
Padahal Turki Anggota G20, Kok Bisa Resesi Ya?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 September 2019 06:43

Selain itu, investor juga kurang nyaman dengan karakter kepemimpinan Erdogan yang cenderung sentralistis. Misalnya, Erdogan sering kali mengintervensi kebijakan moneter bank sentral, termasuk dalam penentuan suku bunga acuan.
"Sayangnya di negara saya, suku bunga acuan adalah 24%. Ini tidak bisa dibiarkan. Suku bunga tinggi adalah biangnya setan," tegas Erdogan pada Juni lalu, seperti diberitakan Reuters.
Well, Trump juga sering 'menyerang' The Federal Reserve/The Fed (Bank Sentral AS). Namun yang dilakukan Erdogan lebih dari sekadar mencuit di Twitter.
Baca: Karena Suku Bunga, Trump: Masalah Terbesar AS Adalah The Fed
Pada Juli, Erdogan memecat Gubernur Bank Sentral Turki (TCMB) Murat Cetinkaya dan menggantinya dengan Murat Uysal. Setelah Uysal menduduki kursi TCMB-1, suku bunga acuan dijatuhkan sampai 425 basis poin (bps).
Penentuan kebijakan moneter atas dasar intervensi dan ancaman seperti ini membuat kredibilitas bank sentral dipertanyakan. Investor tentu tidak akan memberikan apresiasi.
Tidak hanya di sektor keuangan, pengusaha di sektor riil juga masih enggan melakukan ekspansi. Sejak April 2018, angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur versi IHS Markit-Istanbul Chamber of Industry Turki selalu di bawah 50. Artinya, para industriawan Turki tidak ekspansif, yang ada malah kontraktif.
"Tingkat pemesanan baru masih melambat, meski ada sinyal permintaan membaik. Kondisi pasar, baik di Turki maupun internasional, masih menantang sehingga menyebabkan pemesanan baru dan ekspor masih melambat. Produksi juga otomatis ikut melambat.
"Ada tambahan tenaga kerja pada Agustus seiring sinyal potensi kenaikan output. Namun secara umum, jumlah tenaga kerja tidak berubah karena perlambatan yang sudah terjadi selama 12 bulan terakhir," papar keterangan tertulis IHS Markit.
Ancaman sanksi AS, intervensi pemerintah yang kelewatan, sampai kelesuan di sektor riil menjadi beberapa contoh penyebab resesi ekonomi di Turki. Takutnya, resesi Turki akan membuat dunia menyoroti dan meragukan performa ekonomi negara emerging market lain. Kalau ini sudah terjadi, maka Indonesia bisa kena getahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef)
"Sayangnya di negara saya, suku bunga acuan adalah 24%. Ini tidak bisa dibiarkan. Suku bunga tinggi adalah biangnya setan," tegas Erdogan pada Juni lalu, seperti diberitakan Reuters.
Well, Trump juga sering 'menyerang' The Federal Reserve/The Fed (Bank Sentral AS). Namun yang dilakukan Erdogan lebih dari sekadar mencuit di Twitter.
Pada Juli, Erdogan memecat Gubernur Bank Sentral Turki (TCMB) Murat Cetinkaya dan menggantinya dengan Murat Uysal. Setelah Uysal menduduki kursi TCMB-1, suku bunga acuan dijatuhkan sampai 425 basis poin (bps).
Penentuan kebijakan moneter atas dasar intervensi dan ancaman seperti ini membuat kredibilitas bank sentral dipertanyakan. Investor tentu tidak akan memberikan apresiasi.
Tidak hanya di sektor keuangan, pengusaha di sektor riil juga masih enggan melakukan ekspansi. Sejak April 2018, angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur versi IHS Markit-Istanbul Chamber of Industry Turki selalu di bawah 50. Artinya, para industriawan Turki tidak ekspansif, yang ada malah kontraktif.
"Tingkat pemesanan baru masih melambat, meski ada sinyal permintaan membaik. Kondisi pasar, baik di Turki maupun internasional, masih menantang sehingga menyebabkan pemesanan baru dan ekspor masih melambat. Produksi juga otomatis ikut melambat.
"Ada tambahan tenaga kerja pada Agustus seiring sinyal potensi kenaikan output. Namun secara umum, jumlah tenaga kerja tidak berubah karena perlambatan yang sudah terjadi selama 12 bulan terakhir," papar keterangan tertulis IHS Markit.
Ancaman sanksi AS, intervensi pemerintah yang kelewatan, sampai kelesuan di sektor riil menjadi beberapa contoh penyebab resesi ekonomi di Turki. Takutnya, resesi Turki akan membuat dunia menyoroti dan meragukan performa ekonomi negara emerging market lain. Kalau ini sudah terjadi, maka Indonesia bisa kena getahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef)
Pages
Most Popular