IMF 'Sunat' Proyeksi Ekonomi Indonesia, Apa Sebabnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 October 2021 09:05
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)
Foto: Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) membawa kabar yang kurang sedap. Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru edisi Oktober 2021, lembaga yang berkantor pusat di Washington DC itu menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi dunia 2021 kini diperkirakan 5,9%. Turun 0,1 poin persentase dibandingkan WEO edisi Julli 2021. Sementara untuk 2022, proyeksi masih bertahan di 4,9%.

gdpSumber: IMF

"Momentum pemulihan ekonomi dunia masih berlanjut, tetapi melambat. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi risiko utama," sebut WEO Oktober 2021.

Virus corona varian delta, yang jauh lebih menular dari varian sebelumnya, menyebabkan angka kematian menembus 5 juta jiwa. Ini membuat perekonomian dunia belum bisa dibuka sepenuhnya, belum kembali normal seperti sedia kala.

Selain itu, ada ancaman baru yang menghantui perekonomian dunia yaitu kenaikan harga berbagai komoditas. Laju inflasi semakin cepat di berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman. Kenaikan harga komoditas, terutama pangan, akan mengancam daya beli rakyat di negara-negara miskin dan berkembang.

Risiko lain yang membayangi perekonomian dunia adalah perubahan arah kebijakan moneter. Pemulihan ekonomi membuat bank sentral di berbagai negara mulai menarik stimulus dan memberlakukan kebijakan moneter ketat.

Sebagai catatan, bank sentral di Norwegia, Rusia, Brasil, Meksiko, hingga Korea Selatan sudah menaikkan suku bunga acuan. Sementara bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian aset (tapering off) pada bulan depan.

"Perubahan ini meningkatkan risiko di pasar keuangan dunia dan kerentanan di sektor keuangan non-bank," sebut laporan WOE Oktober 2021.

Halaman Selanjutnya --> IMF 'Sunat' Proyeksi Ekonomi Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Seberapa besar IMF 'menyunat' proyeksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air?

Dalam WEO Oktober 2021, IMF memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 3,2% tahun ini. Turun 0,7 poin persentase dibandingkan WEO Juli 2021. Untuk 2022, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berubah di 5,9%.

"Di luar China dan India, perkiraan pertumbuhan ekonomi diturunkan karena pandemi yang mengganas," sebut WEO Oktober 2021.

Ya, pandemi virus corona memang sempat 'menggila' di Indonesia pada awal kuartal III-2021. Begtu gilanya hingga pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai terpaksa menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali pada 3 Juli 2021. Wilayah di luar Jawa-Bali menyusul tidak lama kemudian.

Kala itu situasi begitu mencekam, Pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal wajib 100% bekerja dari rumah. Pusat perbelanjaan tidak boleh beroperasi, restoran dan warung makan hanya bisa melayani takeaway dan delivery. Siswa-siswi pun kembali belajar dari jarak jauh setelah sebelumya sempat ada uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

PPKM Darurat bertujuan mulia yaitu meredam pandemi virus corona. Namun harga yang dibayar sangat mahal karena aktivitas ekonomi 'mati suri'.

Sepanjang kuartal III-2021, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selalu berada di bawah 100. Artinya, konsumen tidak percaya diri memandang prospek ekonomi sekarang hingga beberapa bulan ke depan.

Senada dengan IKK, penjualan ritel juga tumbuh negatif pada dua bulan pertama kuartal III-2021. Pada September 2021, penjualan ritel diperkirakan masih mengalami kontraksi.

IKK dan penjualan ritel mencerminkan kondisi konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% dalam pembentukan PDB nasional. Saat konsumsi rumah tangga lesu, pertumbuhan ekonomi sulit untuk dipacu kencang.

Jadi tidak heran IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia lumayan dalam. Dampak PPKM Darurat memang sangat dahsyat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular