Internasional

Serangan di Saudi & Hilangnya Kapasitas Cadangan Minyak Dunia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
17 September 2019 06:47
Serangan di Saudi & Hilangnya Kapasitas Cadangan Minyak Dunia
Foto: Kebakaran di sebuah perusahaan minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi (14/9/2019). (Social Media/ via Reuters)
Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan di jantung industri minyak Arab Saudi, termasuk kerusakan pada fasilitas pemrosesan minyak terbesar dunia, telah mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam hampir empat bulan.

Hal itu juga mengancam jumlah cadangan minyak dunia. Berikut adalah beberapa fakta tentang dampak serangan itu pada pasokan minyak dan kapasitas cadangan yang dihimpun CNBC Indonesia dari Reuters.

Mengapa Sangat Mengganggu Cadangan Minyak Global?


Serangan terhadap fasilitas minyak Saudi pada akhir pekan lalu, tidak hanya menghancurkan setengah dari produksi Arab Saudi. Tapi juga menghilangkan hampir semua kapasitas cadangan yang tersedia untuk mengkompensasi gangguan besar dalam pasokan minyak di di dunia.

Serangan itu mengurangi 5,7 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah Saudi, atau lebih dari 5% dari pasokan dunia. Termasuk, membatasi kemampuan Arab Saudi untuk menggunakan lebih dari 2 juta bph kapasitas produksi minyak cadangan yang dimilikinya untuk keadaan darurat.

Saudi telah bertahun-tahun menjadi satu-satunya negara penghasil minyak utama yang mempertahankan kapasitas cadangan yang signifikan. Sehingga dapat segera menutupi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh perang atau bencana alam.



Sebelum serangan terjadi, Badan Energi Internasional (IEA mencatat cadangan pasokan global Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hanya lebih dari 3,21 juta barel per hari (bpd), menurut Badan Energi Internasional (IEA).

Arab Saudi, pemimpin defacto OPEC, memiliki 2,27 juta bph dari kapasitas itu. Sisanya sekitar 940.000 bph kapasitas cadangan, sebagian besar dipegang oleh Kuwait dan Uni Emirat Arab.

Irak dan Angola juga memiliki sedikit kapasitas cadangan. Mereka sekarang dapat menjual produksi itu untuk membantu mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Arab Saudi. Tetapi, itu tetap tidak akan cukup.

Kenapa OPEC dan Mitra Tidak Meningkatkan Produksi?

Selama ini, OPEC dan sekutunya seperti Rusia telah memangkas produksi untuk mencegah harga minyak melemah karena pasar telah kelebihan pasokan. Pemotongan itu bertujuan untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta bph.

Tetapi banyak dari pemotongan itu dilakukan Arab Saudi sehingga sekarang ini tidak dapat digantikan dengan cepat. Anggota non-OPEC seperti Rusia telah memompa hampir mencapai kapasitas, dan mungkin hanya bisa menambah 100.000-150.000 bph.

Bagaimana dengan Iran?

Iran memiliki kapasitas cadangan tetapi tidak dapat menjual minyak ke pasar karena sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ekspor Iran telah turun lebih dari 2 juta barel per hari sejak April.

AS sendiri telah menuduh Iran sebagai dalang serangan hari Sabtu. Jadi, AS tidak mungkin meringankan sanksi yang bisa memungkinkan Iran untuk mengisi kekosongan pasokan.

Iran sebenarnya telah mengatakan bersedia memasok minyak jika sanksi dikurangi. Sebelumnya, AS memberi sanksi pada Iran terkait masalah nuklir.

BERLANJUT KE HAL 2
Bagaimana dengan Venezuela?

Sanksi AS juga dijatuhkan pada industri minyak Venezuela. Tetapi produksi Venezuela telah mengalami krisis selama bertahun-tahun dan perusahaan minyak negara, PDVSA, tidak mungkin mampu meningkatkan produksi bahkan jika sanksi dikurangi.

Bagaimana dengan AS, Bisakah Negara Ini Memasok Minyak Mentah?

Amerika Serikat telah menjadi produsen minyak mentah utama dunia setelah bertahun-tahun meningkatkan pasokan shale gas, yang sebagian besar dipompa dari ladang di Texas.

AS juga telah tumbuh sebagai eksportir, dan mengirim lebih banyak minyak mentah ke pasar internasional pada bulan Juni dibandingkan Arab Saudi.

Produsen shale gas dapat bergerak cepat untuk memompa lebih banyak ketika harga naik, dan dapat menjual produksi dalam hitungan bulan, sebuah cara yang lebih cepat.

Jika produksi Saudi terus rendah dan harga minyak reli secara signifikan, maka produsen shale gas bisa meningkatkan output.

Tetapi jika produsen shale gas memompa lebih banyak, maka tetap akan ada kendala pada seberapa banyak AS dapat mengekspor karena pelabuhan minyak sudah hampir memenuhi kapasitas.

Jadi Apa yang Terjadi Sekarang?

Itu semua tergantung pada berapa lama kekurangan pasokan berlangsung.
Arab Saudi, AS dan China semuanya memiliki ratusan juta barel minyak dalam penyimpanan mereka. Itu adalah cadangan yang disimpan pemerintah untuk kejadian tak terduga.

Negara-negara itu dapat melepaskan simpanan minyak untuk memenuhi permintaan dan mengurangi dampak kenaikan harga. Presiden Trump sendiri pada hari Minggu telah mengatakan bahwa ia telah menyetujui dikeluarkannya Cadangan Minyak Strategis AS.

IEA, yang mengoordinasikan kebijakan energi negara-negara industri, menyarankan semua anggotanya untuk menyimpan cadangan sekitar 90 hari impor minyak bersih.

Minyak dari penyimpanan harus mampu memenuhi pasokan pasar untuk waktu tertentu, tetapi pasar minyak kemungkinan akan menjadi semakin fluktuatif karena penyimpanan menurun dan kemungkinan krisis persediaan meningkat.

IEA mengatakan pada hari Sabtu pasar masih dipasok dengan baik meskipun ada gangguan Saudi.

"Kami kelebihan pasokan besar-besaran," kata Christyan Malek, kepala penelitian minyak dan gas untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika di J.P. Morgan.

Ia menambahkan bahwa akan membutuhkan lima bulan dari penghentian produksi 5 juta bph untuk mengembalikan tingkat pasokan minyak mentah global ke rata-rata normal 40 tahun.

"Karena itu, serangan ini memperkenalkan premi risiko baru yang tidak dapat dipulihkan ke pasar," tambahnya.

Apa yang Terjadi Jika Ada Gangguan Pasok Lain?

Tanpa kapasitas cadangan, gangguan di masa depan akan menyebabkan harga minyak naik. Harga yang lebih tinggi dari waktu ke waktu akan mendorong produsen untuk berinvestasi dan memompa lebih banyak, sementara pada saat yang sama mengurangi konsumsi.

Anggota OPEC, Libya, berada di tengah perang saudara. Hal ini mengancam kemampuannya untuk terus memompa minyak. Gangguan besar Libya lainnya akan menambah guncangan dan semakin memperparah kurangnya kapasitas cadangan.
Ekspor Nigeria juga mengalami gangguan.

Bahkan sebelum serangan Saudi, kapasitas cadangan sudah turun. Aspek Konsultansi Energi mengatakan pihaknya memperkirakan kapasitas cadangan OPEC turun menjadi di bawah 1 juta bph pada kuartal keempat dari dua juta bph pada kuartal kedua tahun 2019.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular