
Cegah Harga Naik, Subsidi Solar Ditambah Jadi Rp 1500/Liter
Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
28 August 2019 19:45

Jakarta, CNBC Indonesia- Usulan pemerintah untuk subsidi solar menjadi Rp 1000 per liter pada tahun depan ditolak oleh Komisi VII DPR RI. Beralasan khawatir akan berdampak pada kenaikan harga, anggota dewan meminta alokasi subsidi untuk diesel ini menjadi Rp 1.500 per liter.
Keberatan atas usulan subsidi solar jadi Rp 1.000 per liter, disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika.
"Untuk solar agak khawatir kalau konklusinya kalau begini maka akan ada kenaikan harga. Teoritisnya kalau harga ICP (Indonesian Crude Price) di US$ 63 dan Brent US$ 68, jadi naik harga. Jadi menurut saya solar jangan dinaikkan karena yang pakai itu industri yang mengakibatkan ekonomi bergerak. Sehingga, menurut saya jangan Rp 1.000, tetap Rp 1.500," kata Kardaya, saat rapat bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di gedung dewan, Rabu (28/8/2019).
Menurutnya, jika subsidi hanya Rp 1.000 per liter, sudah pasti pemerintah akan menaikkan harga dan menimbulkan asumsi harga naik. "Nanti di luar sudah ramai sekali, untuk itu kembali ke hasil raker 20 Juni yaitu Rp 1.500. Saya usulkan Rp 1.500 per liter."
Alasan Pemerintah Mau Subsidi Solar Rp 1000/Liter
Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan jawabannya kenapa pemerintah ingin menurunkan alokasi subsidi jadi Rp 1.000 per liter, yakni karena harga minyak diperkirakan turun.
"Sekarang saja turun, normalnya sekitar Rp 7.000 per liter. Kedua, ingin kurangi subsidi supaya penggunaan lebih tepat sasaran."
Ia menjelaskan pemenuhan solar selama ini dipasok dari kilang Pertamina, dan Pertamina mayoritas pasokannya bergantung pada minyak dengan harga ICP. Jika tahun lalu asumsi US$ 70 per barel, dan sekarang jadi US$ 60 per barel maka ada penurunan sebanyak 15%.
"Harga impor itu Rp 7000, sekitar Rp 6600 atau Rp 6700. Jadi Rp 1000 cukup tidak? kalau diasumsikan Rp 1000 maka harga solar harus naik Rp 1000 sebagai imbasnya jadi Rp 6.150 plus pajak jadi Rp 7.000. Tapi ini semua tergantung harga minyak tahun depan."
Ia memperkirakan jika Brent di kisaran US$ 55 per barel, maka jika Rp 1.000 subsidinya akan cukup. Seperti yang berlaku di 2016, di mana minyak di bawah US$ 50 per barel. Saat itu subsidi yang dikucurkan bahkan hanya Rp 500 per liter. Tapi jika dengan kondisi kisaran harga minyak saat ini, maka diperkirakan akan ada penyesuaian harga hingga Rp 1000 per liter.
Jonan menghitung, untuk konsumsi 15,31 juta KL solar jika subsidi berkurang Rp 500 per liter dan hanya dikucurkan Rp 1000 per liter maka negara akan menghemat Rp 7,5 triliun. "Ya itu saja manfaatnya," kata Jonan.
Akhirnya disepakatilah subsidi solar menjadi Rp 1.500 per liter. "Jadi kita sepakat subsidi solar Rp 1.500 per liter," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam.
(gus/gus) Next Article BPH Migas Bongkar Potensi Konsumsi Solar Jebol 1,3 Juta KL!
Keberatan atas usulan subsidi solar jadi Rp 1.000 per liter, disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika.
Menurutnya, jika subsidi hanya Rp 1.000 per liter, sudah pasti pemerintah akan menaikkan harga dan menimbulkan asumsi harga naik. "Nanti di luar sudah ramai sekali, untuk itu kembali ke hasil raker 20 Juni yaitu Rp 1.500. Saya usulkan Rp 1.500 per liter."
Alasan Pemerintah Mau Subsidi Solar Rp 1000/Liter
Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan jawabannya kenapa pemerintah ingin menurunkan alokasi subsidi jadi Rp 1.000 per liter, yakni karena harga minyak diperkirakan turun.
"Sekarang saja turun, normalnya sekitar Rp 7.000 per liter. Kedua, ingin kurangi subsidi supaya penggunaan lebih tepat sasaran."
Ia menjelaskan pemenuhan solar selama ini dipasok dari kilang Pertamina, dan Pertamina mayoritas pasokannya bergantung pada minyak dengan harga ICP. Jika tahun lalu asumsi US$ 70 per barel, dan sekarang jadi US$ 60 per barel maka ada penurunan sebanyak 15%.
"Harga impor itu Rp 7000, sekitar Rp 6600 atau Rp 6700. Jadi Rp 1000 cukup tidak? kalau diasumsikan Rp 1000 maka harga solar harus naik Rp 1000 sebagai imbasnya jadi Rp 6.150 plus pajak jadi Rp 7.000. Tapi ini semua tergantung harga minyak tahun depan."
Ia memperkirakan jika Brent di kisaran US$ 55 per barel, maka jika Rp 1.000 subsidinya akan cukup. Seperti yang berlaku di 2016, di mana minyak di bawah US$ 50 per barel. Saat itu subsidi yang dikucurkan bahkan hanya Rp 500 per liter. Tapi jika dengan kondisi kisaran harga minyak saat ini, maka diperkirakan akan ada penyesuaian harga hingga Rp 1000 per liter.
Jonan menghitung, untuk konsumsi 15,31 juta KL solar jika subsidi berkurang Rp 500 per liter dan hanya dikucurkan Rp 1000 per liter maka negara akan menghemat Rp 7,5 triliun. "Ya itu saja manfaatnya," kata Jonan.
Akhirnya disepakatilah subsidi solar menjadi Rp 1.500 per liter. "Jadi kita sepakat subsidi solar Rp 1.500 per liter," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam.
(gus/gus) Next Article BPH Migas Bongkar Potensi Konsumsi Solar Jebol 1,3 Juta KL!
Most Popular