Tak Sendiri, Pertamina Cari Partner Baru Garap Kilang Cilacap

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 May 2020 08:51
foto : REUTERS/Darren Whiteside
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah PT Pertamina (Persero) yang memutuskan melanjutkan Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap tanpa raksasa minyak Arab Saudi Aramco menuai pertanyaan. Sanggupkah perusahaan pelat merah itu mengerjakan proyek itu secara mandiri?

"Akan sangat sulit bahkan boleh dikatakan tidak mungkin Pertamina mendanai sendiri tanpa partner," ujar praktisi migas dari Bimasena Energy Team Ari Soemarno kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/05/2020).

Menurut eks Direktur Utama Pertamina itu, pembangunan kilang baik berupa modifikasi/pembaruan kilang yang ada maupun kilang baru sebelum pandemi Covid-19 sudah sulit. Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 yang membuat kondisi keuangan menjadi berat.

Terpisah, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut Pertamina sudah melakukan penjajakan dengan partner baru untuk mengembangkan Kilang Cilacap. Hal itu disampaikan oleh Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga.

Sayangnya, Arya belum mau menyampaikan siapa partner baru Pertamina dalam mengembangkan Kilang Cilacap menggantikan Saudi Aramco. Arya hanya menyebut jika partner yang sedang dijajaki dari luar negeri.

"Sudah dilakukan penjajakan. Tunggu saja. Luar negeri (partnernya)," ungkapnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu, (27/05/2020).

Sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan Pertamina akan melanjutkan RDMP Cilacap secara mandiri, sembari mencari partner baru.

Lobi investasi Kilang Cilacap sudah berlangsung lama. Indonesia sudah melakukan pendekatan dengan Saudi Aramco sejak tahun 2014 untuk berinvestasi di Kilang Cilacap bersama dengan Pertamina. Namun lobi investasi tak kunjung menemui titik temu hingga akhirnya Pertamina memutuskan untuk mengembangkan kilang secara mandiri.



Selisih valuasi antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco menjadi kendala kerja sama ini. Nilai awal, investasi diperkirakan bisa mencapai US$ 5,6 miliar atau setara Rp 78,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US.

Selisih ini sudah ada kemajuan karena semula valuasi nilai yang diajukan adalah US$ 5,6 miliar lalu ditawar oleh Saudi Aramco menjadi US$ 2,8 miliar, ada perbedaan nilai dua kali lipat. Jika tersisa selisih US$ 1,5 miliar dari valuasi, artinya lobi sudah digenjot ke angka US$ 4,1 miliar.

Ketika kilang Cilacap berhasil direvitalisasi melalui RDMP, kapasitas produksi minyak dapat terangkat dari 348.000 bpd menjadi 400.000 bpd.

Merevitalisasi kilang ini membutuhkan ongkos yang tak sedikit. Oleh karena itu membutuhkan investor dalam hal ini ditawarkan pada Aramco. Tak dapat dimungkiri Aramco merupakan target investor strategis yang tepat.

Aramco merupakan investor strategis yang memiliki keunggulan lain. Keunggulan lain Aramco, yaitu dapat menyediakan pasokan minyak mentah untuk kilang-kilang RI. Inilah keunggulan yang Aramco miliki dan belum tentu investor lain punya.

Kilang lebih berfungsi untuk daya tahan energi Indonesia. Memiliki investor yang sudah dijamin bisa memasok minyak untuk kilang menjadi nilai lebih. Sebab risiko untuk mencari minyak di pasar dan ditebengi free rider untuk mengambil untung di impor minyak juga semakin mengecil.

[Gambas:Video CNBC]




(miq/miq) Next Article Pertamina Gak Apa-apa Digantung Arab Terus Soal Kilang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular