
Manufaktur Loyo, Pemerintah Terus Salahkan Perang Dagang
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
12 August 2019 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya untuk mendorong industri manufaktur domestik. Hal ini agar investasi tidak hanya akan masuk untuk sektor infrastruktur tapi juga sektor manufaktur.
Apalagi sektor manufaktur berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal II-2019, Kementerian Perindustrian mencatat, andil manufaktur ke perekonomian sebesar 19,52%. Dari jumlah tersebut, terbesar disumbang oleh makanan dan minuman, farmasi serta elektronik.
Namun, karena kondisi global yang tak menentu dan belum ada tanda-tanda penyelesaian ketegangan dagang antara AS dan China, maka sektor manufaktur tidak bisa tumbuh terlalu tinggi.
"Kami berharap sektor-sektor masih dapat menunjukkan kinerja yang menggembirakan di tengah tekanan perubahan ekonomi global dan perang perdagangan," ujar Dirjen Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Bahkan, untuk memastikan kinerja dari sektor-sektor tersebut, Kementerian Perindustrian telah mengambil arah kebijakan yang strategis seperti industri 4.0. Dengan demikian, industri manufaktur diharapkan masih bisa akan tetap tumbuh dan membantu perekonomian.
"Inisiatif ini adalah untuk menjawab tantangan terhadap daya saing, memperkuat industri inti, dan lain-lain. Serta untuk mempercepat pertumbuhan industri hingga US$ 50 miliar pada tahun 2025," kata dia.
Untuk itu, akan ada 5 sektor industri yang difokuskan pemerintah menjadi prioritas untuk ke depannya. Sektor tersebut dinilai akan memberikan nilai tambah melalui investasi.
"Ada 5 sektor industri makanan dan minuman, pakaian tekstil, otomotif, elektronik, dan bahan kimia. Mereka dipilih karena mereka diyakini memiliki pengaruh dalam ukuran dan efek investasi terhadap industri lain," tegasnya.
(dru) Next Article Industri Manufaktur Makin Kacau, Investasi Belum Nendang
Apalagi sektor manufaktur berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal II-2019, Kementerian Perindustrian mencatat, andil manufaktur ke perekonomian sebesar 19,52%. Dari jumlah tersebut, terbesar disumbang oleh makanan dan minuman, farmasi serta elektronik.
Namun, karena kondisi global yang tak menentu dan belum ada tanda-tanda penyelesaian ketegangan dagang antara AS dan China, maka sektor manufaktur tidak bisa tumbuh terlalu tinggi.
"Inisiatif ini adalah untuk menjawab tantangan terhadap daya saing, memperkuat industri inti, dan lain-lain. Serta untuk mempercepat pertumbuhan industri hingga US$ 50 miliar pada tahun 2025," kata dia.
Untuk itu, akan ada 5 sektor industri yang difokuskan pemerintah menjadi prioritas untuk ke depannya. Sektor tersebut dinilai akan memberikan nilai tambah melalui investasi.
"Ada 5 sektor industri makanan dan minuman, pakaian tekstil, otomotif, elektronik, dan bahan kimia. Mereka dipilih karena mereka diyakini memiliki pengaruh dalam ukuran dan efek investasi terhadap industri lain," tegasnya.
(dru) Next Article Industri Manufaktur Makin Kacau, Investasi Belum Nendang
Most Popular