
Menakar Ambisi PGN Kurangi Candu Elpiji di Indonesia

Untuk memperluas layanannya, PGN tengah menyelesaikan proyek pemipaan strategis di Pertagas 3 yakni proyek Gresik-Semarang (sepanjang 267 km), Grissik-Pusri (176 km), dan Duri-Dumai. Jika ketiganya tuntas, maka akan ada tambahan pendapatan US$25 juta (Rp 36,6 miliar).
Namun, kemajuan tersebut tentu saja masih jauh dari target nasional seperti yang tertuang di RUEN. Besarnya kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur gas juga mau tidak mau berujung pada perlunya dukungan dari pemerintah berupa pengalihan insentif yang selama ini dinikmati oleh gas elpiji.
Opsi kenaikan harga LPG secara bertahap perlu diberlakukan dan mengalihkan alokasi dana subsidi tersebut ke jargas. Dengan asumsi subsidi LPG tahun lalu sebesar Rp 64 triliun, pemerintah bisa mengalokasikan minimal Rp 3,5 triliun untuk mendongkrak pembangunan jargas.
Pada 2020, PGN berencana membangun tambahan 293.533 Sambungan Rumah Tangga (SR) di 53 kota/kabupaten dengan dengan usulan anggaran sebesar Rp 3,52 triliun. Sampai dengan 2018, jumlah pembangunan jaringan gas kota mencapai 463.619 rumah tangga.
![]() |
Dengan estimasi kasar ada kenaikan dua kali lipat dari anggaran tersebut, yakni menjadi Rp 7 triliun (tambahan Rp 3,5 triliun yang dialihkan dari subsidi LPG), maka akan ada percepatan pembangunan jargas, yang secara otomatis mengurangi konsumsi LPG impor.
Hitungan matematis mudah, tetapi hitungan politik tentu sulit. Karena itu, perlu kemauan politik yang kuat, terutama ketika Presiden Jokowi sudah "tidak ada beban" setelah memenangkan pilpres putaran kedua.
Jadi tunggu apa lagi, Pak Jokowi! Saatnya jor-joran membangun jargas, dan membuang candu elpiji.
TIM RISET CNBC INDONESIA