Internasional

Ramai Maskapai Dunia Bangkrut di 2019

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 September 2019 09:34
Ramai Maskapai Dunia Bangkrut di 2019
Foto: Topik/Topik LCC Pesawat dalam/ Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNCB Indonesia - Memasuki bulan kesembilan tahun 2019 ini, berbagai isu di dunia penerbangan tak kunjung surut. Mulai dari kecelakaan yang menimpa pesawat buatan perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat (AS) Boeing hingga kebangkrutan sederet maskapai yang pernah berjaya.

Seperti diketahui, pada bulan Maret lalu Ethiopian Airlines mengalami kecelakaan tragis yang berujung pada pelarangan terbang pesawat Boeing jenis Max di seluruh dunia. Akibat hal ini, Boeing mengalami banyak kerugian. Beruntung, perusahaan ini masih bisa bertahan.

Namun, nasib baik tidak berlabuh pada beberapa perusahaan penerbangan atau maskapai yang mengoperasikan pesawat penumpang di seluruh dunia. Mengutip laporan All Plane, berikut beberapa maskapai yang sudah tutup sepanjang tahun 2019 ini:


1. Germania (Jerman)

Maskapai penerbangan bertarif rendah ini telah mengajukan kebangkrutan pada Februari lalu dan membatalkan semua penerbangannya. Meskipun kurang dikenal di luar Jerman, namun maskapai ini bisa dibilang sangat besar di Jerman, mengoperasikan 30 pesawat.

Mengutip BBC News, pada saat kebangkrutan, perusahaan mengatakan bahwa penumpang yang telah memesan penerbangan sebagai bagian dari paket bisa menghubungi operator tur mereka untuk membuat jadwal terbang yang berbeda, tetapi penumpang yang memesan langsung tiket mereka tidak berhak untuk menerima penerbangan pengganti.

2. California Pacific (AS)

California Pacific Airlines, yang meluncurkan penerbangan pada 1 November tahun 2018 lalu dari Carlsbad, California ke San Jose, menghentikan layanan pada akhir Desember, dengan alasan kekurangan pilot nasional. Maskapai yang mengoperasikan pesawat Embraer SA E145 ini telah merencanakan untuk menyelesaikan pelatihan pilot tambahan pada bulan Januari dan melanjutkan layanan.

Maskapai yang memiliki hampir 90 karyawan ini membuat semua staf-nya cuti pada 18 Januari "tanpa tanggal kembali bekerja yang pasti". Demikian disampaikan juru bicara perusahaan Ryan DiVita dalam email kepada Bloomberg awal Februari lalu.

3. Flybmi (Inggris)

Maskapai terakhir Bmi (British Midland International) yang pernah menjadi pemain yang relatif penting dalam industri penerbangan Inggris ini, diakuisisi oleh British Airways pada tahun 2012. Operasi regional Bmi dibeli oleh investor swasta dan terus beroperasi sebagai entitas independen dengan Embraer ERJ135 / 145 hingga Februari 2019.

Pada saat ditutup, sebanyak hampir 400 karyawan di Flybmi kehilangan pekerjaan dan membatalkan penerbangan ribuan penumpang. Maskapai ini mengoperasikan lebih dari 600 penerbangan seminggu dari berbagai bandara regional termasuk Bristol, Newcastle, Aberdeen dan Midlands timur.

Pemilik langsung maskapai ini, British Midland Regional, mengoperasikan 17 pesawat jet regional pada rute ke 25 kota Eropa, seperti dikutip dari The Guardian.

3. Air Insel (Curacao)

Airline Insel Air dinyatakan bankrupt pada Februari setelah hampir tiga belas tahun melayani penerbangan di wilayah Curacao, Aruba dan Bonaire. Empat tahun lalu, maskapai ini terbang di lebih dari dua puluh tujuan dan mengangkut lebih dari 2 juta penumpang setiap tahun. Menurut Talk Finance, perusahaan ini memiliki hutang lebih dari 165 juta gulden Antillean atau sekiar lebih dari 80 juta euro.



BERLANJUT KE HAL 2

4. Tajik Air (Tajikistan)

Maskapai pemerintah Tajikistan ini menghentikan operasi pada Januari 2019. Menurut laporan Caan Asia, Tajik Air telah menghadapi masalah yang berbeda sejak lama, namun masalah itu mulai jelas terlihat sebelum liburan Tahun Baru. Pada saat itu Tajik Air mulai menangguhkan penerbangan ke beberapa tujuan, dan membuat perubahan jadwal penerbangan untuk Januari 2019 karena tidak menguntungkan.

Kemudian, maskapai menyatakan mengalihkan penumpang yang terbang ke Rusia ke maskapai swasta Somon Air. Setelahnya Tajik Air membuat karyawannya cuti tanpa dibayar, dan menangguhkan semua penerbangan.

Pada musim panas 2019, maskapai ini meluncurkan kembali operasinya setelah absen selama 8 bulan. Namun hanya melayani dua kali seminggu untuk penerbangan antara Dushanbe dan Mashhad (Iran) menggunakan Boeing 767.

5. Asian Express (Tajikistan)

Maskapai asal Tajikistan ini didirikan pada 1911. Pada Januari 2019 operasi penerbangan maskapai ini dihentikan. Sebelum ditutup, maskapai ini mengoperasikan pesawat Airbus A320-200 dan pesawat Avro RJ100.

6. WOW Air (Islandia)

Mengutip The Verge, maskapai penerbangan murah Islandia ini menghentikan operasinya tanpa peringatan pada bulan Maret 2019. Akibat hal itu sebanyak 4.000 penumpang terlantar saat itu. Menurut Yahoo, maskapai ini sekarang dijadwalkan kembali beroperasi pada bulan Oktober tahun ini, berkat investasi besar dari USAerospace Associates.

7. Aerolineas de Antioquia/ADA (Kolombia)

Maskapai kecil Kolombia ini menghentikan semua operasinya pada bulan Maret, setelah 32 tahun melayani penumpang. Alasan pemberhentian adalah kekurangan biaya dan merosotnya jumlah penumpang. Mengutip 24/7 Tempo, ADA menyediakan layanan penumpang dan kargo regional ke sekitar 20 tujuan di Kolombia.

8. Fly Jamaica Airways (Jamaika)

Fly Jamaica Airways mulai beroperasi pada 2012 dengan hanya satu pesawat. Maskapai ini mengoperasikan penerbangan ke AS dan Kanada dari Jamaika dan Guyana. Pada November 2018 satu-satunya pesawat maskapai ini mengalami kecelakaan dan mendarat darurat di Guyana. Akibat hal itu serta kekurangan dana, maskapai ini pun tutup.


BERLANJUT KE HAL 3


9. Air Philip (Korea Selatan)

Air Philip adalah maskapai penerbangan Korea Selatan yang mulai beroperasi pada Juni 2018. Maskapai ini hanya terbang antara Seoul dan Gwangju. Maskapai ini memulai penerbangan terjadwal ke Rusia dan Jepang pada bulan Desember tetapi menangguhkan semua layanan hanya tiga bulan kemudian, akibat masalah keuangan.

10. Jet Airways (India)

Setelah 25 tahun terbang rute domestik dan internasional dari Mumbai, Jet Airways melakukan penerbangan terakhir pada bulan April. Itu terjadi setelah negosiasi berbulan-bulan dengan pemberi pinjaman gagal menghasilkan dana darurat bagi maskapai. Maskapai ini terpaksa tutup meski terkenal sangat andal dan memiliki peringkat yang bagus dari konsumen.

Maskapai ini merupakan yang terbesar kedua di India. Hingga saat ini maskapai terus mencari investor.

11. Avianca Brasil dan Avianca Argentina

Avianca Brasil menunda semua penerbangan pada 24 Mei. Mengurut laporan Reuters, anak perusahaan Brasil dari grup maskapai Kolombia ini membatalkan lebih dari 1.000 penerbangan di tengah restrukturisasi kebangkrutan pada April.

Setelahnya pada bulan Juni, Avianca Argentina melaporkan memberhentikan operasinya. Sebelumnya, Avianca Holdings dan Avianca Brasil telah merencanakan merger tetapi dibatalkan ketika Avianca Brasil mengajukan kebangkrutan pada bulan Desember.

12. Al Naser Wings Airlines (Irak)

Al-Naser Airlines didirikan pada 2005 oleh Sheikh Hussein Al Khawam. Maskapai ini mulai beroperasi pada 2005 untuk militer AS di Irak dan pada 2009 memasuki sektor sipil yang mengoperasikan penerbangan pertamanya ke Kuwait pada 15 Juli 2009. Maskapai ini berganti nama menjadi Al Naser Wings Airlines pada 2017. Namun, maskapai ini berhenti beroperasi dan mengajukan kebangkrutan pada awal 2019.

13. Aigle Azur (Prancis)

Maskapai yang bermarkas di Paris Orly ini mengatakan pihaknya mulai mencatatkan kebankrutan pada 2 September. Maskapai ini memiliki investor terkenal seperti David Neeleman dan kelompok China HNA. Maskapai ini berfokus pada pasar Prancis ke Afrika Utara. Sampai baru-baru ini Aigle Azur memiliki beberapa rencana pertumbuhan yang ambisius yang mencakup penambahan armada pesawat A330.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular