Soal Produktivitas, Tenaga Kerja RI Perlu Belajar ke Jack Ma

Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
05 September 2019 08:16
Isu produktivitas menjadi alasan pengusaha merelokasi perusahaan dari China ke Vietnam dan Kamboja.
Foto: REUTERS/Kham
Jakarta, CNBC Indonesia - Kegagalan dalam implementasi penyederhanaan perizinan dan tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah menjadi masalah utama yang menyebabkan perusahaan China enggan merelokasi usaha ke Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo yang menilai produktivitas pekerja di Vietnam dan Kamboja lebih unggul dibanding Indonesia.

Isu produktivitas menjadi alasan pengusaha merelokasi perusahaan dari China ke Vietnam dan Kamboja. Sementara Indonesia tidak menjadi pilihan relokasi dari China dalam beberapa terakhir.

Juan menilai, produktivitas tenaga kerja di sana timbuk bersama dengan tekad mereka yang tinggi untuk maju dan terus belajar.

Ia berharap, tenaga kerja di Indonesia dapat melakukan hal serupa meskipun Indonesia dahulu pernah disebutnya sebagai 'guru' bagi negara-negara tersebut dalam hal investasi.

Karena itu, Juan menyarankan agar orang Indonesia belajar dari nasihat bijak pengusaha ternama Jack Ma.

"Kita harus ikuti apa yang dikatakan Jack Ma. Jack Ma mengatakan expert waktunya sudah lewat, jadi kita harus terus belajar," ucap Juan kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019).

Ia menilai Indonesia terlalu cepat berpuas diri. Anggapan sebagai negara kaya dan gelar tinggi pada seseorang membuat masyarakat Indonesia menjadi enggan untuk terus belajar.

"Wah sekarang saya sudah S3 lalu mandeg di situ, ngga! S3 cuma kamu kebetulan S3, tapi itu sudah lewat, perlu belajar lagi. Itu yang lebih penting. Belajar mengikuti situasi," kata Juan.

Alasan produktivitas ini kemudian dianggap membuat pengusaha yakin merelokasi perusahaan dari China ke Vietnam dan Kamboja. Indonesia justru tidak menjadi negara tujuan relokasi dalam dua bulan terakhir.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung relokasi dari China ini saat rapat terbatas bersama para menteri Kabinet Kerja di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

"Dari investor-investor yang kita temui, juga dari catatan yang kemarin disampaikan oleh Bank Dunia kepada kita. Kemarin sudah saya sampaikan tapi saya ulang lagi. Di dua bulan lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar. 23 memilih di Vietnam. 10 lainnya perginya ke Malaysia, Thailand dan Kamboja. Enggak ada yang ke kita," ujar Jokowi.
(hps/hps) Next Article SDM Banyak Lulusan SD, Subang Jadi Lokasi Pabrik Kelas Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular