
Kilang Arab Diserang, Bagaimana Nasib Harga Minyak RI?
Anissatul Umah, CNBC Indonesia
17 September 2019 11:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan pesawat nirawak ke fasilitas produksi minyak Saudi Aramco berdampak langsung pada harga minyak dunia. Lantas, bagaimana nasib Indonesia yang juga diketahui masih mengimpor dari perusahaan minyak raksasa tersebut?
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan dampaknya ke Indonesia sampai saat ini belum terlalu signifikan. Harga minyak dunia memang sempat tembus US$ 67,83 per barel dan biasanya ICP atau Indonesian Crude Price memiliki selisih sekitar US$ 5 barel.
"Nah ini kan kira-kira kalau ICP-nya berarti dikurang US$5, jadi US$ 62,83 sementara ICP 2020 kita tetapkan US$ 63 per barel jadi masih oke kok," kata Djoko dijumpai di Gedung ESDM, Selasa (17/9/2019).
Indonesia, lanjut Djoko, memang mengimpor sebanyak 0,11 juta barel atau sekitar 110 ribu barel sehari dari Saudi Aramco untuk kontrak yang akan dikapalkan akhir September mendatang.
"Jadi kita cuma 0,11 juta barel masih aman, itu produksi dari kilang yang terbakar. Tapi sudah komitmen dengan negara lain yang diekspor harusnya enggak ada masalah ya," kata dia.
Sebagai antisipasi, pemerintah juga sudah siapkan pembelian crude bagian KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) dalam negeri, kali ini adalah produksi dari Blok Cepu yang dikelola oleh Exxonmobil. Kontrak minyak yang diincar dari Exxon adalah sebanyak 600 ribu sampai 650 ribu dan mulai dikirim September.
(gus/gus) Next Article Begini Dampak Serangan Drone di Arab ke Sektor Migas RI
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan dampaknya ke Indonesia sampai saat ini belum terlalu signifikan. Harga minyak dunia memang sempat tembus US$ 67,83 per barel dan biasanya ICP atau Indonesian Crude Price memiliki selisih sekitar US$ 5 barel.
Indonesia, lanjut Djoko, memang mengimpor sebanyak 0,11 juta barel atau sekitar 110 ribu barel sehari dari Saudi Aramco untuk kontrak yang akan dikapalkan akhir September mendatang.
"Jadi kita cuma 0,11 juta barel masih aman, itu produksi dari kilang yang terbakar. Tapi sudah komitmen dengan negara lain yang diekspor harusnya enggak ada masalah ya," kata dia.
Sebagai antisipasi, pemerintah juga sudah siapkan pembelian crude bagian KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) dalam negeri, kali ini adalah produksi dari Blok Cepu yang dikelola oleh Exxonmobil. Kontrak minyak yang diincar dari Exxon adalah sebanyak 600 ribu sampai 650 ribu dan mulai dikirim September.
(gus/gus) Next Article Begini Dampak Serangan Drone di Arab ke Sektor Migas RI
Most Popular