
Benarkah Neraca Migas Bikin CAD Bengkak? Nanti Dulu...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2019 11:08

Jadi kalau sudah ada perbaikan di sisi migas, apa yang kemudian menjadi pekerjaan besar untuk menambal defisit transaksi berjalan? Kalau dilihat sedikit lebih dalam, defisit transaksi berjalan mayoritas disebabkan oleh tekornya pos pendapatan primer.
Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan secara nominal adalah US$ 8,44 miliar sementara defisit pendapatan primer adalah US$ 8,72 miliar. Sepanjang 2018 pun kondisinya tidak jauh berbeda. Dari defisit transaksi berjalan yang US$ 31,05 miliar, pos pendapatan primer 'menyumbang' minus US$ 30,43 miliar.
Dua pos utama di pendapatan primer adalah pembayaran dividen dan bunga utang. Pada kuartal II-2019, pembayaran dividen yang keluar tercatat US$ 5,25 miliar sementara Indonesia menerima pembayaran dividen sebesar US$ 1,04 miliar. Jadi secara net ada defisit US$ 4,05 miliar.
Sedangkan pembayaran bunga utang yang keluar pada kuartal II-2019 adalah US$ 221 juta dan pembayaran bunga utang yang diterima sebesar US$ 33 juta. Lagi-lagi tekor US$ 188 juta.
Kunci untuk menutup defisit di pendapatan primer adalah meningkatkan kapasitas ekonomi domestik. Agar pembayaran dividen ke luar negeri berkurang, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) harus jadi panglima.
Saat ini Penanaman Modal Asing (PMA) alias Foreign Direct Investment (FDI) masih mendominasi. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, porsi PMA masih lebih dominan dibandingkan PMDN dengan perbandingan 52:48.
Ketika PMDN menjadi raja di negeri sendiri, maka pembayaran dividen ke luar negeri akan berkurang. Tentu menjadi obat mujarab untuk mengobati luka di transaksi berjalan.
Selain PMDN, hal lain yang perlu digenjot adalah peningkatan akses pembiayaan domestik baik itu melalui perbankan atau pasar modal. Apabila sektor keuangan Indonesia masih belum bisa menyediakan pembiayaan secara optimal, maka penarikan Utang Luar Negeri (ULN) tidak dapat terhindarkan.
Bank Indonesia (BI) melaporkan ULN Indonesia pada kuartal II-2019 sebesar US$ 391,8 miliar. Jumlah tersebut naik 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau year-on-year (YoY). ULN tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 195,5 miliar, serta utang swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 196,3 miliar.
Penarikan ULN tentu harus dibayar, dan pembayaran bunga utang ke luar negeri menjadi beban bagi pos pendapatan primer dan transaksi berjalan. Jadi, pasar keuangan Indonesia harus lebih dalam lagi agar mampu menyediakan pembiayaan aktivitas ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan secara nominal adalah US$ 8,44 miliar sementara defisit pendapatan primer adalah US$ 8,72 miliar. Sepanjang 2018 pun kondisinya tidak jauh berbeda. Dari defisit transaksi berjalan yang US$ 31,05 miliar, pos pendapatan primer 'menyumbang' minus US$ 30,43 miliar.
Dua pos utama di pendapatan primer adalah pembayaran dividen dan bunga utang. Pada kuartal II-2019, pembayaran dividen yang keluar tercatat US$ 5,25 miliar sementara Indonesia menerima pembayaran dividen sebesar US$ 1,04 miliar. Jadi secara net ada defisit US$ 4,05 miliar.
Kunci untuk menutup defisit di pendapatan primer adalah meningkatkan kapasitas ekonomi domestik. Agar pembayaran dividen ke luar negeri berkurang, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) harus jadi panglima.
Saat ini Penanaman Modal Asing (PMA) alias Foreign Direct Investment (FDI) masih mendominasi. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, porsi PMA masih lebih dominan dibandingkan PMDN dengan perbandingan 52:48.
Ketika PMDN menjadi raja di negeri sendiri, maka pembayaran dividen ke luar negeri akan berkurang. Tentu menjadi obat mujarab untuk mengobati luka di transaksi berjalan.
Selain PMDN, hal lain yang perlu digenjot adalah peningkatan akses pembiayaan domestik baik itu melalui perbankan atau pasar modal. Apabila sektor keuangan Indonesia masih belum bisa menyediakan pembiayaan secara optimal, maka penarikan Utang Luar Negeri (ULN) tidak dapat terhindarkan.
Bank Indonesia (BI) melaporkan ULN Indonesia pada kuartal II-2019 sebesar US$ 391,8 miliar. Jumlah tersebut naik 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau year-on-year (YoY). ULN tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 195,5 miliar, serta utang swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 196,3 miliar.
Penarikan ULN tentu harus dibayar, dan pembayaran bunga utang ke luar negeri menjadi beban bagi pos pendapatan primer dan transaksi berjalan. Jadi, pasar keuangan Indonesia harus lebih dalam lagi agar mampu menyediakan pembiayaan aktivitas ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular