ada kan," paparnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan belum ada badan usaha yang merespons karena ini masih baru. Diharapkan agar semua bisa segera kembali normal. "Enggak ini kan baru, belum ini masih aman, mudah-mudahan kembali normal," imbuhnya.
Sebelumnya, Djoko menjelaskan produksi Aramco bisa mencapai 13,6 juta barel sehari, sementara akibat serangan drone yang terganggu sekitar 5,7 juta barel. "Berarti masih ada sisa 7,9 juta barel per hari produksinya, kebutuhan kita cuma 0,11 juta barel," kata Djoko.
Menurutnya, serangan di kilang ini akan berdampak pada produksi crude di Saudi Aramco, namun perusahaan akan tetap mencoba memenuhi komitmen yang sudah diteken. Untuk produk minyak seperti BBM, sampai saat ini belum ada kabar gangguan produksi. "Kita belum dapat informasi, mudah-mudahan gak dari sana, cuma crude saja."
Semestinya, pengapalan minyak dari Aramco ini jalan di akhir September nanti. Sebagai antisipasi gangguan, pemerintah menyiapkan pembelian minyak dari Exxon. "Kita beli minyak Exxon nanti, dari Cepu kan ada bagian Exxon. Nanti kami beli, tanggal 20 September saya mau resmikan pembelian pertama minyaknya Exxon, kalau ini terganggu."
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto menambahkan insiden di kilang Saudi Aramco lebih berdampak global, terutama kepada harga minyak dunia. "Tapi kalau sudah diperbaiki pun kembali normal, kalau dilihat hari ini ada kenaikan tapi tidak banyak betul. Saya kira ini gambarang supply-demand dunia."
(gus/gus) Next Article RI-Arab Finalisasi Proyek Kilang Cilacap Habis Ramadan
Terkait hal ini, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto buka suara. Ia menghimbau agar para pemilik kilang minyak dan fasilitas produksi di Indonesia mulai berjaga-jaga dan antisipasi dari kasus yang menimpa Saudi Aramco.

"Jadi kita himbau nanti suruh yang punya kilang minyak produksi minyak, untuk pasang kalau bisa anti drone ya, kan ada kan," paparnya.
Sebelumnya, Djoko menjelaskan produksi Aramco bisa mencapai 13,6 juta barel sehari, sementara akibat serangan drone yang terganggu sekitar 5,7 juta barel. "Berarti masih ada sisa 7,9 juta barel per hari produksinya, kebutuhan kita cuma 0,11 juta barel," kata Djoko.
Menurutnya, serangan di kilang ini akan berdampak pada produksi crude di Saudi Aramco, namun perusahaan akan tetap mencoba memenuhi komitmen yang sudah diteken. Untuk produk minyak seperti BBM, sampai saat ini belum ada kabar gangguan produksi. "Kita belum dapat informasi, mudah-mudahan gak dari sana, cuma crude saja."
Semestinya, pengapalan minyak dari Aramco ini jalan di akhir September nanti. Sebagai antisipasi gangguan, pemerintah menyiapkan pembelian minyak dari Exxon. "Kita beli minyak Exxon nanti, dari Cepu kan ada bagian Exxon. Nanti kami beli, tanggal 20 September saya mau resmikan pembelian pertama minyaknya Exxon, kalau ini terganggu."
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto menambahkan insiden di kilang Saudi Aramco lebih berdampak global, terutama kepada harga minyak dunia. "Tapi kalau sudah diperbaiki pun kembali normal, kalau dilihat hari ini ada kenaikan tapi tidak banyak betul. Saya kira ini gambarang supply-demand dunia."
(gus/gus) Next Article RI-Arab Finalisasi Proyek Kilang Cilacap Habis Ramadan
Most Popular