
Menko Luhut: Tak Ada Alasan PDB Indonesia Jatuh di Bawah 5%
Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
09 September 2019 19:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia (The World Bank) meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal turun lebih dalam karena lemahnya produktivitas dan pertumbuhan pekerja.
Dalam laporan Global Economic Risks and Implications for Indonesia yang dirilis Bank Dunia, September 2019 dijelaskan jika ekonomi global terutama tumbuh melambat sehingga menimbulkan pengaruh terhadap Indonesia.
Di AS sudah mulai terlihat tanda resesi di pasar surat utang negara. Kemudian di Eropa mesin pertumbuhan melambat, sedangkan di China terjadi pelemahan.
Dalam presentasinya, Bank Dunia memaparkan pertumbuhan ekonomi di 2020 akan berada di 4,9% dan terus menurun hingga 4,6% di 2022.
Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan tak percaya terhadap hal tersebut walaupun ada juga skenario pelemahan.
"Ada beberapa skenario yang dibuat. Memang betul, tapi Indonesia masih tetap lebih baik dari yang lain. Jadi kalau langkah-langkah yang dibuat sekarang diserahkan pemerintah itu dilakukan dengan baik, tidak ada alasan kita jatuh di bawah 5%," kata Luhut di Kantor Menko Maritim, Senin (9/9/2019).
Menurutnya, pemerintah sudah memperlancar keran investasi dan melonggarkan perizinan yang menghambat. "Perizinan diminta dipangkas itu semua. Banyak sekali. Jadi Presiden sekarang ingin melakukan dan sudah mulai ya rapat terbatas untuk memeriksa di Kementerian di mana izin-izin yang dianggap berlebihan itu mau dipotong," terang Luhut.
Kembali ke laporan Bank Dunia, adanya risiko global memang berdampak pada adanya aliran dana keluar dari Indonesia karena penyakit kronis yang masih menghantui yaitu CAD. World Bank memperkirakan bahwa CAD Indonesia setiap tahun berada di angka US$ 33 miliar.
Dalam skenario normal saja, Indonesia masih membutuhkan setidaknya US$ 16 miliar lagi untuk menutup celahnya. Hal itu disebabkan karena rata-rata aliran dana masuk melalui penanaman modal asing (PMA) per tahun hanya 22 miliar dolar belum lagi dikurangi aliran dana keluar akibat aktivitas investasi sebesar 5 milyar dolar per tahun.
Apabila yang terjadi adalah skenario yang terburuk yaitu capital outflows, maka Indonesia akan membutuhkan lebih banyak aliran dana masuk untuk menambal kebocoran tersebut.
"Solusinya bukan dengan menurunkan CAD, melainkan dengan meningkatkan penanaman modal asing (PMA)" terang Bank Dunia.
Masalahnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, PMA tidak tumbuh agresif di Indonesia. Aliran dana PMA mengalir deras ke Kamboja dan Vietnam. World Bank menyebutkan bahwa rata-rata arus masuk PMA ke Kamboja dalam skala 5 tahunan berada di angka 11,8%. Pada periode yang sama, aliran masuk ke Vietnam sebesar 5,9%, Malaysia di angka 3,5%, Filipina berada di kisaran 2,6%, Indonesia 1,9% dan terakhir Thailand di angka 1,7%.
World Bank juga menyebutkan bahwa aliran PMA yang deras ke Vietnam merupakan salah satu keberhasilan dari reformasi dalam kebijakan investasinya. Untuk dapat mengundang investor asing, Indonesia masih memiliki PR untuk membenahi iklim investasinya menjadi lebih terbuka, payung hukum yang jelas dan sesuai dengan arahan dan kebijakan presiden.
Simak Video Ekonomi AS Melambat, Dampak Perang Dagang Mulai Terasa
(dru/dob) Next Article Luhut Terkejut! RI Jadi Negara Menengah Atas Saat Pandemi
Dalam laporan Global Economic Risks and Implications for Indonesia yang dirilis Bank Dunia, September 2019 dijelaskan jika ekonomi global terutama tumbuh melambat sehingga menimbulkan pengaruh terhadap Indonesia.
Di AS sudah mulai terlihat tanda resesi di pasar surat utang negara. Kemudian di Eropa mesin pertumbuhan melambat, sedangkan di China terjadi pelemahan.
Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan tak percaya terhadap hal tersebut walaupun ada juga skenario pelemahan.
"Ada beberapa skenario yang dibuat. Memang betul, tapi Indonesia masih tetap lebih baik dari yang lain. Jadi kalau langkah-langkah yang dibuat sekarang diserahkan pemerintah itu dilakukan dengan baik, tidak ada alasan kita jatuh di bawah 5%," kata Luhut di Kantor Menko Maritim, Senin (9/9/2019).
Menurutnya, pemerintah sudah memperlancar keran investasi dan melonggarkan perizinan yang menghambat. "Perizinan diminta dipangkas itu semua. Banyak sekali. Jadi Presiden sekarang ingin melakukan dan sudah mulai ya rapat terbatas untuk memeriksa di Kementerian di mana izin-izin yang dianggap berlebihan itu mau dipotong," terang Luhut.
Kembali ke laporan Bank Dunia, adanya risiko global memang berdampak pada adanya aliran dana keluar dari Indonesia karena penyakit kronis yang masih menghantui yaitu CAD. World Bank memperkirakan bahwa CAD Indonesia setiap tahun berada di angka US$ 33 miliar.
Dalam skenario normal saja, Indonesia masih membutuhkan setidaknya US$ 16 miliar lagi untuk menutup celahnya. Hal itu disebabkan karena rata-rata aliran dana masuk melalui penanaman modal asing (PMA) per tahun hanya 22 miliar dolar belum lagi dikurangi aliran dana keluar akibat aktivitas investasi sebesar 5 milyar dolar per tahun.
Apabila yang terjadi adalah skenario yang terburuk yaitu capital outflows, maka Indonesia akan membutuhkan lebih banyak aliran dana masuk untuk menambal kebocoran tersebut.
"Solusinya bukan dengan menurunkan CAD, melainkan dengan meningkatkan penanaman modal asing (PMA)" terang Bank Dunia.
Masalahnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, PMA tidak tumbuh agresif di Indonesia. Aliran dana PMA mengalir deras ke Kamboja dan Vietnam. World Bank menyebutkan bahwa rata-rata arus masuk PMA ke Kamboja dalam skala 5 tahunan berada di angka 11,8%. Pada periode yang sama, aliran masuk ke Vietnam sebesar 5,9%, Malaysia di angka 3,5%, Filipina berada di kisaran 2,6%, Indonesia 1,9% dan terakhir Thailand di angka 1,7%.
World Bank juga menyebutkan bahwa aliran PMA yang deras ke Vietnam merupakan salah satu keberhasilan dari reformasi dalam kebijakan investasinya. Untuk dapat mengundang investor asing, Indonesia masih memiliki PR untuk membenahi iklim investasinya menjadi lebih terbuka, payung hukum yang jelas dan sesuai dengan arahan dan kebijakan presiden.
Simak Video Ekonomi AS Melambat, Dampak Perang Dagang Mulai Terasa
(dru/dob) Next Article Luhut Terkejut! RI Jadi Negara Menengah Atas Saat Pandemi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular