
Ibu Kota Pindah, Kebutuhan Gas Kalimantan Bakal Meningkat
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
31 July 2019 15:10

Palangka Raya, CNBC Indonesia- Rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan serta Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kawasan industri (KI) dinilai efektif untuk meningkatkan penyerapan gas di wilayah ini. Nantinya di Kalimantan juga akan dibangun jaringan distribusi termasuk Jaringan gas (jargas).
Berdasarkan data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), ada lima KI dan KEK yang akan dibangun yakni KEK MBTK di Kalimantan Timur, KI Batulicin dan KI Jorong di Kalimantan Selatan, KI Landak dan KI Ketapang di Kalimantan Barat.
"Pembangunan pipa gas Trans Kalimantan sudah masuk ke dalam RPJMN tahun 2020- 2024 sehingga dibutuhkan data kebutuhan riil gas bumi di Pulau Kalimantan untuk dapat mewujudkan Kalimantan menjadi green energy," ujar Kepala BPH Migas, Fanshurullah Asa, Rabu (31/07/2019).
Menurutnya, ada lima keuntungan dari pengembangan gas bumi di Kalimantan, yakni tercapainya ketahanan Energi Nasional yang berdampak positif pada perbaikan ekonomi. Kedua, membantu pemerintah dalam pemenuhan energi melalui pemanfaatan gas bumi dalam negeri yang sesuai dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional.
Ketiga, menyambungkan jaringan pipa gas bumi di wilayah Kalimantan (Trans Kalimantan). Keempat, Memenuhi kebutuhan gas bumi di sektor industri, pembangkit listrik hingga kebutuhan jaringan gas rumah tangga dan komersial di Kalimantan. Kelima, mewujudkan Kalimantan menjadi kawasan green energy.
"BPH Migas mendukung Kalimantan untuk menjadi Ibukota Republik Indonesia di manapun lokasinya, dan juga kami akan terus mendorong salah satu visi Presiden Republik Indonesia yaitu pembangunan infrastruktur melalui infrastruktur pipa gas bumi," katanya.
Dalam Rencana Induk Tahun 2012 - 2025, telah direncanakan pembangunan Jalur Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan sepanjang 2.019 Km yang membentang dari Bontang-Banjarmasin-Palangka Raya hingga Pontianak untuk mengangkut Gas Bumi dari Bontang dan Natuna guna memenuhi kebutuhan energi gas alam di seluruh Pulau Kalimantan.
Namun berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia Tahun 2018 - 2027, Kalimantan justru diproyeksi kelebihan pasokan. Akibatnya selama ini gas yang diolah menjadi LNG Domestik dan komoditas ekspor.
Pemanfaatan gas di wilayah Kalimantan menurutnya juga masih belum optimal. Gas selama ini digunakan untuk transportasi, rumah tangga dan pelanggan kecil, lifting minyak, industri pupuk, industri berbasis gas bumi, hingga pembangkit listrik.
Fanshurullah mengatakan potensi pengembangan sumber gas di wilayah Kalimantan ini sangat besar, pada 2024 diperkirakan mencapai 2.609,49 MMSCFD. Jumlah tersebut terrdiri dari existing 1.388,09 MMSCFD, project on going 26,91 MMSCFD dan dua projek hulu yang akan first gas in dari IDD dan ENI sebesar 1.218,20 MMSCFD.
Selain itu, potensi kelebihan pasokan gas bumi di Kalimantan ini diperkirakan sebanyak 40 kargo gas alam cair (LNG) pada tahun 2025 atau sebesar 116.769,6 MMSCF (319,9 MMSCFD). Jumlah ini setara dengan 1.599,5 MW yang berasal dari dua fasilitas gas utama yang dimiliki oleh Indonesia saat ini, yaitu LNG Tangguh dan LNG Bontang.
"Untuk itu isu pemindahan ibu kota jd penggerak pembangunan pipa gas. Makanya BPH Migas perlu mengatur, dan fokus menciptakan pasokan dan fokus menciptakan demand buat Trans Kalimantan," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Proyek Pipa Gas Trans Kalimantan 2.200 KM Tak Pakai APBN
Berdasarkan data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), ada lima KI dan KEK yang akan dibangun yakni KEK MBTK di Kalimantan Timur, KI Batulicin dan KI Jorong di Kalimantan Selatan, KI Landak dan KI Ketapang di Kalimantan Barat.
"Pembangunan pipa gas Trans Kalimantan sudah masuk ke dalam RPJMN tahun 2020- 2024 sehingga dibutuhkan data kebutuhan riil gas bumi di Pulau Kalimantan untuk dapat mewujudkan Kalimantan menjadi green energy," ujar Kepala BPH Migas, Fanshurullah Asa, Rabu (31/07/2019).
Menurutnya, ada lima keuntungan dari pengembangan gas bumi di Kalimantan, yakni tercapainya ketahanan Energi Nasional yang berdampak positif pada perbaikan ekonomi. Kedua, membantu pemerintah dalam pemenuhan energi melalui pemanfaatan gas bumi dalam negeri yang sesuai dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional.
Ketiga, menyambungkan jaringan pipa gas bumi di wilayah Kalimantan (Trans Kalimantan). Keempat, Memenuhi kebutuhan gas bumi di sektor industri, pembangkit listrik hingga kebutuhan jaringan gas rumah tangga dan komersial di Kalimantan. Kelima, mewujudkan Kalimantan menjadi kawasan green energy.
"BPH Migas mendukung Kalimantan untuk menjadi Ibukota Republik Indonesia di manapun lokasinya, dan juga kami akan terus mendorong salah satu visi Presiden Republik Indonesia yaitu pembangunan infrastruktur melalui infrastruktur pipa gas bumi," katanya.
Dalam Rencana Induk Tahun 2012 - 2025, telah direncanakan pembangunan Jalur Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan sepanjang 2.019 Km yang membentang dari Bontang-Banjarmasin-Palangka Raya hingga Pontianak untuk mengangkut Gas Bumi dari Bontang dan Natuna guna memenuhi kebutuhan energi gas alam di seluruh Pulau Kalimantan.
Namun berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia Tahun 2018 - 2027, Kalimantan justru diproyeksi kelebihan pasokan. Akibatnya selama ini gas yang diolah menjadi LNG Domestik dan komoditas ekspor.
Pemanfaatan gas di wilayah Kalimantan menurutnya juga masih belum optimal. Gas selama ini digunakan untuk transportasi, rumah tangga dan pelanggan kecil, lifting minyak, industri pupuk, industri berbasis gas bumi, hingga pembangkit listrik.
Fanshurullah mengatakan potensi pengembangan sumber gas di wilayah Kalimantan ini sangat besar, pada 2024 diperkirakan mencapai 2.609,49 MMSCFD. Jumlah tersebut terrdiri dari existing 1.388,09 MMSCFD, project on going 26,91 MMSCFD dan dua projek hulu yang akan first gas in dari IDD dan ENI sebesar 1.218,20 MMSCFD.
Selain itu, potensi kelebihan pasokan gas bumi di Kalimantan ini diperkirakan sebanyak 40 kargo gas alam cair (LNG) pada tahun 2025 atau sebesar 116.769,6 MMSCF (319,9 MMSCFD). Jumlah ini setara dengan 1.599,5 MW yang berasal dari dua fasilitas gas utama yang dimiliki oleh Indonesia saat ini, yaitu LNG Tangguh dan LNG Bontang.
"Untuk itu isu pemindahan ibu kota jd penggerak pembangunan pipa gas. Makanya BPH Migas perlu mengatur, dan fokus menciptakan pasokan dan fokus menciptakan demand buat Trans Kalimantan," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Proyek Pipa Gas Trans Kalimantan 2.200 KM Tak Pakai APBN
Most Popular