
Izin Gampang Cuma Pencitraan, Perusahaan China Tak ke RI
Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
05 September 2019 08:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha menyebut upaya pemerintah dalam menyederhanakan perizinan sebatas pencitraat ini salah satu faktor yang membuat perusahaan China enggan merelokasi pabrik ke Indonesia dalam dua bulan terakhir. Perusahaan China lebih memilih memindahkannya ke Vietnam, selebihnya ke Kamboja, Malaysia, dan Thailand.
Khusus Vietnam dan Kamboja, kedua negara ini dinilai kondusif dan stabil untuk mendukung investasi. Selain itu, ada kemudahan perizinan.
Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo mengungkapkan pemerintah Vietnam akan mempermudah semua tahapan perizinan. Pengusaha dibuat senyaman mungkin.
"Kalau ngga bagus dikejar, sampai di mana pun bisa digampangkan," ujar Juan kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019).
Kondisi itu diakuinya memang berbeda dibanding Indonesia. Bahkan, Juan menyebut regulasi perizinan di sini terkesan lebih mengena pada pencitraan.
"Pencitraan yang selalu digunakan di sini, di sana ngga bisa (pencitraan). Mereka ngga perlu pencitraan," ucapnya.
Ia menjelaskan maksud pencitraan tersebut ialah orang-orang Indonesia yang cenderung memberikan banyak gagasan ideal soal perizinan, namun jarang diimplemetasikan.
"Di sini (Indonesia) orang pencitraan merasa expert bikin statement, kepintarannya dituangkan begitu saja, omong saja, ngga ada implementasi," ucap Juan.
Ia pun memberika gambaran bagaimana Vietnam mencoba memudahkan pengusaha agar mau berinvestasi ke negeranya.
"Saya mempunyai pengalaman itu. Misalnya kalau kita, orang Indonesia, mau masuk, eh di Indonesia kebijakannya seperti apa, saya akan beri kamu lebih, misalnya. Perizinan lebih mudah," ujarnya.
Perihal perizinan, Presiden Jokowi dalam rapat terbatas bersama menteri Kabinet Kerja juga mengakui durasi waktu di Vietnam lebih singkat dibanding Indonesia. Hal ini kemudian menjadi perhatiannya.
"Setelah dilihat lebih detail lagi kalau mau pindah ke Vietnam hanya butuh waktu 2 bulan rampung. Kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya hanya itu. Enggak ada yang lain," kata Jokowi, Rabu (4/9/2019).
(hps/hps) Next Article Brebes Vs Batang, Berebut Relokasi Pabrik-Pabrik AS di China
Khusus Vietnam dan Kamboja, kedua negara ini dinilai kondusif dan stabil untuk mendukung investasi. Selain itu, ada kemudahan perizinan.
Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo mengungkapkan pemerintah Vietnam akan mempermudah semua tahapan perizinan. Pengusaha dibuat senyaman mungkin.
Kondisi itu diakuinya memang berbeda dibanding Indonesia. Bahkan, Juan menyebut regulasi perizinan di sini terkesan lebih mengena pada pencitraan.
"Pencitraan yang selalu digunakan di sini, di sana ngga bisa (pencitraan). Mereka ngga perlu pencitraan," ucapnya.
Ia menjelaskan maksud pencitraan tersebut ialah orang-orang Indonesia yang cenderung memberikan banyak gagasan ideal soal perizinan, namun jarang diimplemetasikan.
"Di sini (Indonesia) orang pencitraan merasa expert bikin statement, kepintarannya dituangkan begitu saja, omong saja, ngga ada implementasi," ucap Juan.
Ia pun memberika gambaran bagaimana Vietnam mencoba memudahkan pengusaha agar mau berinvestasi ke negeranya.
"Saya mempunyai pengalaman itu. Misalnya kalau kita, orang Indonesia, mau masuk, eh di Indonesia kebijakannya seperti apa, saya akan beri kamu lebih, misalnya. Perizinan lebih mudah," ujarnya.
Perihal perizinan, Presiden Jokowi dalam rapat terbatas bersama menteri Kabinet Kerja juga mengakui durasi waktu di Vietnam lebih singkat dibanding Indonesia. Hal ini kemudian menjadi perhatiannya.
"Setelah dilihat lebih detail lagi kalau mau pindah ke Vietnam hanya butuh waktu 2 bulan rampung. Kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya hanya itu. Enggak ada yang lain," kata Jokowi, Rabu (4/9/2019).
(hps/hps) Next Article Brebes Vs Batang, Berebut Relokasi Pabrik-Pabrik AS di China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular