Jokowi Sudah Turun Tangan, Bagaimana Nasib Kilang Cilacap?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
19 July 2019 13:56
Sampai saat ini, PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco masih berkutat soal nilai investasi/valuasi untuk pembangunan perluasan Kilang Cilacap.
Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta, CNBC IndonesiaSampai saat ini, PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco masih berkutat soal nilai investasi/valuasi untuk pembangunan perluasan Kilang Cilacap. Padahal, tenggat waktu hingga September tinggal sebentar lagi.

Padahal sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), sudah menemui Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman dan menyinggung soal kelanjutan proyek kilang ini. Pertemuan Jokowi dan Pangeran Arab ini berlangsung awal bulan di KTT G20, Jepang.

"Kami sepakat untuk menunjuk satu pihak tim independen (untuk menghitung valuasi). Nanti kami akan tunjuk bersama-sama dalam waktu satu bulan. Kami sedang menunggu tanggapan dari Saudi Aramco," kata Direktur Keuangan Pertamina, Pahala N. Mansury seperti dikutip, Jumat (19/7/2019).


Lebih lanjut Pahala mengatakan, dengan ditunjuknya tim independen, Pertamina menargetkan segala permasalahan termasuk soal perbedaan valuasi bisa selesai.

"Mudah-mudahan valuasi sudah bisa diselesaikan. September akan kami selesaikan," pungkas Pahala.

Sebelumnya, kesepakatan soal nilai investasi Saudi Aramco untuk membangun kilang Cilacap masih alot. Joint Venture Development Agreement antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang sedianya akan berakhir di akhir Juni 2019, kini diperpanjang sampai akhir September 2019.


Pemerintah juga akan membentuk tim gabungan yang beranggotakan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Pertamina. Dalam melaksanakan tugasnya, tim tersebut akan didampingi oleh BPKP dan Jamdatun untuk memastikan seluruh proses yang dijalankan sesuai dengan aspek GCG dan peraturan perundangan yang berlaku.

Seperti diketahui, pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari enam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR) untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar 1 juta barel per hari menjadi sekitar 2 juta barel per hari. Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.

Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan mencapai standar EURO V yang lebih ramah lingkungan.

Pertamina juga telah menyelesaikan proyek Langit Biru Cilacap, yang mulai dioperasikan sejak bulan Maret 2019, sehingga saat ini Kilang Cilacap telah memproduksi BBM yang lebih ramah lingkungan dengan standar EURO IV.

Berdasarkan dokumen yang didapat CNBC Indonesia, dikatakan PT Pertamina (Persero) berpegangan pada enterprise value dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) pada Juni 2018, yang sebesar US$ 5,66 miliar atau setara Rp 79,95 triliun.

Sedangkan, Saudi Aramco menganggap enterprise value adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang disesuaikan dengan kurs awal 2018.

Pertamina sampai menggunakan jasa konsultan auditor PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang, dan Arab Saudi dikabarkan masih tak sepakat.

Adapun, dalam dokumen tersebut dikatakan, perlu dorongan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud agar Saudi Aramco dapat menyetujui valuasi baru yang dikeluarkan PwC.

Simak video terkait proyek Kilang Cilacap di bawah ini:

[Gambas:Video CNBC]

(wed/wed) Next Article Pertamina Gak Apa-apa Digantung Arab Terus Soal Kilang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular