Ekonomi Vietnam Terbaik di ASEAN 6, RI Nomor Berapa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 August 2019 15:36
Perang Dagang Jadi Momok ASEAN
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Apa yang membuat perlambatan ekonomi menyerang seluruh negara utama Asia Tenggara? Ekspor. 

Ya, ekspor menjadi 'benalu' yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat drastis. Meski konsumsi rumah tangga masih tumbuh, tetapi ekspor bukannya berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetapi malah menjadi pengurang. 

Pada kuartal II-2019, ekspor Indonesia terkontraksi alias negatif 1,81%. Di Singapura, kontraksi ekspor mencapai minus 14,6%. 

Lemahnya sektor perdagangan adalah masalah dunia, seluruh negara mengalaminya. Bank Dunia memperkirakan arus perdagangan dunia tahun ini hanya tumbuh 2,6%, laju terlemah sejak krisis keuangan global. 

Saking lemahnya arus perdagangan global, sampai-sampai muncul persepsi bahwa dunia di ambang resesi. Definisi resesi adalah kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut pada tahun yang sama. 

Baca: Resesi, Resesi, dan Resesi

Mungkin dalam waktu dekat resesi masih belum terjadi, ekonomi global masih tumbuh. Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 2,6% tahun ini, sementara Dana Moneter Internasional (IMF) punya proyeksi sedikit lebih optimistis yaitu 3,3%. 

Akan tetapi, ada risiko besar yang jika tidak ditangani bisa benar-benar menjerumuskan dunia ke jurang resesi. Sebab, risiko itu bakal membuat arus perdagangan dan investasi global semakin terjerembab. 

Perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China. Ya, itulah si risiko yang bisa membuat dunia jatuh ke resesi. Sudah lebih dari setahun Washington dan Beijing terlibat perang urat syaraf di bidang perdagangan. Keduanya saling memproteksi pasar masing-masing dengan pengenaan bea masuk. 

Atas nama melindungi ekonomi, industri, dan lapangan kerja domestik, Presiden AS Donald Trump sejak tahun lalu mengobarkan perang dagang melawan China. Berbagai produk China dibikin sulit menginjak tanah Negeri Adidaya. Sejauh ini, AS sudah memberlakukan bea masuk terhadap US$ 250 miliar produk made in China. 

Diperlakukan begitu rupa, China tentu tidak terima. Negeri Tirai Bambu balas mengenakan bea masuk untuk impor produk-produk made in the USA. Total ada US$ 110 miliar importasi produk AS yang sudah dibebani bea masuk. 

Lho, yang berperang kan AS dan China? Kenapa negara-negara seperti Singapura, Filipina, sampai Indonesia kena getahnya? 

AS dan China adalah perekonomian terbesar di dunia. Kala keduanya itu saling hambat, maka industri dalam negeri mereka akan kesulitan mendatangkan bahan baku dan barang modal. Produksi akan melambat karena lemahnya ekspor. 

Kalau dunia usaha di China dan AS menahan diri, mengurangi produksi, tentunya pengadaan bahan baku dan barang modal akan ikut dikurangi. Nah, yang menyediakan bahan baku dan barang modal untuk industri di China dan AS itu adalah negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Itulah yang disebut dengan rantai pasok. Perang dagang AS-China akan merusak rantai pasok global dan menghambat pertumbuhan ekonomi dunia. 

Baca: Resesi dan Kebangkitan Proteksionisme dari Alam Kubur

Dalam waktu dekat mungkin yang terjadi 'cuma' perlambatan ekonomi. Namun kalau AS-China tidak kunjung damai, bahkan perang dagang semakin parah, maka rantai pasok tadi akan semakin hancur. Resesi bukan sesuatu yang mustahil.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular