Tim 'Deepwater Horizon' Ikut Atasi Kasus Gas Bocor Laut Jawa
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
22 July 2019 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengajak perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Boots & Coots, untuk membantu BUMN migas tersebut menangani dampak paska munculnya gelembung gas di sumur migas lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Kejadian ini sendiri terjadi di anjungan yang terletak sekitar 2 km dari pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menuturkan, penanganan dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang kredibel, kompeten, dan memiliki pengalaman terbukti dalam menangani case yg sama. Salah satunya adalah Boot & Coots, yang telah memiliki pengalaman terbukti dalam menyelesaikan peristiwa di Teluk Mexico.
Peristiwa Teluk Mexico ini sendiri sempat jadi sorotan publik bahkan diangkat sebagai film berjudul Deepwater Horizon di 2016.
Selain itu, untuk penanganan risiko pencemaran lingkungan, Pertamina group telah menggerakkan 27 kapal dan 12 set Oil Boom, dan untuk menjaga agar tidak ada aktivitas nelayan di sekitar lokasi, Pertamina dan PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI AL, Satpolairud, dan Pokwasmas, mengerahkan 7 unit kapal Patroli.
"Prioritas utama adalah memastikan keselamatan tim dan masyarakat, serta menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitar lokasi," kata Fajriyah melalui keterangan resminya, Senin (22/7/2019).
Lebih lanjut, Fajriyah menjelaskan, Pertamina dan PHE ONWJ juga terus melakukan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak seperti SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya. Bahkan beberapa pihak tersebut juga telah melakukan peninjauan untuk memonitor situasi terkini.
"Pertamina mengucapkan terima kasih atas dukungan positif yang diberikan dari semua pihak, baik dari komunitas industri migas, pemerintah maupun masyarakat. Dukungan ini memperkuat upaya maksimal kami sehingga dapat memperkecil dampak peristiwa ini bagi operasi perusahaan maupun masyarakat dan lingkungan," tambahnya.
Sebelumnya, Pertamina telah menyampaikan, dari sejak awal peristiwa langsung menjalankan emergency response, sehingga semua pekerja yang berada di anjungan tersebut langsung dievakuasi. Di waktu yang sama, juga melakukan isolasi dan pengamanan area sekitar anjungan dengan kapal patroli untuk mencegah nelayan dan masyarakat mendekat.
Selain penanganan operasi, Pertamina melalui Emergency Response Tim PHE ONWJ selama 24 jam telah melakukan langkah penyelamatan lingkungan dari oil spill dengan pengerahan sekitar 27 kapal dan berbagai peralatan yang mendukung seperti oil boom dan puluhan drum dispersant. Bahkan bersama dengan warga Desa Sedari, Karawang, Jawa Barat melakukan kegiatan bersih-bersih Pantai Sedari.
"Pertamina terus memantau perkembangannya dan melakukan tindakan penyelamatan lingkungan sesuai dengan kondisi di lapangan," tutup Fajriyah.
(gus) Next Article Intip SPKLU Komersial Pertama Pertamina di Fatmawati
Kejadian ini sendiri terjadi di anjungan yang terletak sekitar 2 km dari pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menuturkan, penanganan dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang kredibel, kompeten, dan memiliki pengalaman terbukti dalam menangani case yg sama. Salah satunya adalah Boot & Coots, yang telah memiliki pengalaman terbukti dalam menyelesaikan peristiwa di Teluk Mexico.
Selain itu, untuk penanganan risiko pencemaran lingkungan, Pertamina group telah menggerakkan 27 kapal dan 12 set Oil Boom, dan untuk menjaga agar tidak ada aktivitas nelayan di sekitar lokasi, Pertamina dan PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI AL, Satpolairud, dan Pokwasmas, mengerahkan 7 unit kapal Patroli.
"Prioritas utama adalah memastikan keselamatan tim dan masyarakat, serta menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitar lokasi," kata Fajriyah melalui keterangan resminya, Senin (22/7/2019).
Lebih lanjut, Fajriyah menjelaskan, Pertamina dan PHE ONWJ juga terus melakukan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak seperti SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya. Bahkan beberapa pihak tersebut juga telah melakukan peninjauan untuk memonitor situasi terkini.
"Pertamina mengucapkan terima kasih atas dukungan positif yang diberikan dari semua pihak, baik dari komunitas industri migas, pemerintah maupun masyarakat. Dukungan ini memperkuat upaya maksimal kami sehingga dapat memperkecil dampak peristiwa ini bagi operasi perusahaan maupun masyarakat dan lingkungan," tambahnya.
Sebelumnya, Pertamina telah menyampaikan, dari sejak awal peristiwa langsung menjalankan emergency response, sehingga semua pekerja yang berada di anjungan tersebut langsung dievakuasi. Di waktu yang sama, juga melakukan isolasi dan pengamanan area sekitar anjungan dengan kapal patroli untuk mencegah nelayan dan masyarakat mendekat.
![]() |
Selain penanganan operasi, Pertamina melalui Emergency Response Tim PHE ONWJ selama 24 jam telah melakukan langkah penyelamatan lingkungan dari oil spill dengan pengerahan sekitar 27 kapal dan berbagai peralatan yang mendukung seperti oil boom dan puluhan drum dispersant. Bahkan bersama dengan warga Desa Sedari, Karawang, Jawa Barat melakukan kegiatan bersih-bersih Pantai Sedari.
"Pertamina terus memantau perkembangannya dan melakukan tindakan penyelamatan lingkungan sesuai dengan kondisi di lapangan," tutup Fajriyah.
(gus) Next Article Intip SPKLU Komersial Pertama Pertamina di Fatmawati
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular