
Temui Pangeran Arab, Jokowi Dorong Kilang Cilacap yang Macet
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
01 July 2019 11:10

Jakarta, CNBC Indonesia- Tarik ulur antara Arab Saudi dan Indonesia soal pembangunan kilang Cilacap masih berjalan alot. Di pertemuan G20 yang digelar di Jepang pekan lalu, Presiden Joko Widodo di hadapan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman kembali menyinggung soal mega proyek ini.
Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, pertemuan dua petinggi negara itu digelar di sela-sela hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di INTEX, Osaka, Jepang, Sabtu, 29 Juni 2019.
Terkait proyek kilang Cilacap yang rencananya bakal disuntik investasi oleh perusahaan minyak raksasa Arab, Saudi Aramco, Jokowi dan Salman sepakat mendorong menteri-menterinya untuk gelar pertemuan.
Sebagai tindak lanjutnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati telah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih.
Diharapkan pembahasan kerjasama sudah dapat selesai pada bulan Oktober, sehingga kerjasama dapat segera dilakukan. Indonesia juga siap untuk mengirimkan tim untuk membahas kerjasama lain di bidang petrokimia.
Pengerjaan kilang Cilacap memang tersendat, kedua pihak masih belum sepakat soal valuasi untuk membangun kilang tersebut.
Berdasarkan dokumen yang didapat CNBC Indonesia, dikatakan PT Pertamina (Persero) berpegangan pada enterprise value dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) pada Juni 2018, yang sebesar US$ 5,66 miliar atau setara Rp 79,95 triliun.
Sedangkan, Saudi Aramco menganggap enterprise value adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang disesuaikan dengan kurs awal 2018.
Pertamina sampai menggunakan jasa konsultan auditor PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang, dan Arab Saudi dikabarkan masih tak sepakat.
Adapun, dalam dokumen tersebut dikatakan, perlu dorongan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud agar Saudi Aramco dapat menyetujui valuasi baru yang dikeluarkan PwC.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article RI dan Korban 'PHP' Pangeran Arab di Proyek Kilang Cilacap
Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, pertemuan dua petinggi negara itu digelar di sela-sela hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di INTEX, Osaka, Jepang, Sabtu, 29 Juni 2019.
Sebagai tindak lanjutnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati telah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih.
Diharapkan pembahasan kerjasama sudah dapat selesai pada bulan Oktober, sehingga kerjasama dapat segera dilakukan. Indonesia juga siap untuk mengirimkan tim untuk membahas kerjasama lain di bidang petrokimia.
Pengerjaan kilang Cilacap memang tersendat, kedua pihak masih belum sepakat soal valuasi untuk membangun kilang tersebut.
Berdasarkan dokumen yang didapat CNBC Indonesia, dikatakan PT Pertamina (Persero) berpegangan pada enterprise value dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) pada Juni 2018, yang sebesar US$ 5,66 miliar atau setara Rp 79,95 triliun.
![]() |
Sedangkan, Saudi Aramco menganggap enterprise value adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang disesuaikan dengan kurs awal 2018.
Pertamina sampai menggunakan jasa konsultan auditor PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang, dan Arab Saudi dikabarkan masih tak sepakat.
Adapun, dalam dokumen tersebut dikatakan, perlu dorongan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud agar Saudi Aramco dapat menyetujui valuasi baru yang dikeluarkan PwC.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article RI dan Korban 'PHP' Pangeran Arab di Proyek Kilang Cilacap
Most Popular