
Jaga Lifting Blok Mahakam, Pertamina Kebut Bor 52 Sumur
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 July 2019 14:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja PT Pertamina (Persero) dari sisi hulu kembali menjadi sorotan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Pasalnya, pengeboran sumur di Blok Mahakam yang belum maksimal dinilai menjadi penyebab kinerja blok tersebut masih tersendat.
"Penurunan lifting migas Blok Mahakam karena hasil pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM) belum maksimal sesuai target awal," ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher melalui keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal ini, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan H Samsu menjelaskan, sejak mengelola Blok Mahakam, Pertamina menggenjot operasi untuk menahan laju penurunan alamiah produksi yang pada 2017 telah mencapai 57%. Angka tersebut, saat ini berhasil ditekan Pertamina pada level 25% dan upaya terus dilakukan secara maksimal melalui pengeboran sesuai rencana.
"PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) secara agresif melakukan pengeboran di Wilayah Kerja (WK) Mahakam, dari target 2019 sebanyak 118 sumur pengembangan, kini telah terealisasi 52 sumur pada Juni 2019," ujar Dharmawan seperti dikutip melalui keterangan resminya, Rabu (17/7/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pada 2018, Pertamina juga mampu memproduksi gas sekitar 5% di atas prediksi operator sebelumnya. Bahkan, untuk 2019, Pertamina menargetkan produksi Mahakam lebih tinggi dari proposal operator sebelumnya.
"Kami terus melanjutkan pengeboran 118 sumur hingga akhir 2019 ini, sehingga diharapkan in-year decline rate bisa ditahan flat, sekaligus mulai mempersiapkan pengeboran sumur eksplorasi dalam di 2020," kata Dharmawan.
Dharmawan melanjutkan, "Target ini cukup menantang mengingat tingkat maturasi yang cukup tinggi dari zona produksi eksisting sehingga kontribusi produksi Mahakam saat ini datang dari kantung-kantung reservoir yang lebih kecil dengan jarak antarsumur lebih dekat."
"Pengeboran di area swamp juga lebih efisien yakni dari 11 hari menjadi hanya 6 hari, sehingga biayanya juga turun," ujarnya. Dharmawan meyakini bahwa manajemen biaya juga menjadi salah satu kunci meningkatkan hasil, di samping dibutuhkan pula terobosan berupa eksplorasi baru.
"Pengalaman mengelola Blok Mahakam memberikan wawasan bahwa investasi pada masa transisi sangat penting," tutup Dharmawan.
Sebagai informasi, SKK Migas mencatat, produksi siap jual (lifting) gas Blok Mahakam hingga semester I 2019 hanya mencapai 662 juta standar kubik per hari (mmscfd) atau sebesar 60,18% dari target tahun ini yang mencapai 1100 mmscfd. Sedangkan lifting minyak semester I sebesar 37 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 73,4% dari target 50.400 BOPD. Realisasi lifting migas Blok Mahakam per semester I juga lebih rendah dari lifting minyak sepanjang empat bulan pertama yang mencapai 42 ribu BOPD dan gas sebesar 667 mmscfd.
Hingga semester I 2019, PHM baru mengebor 42 sumur dari target 118 sumur tahun ini. Dari jumlah tersebut, SKK Migas menargetkan ada penambahan produksi gas sekitar 110 mmscfd dan kondensat 4 ribu bopd.
Adapun, untuk menjaga tingkat kewajaran produksi yang telah memasuki periode penurunan alamiah sejak 2010 maka satu tahun sebelum alihkelola, Pertamina melakukan intervensi pendanaan untuk pengeboran di 15 sumur Blok Mahakam yang diproduksikan di 2018. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil evaluasi, terjadi penurunan investasi sumur di tahun 2016 menjadi 44 sumur dan di 2017 menjadi 6 sumur.
(gus) Next Article Siapkan US$ 1,5 Miliar, Pertamina Bor 257 Sumur di Mahakam
"Penurunan lifting migas Blok Mahakam karena hasil pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM) belum maksimal sesuai target awal," ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher melalui keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal ini, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan H Samsu menjelaskan, sejak mengelola Blok Mahakam, Pertamina menggenjot operasi untuk menahan laju penurunan alamiah produksi yang pada 2017 telah mencapai 57%. Angka tersebut, saat ini berhasil ditekan Pertamina pada level 25% dan upaya terus dilakukan secara maksimal melalui pengeboran sesuai rencana.
"PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) secara agresif melakukan pengeboran di Wilayah Kerja (WK) Mahakam, dari target 2019 sebanyak 118 sumur pengembangan, kini telah terealisasi 52 sumur pada Juni 2019," ujar Dharmawan seperti dikutip melalui keterangan resminya, Rabu (17/7/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pada 2018, Pertamina juga mampu memproduksi gas sekitar 5% di atas prediksi operator sebelumnya. Bahkan, untuk 2019, Pertamina menargetkan produksi Mahakam lebih tinggi dari proposal operator sebelumnya.
"Kami terus melanjutkan pengeboran 118 sumur hingga akhir 2019 ini, sehingga diharapkan in-year decline rate bisa ditahan flat, sekaligus mulai mempersiapkan pengeboran sumur eksplorasi dalam di 2020," kata Dharmawan.
Dharmawan melanjutkan, "Target ini cukup menantang mengingat tingkat maturasi yang cukup tinggi dari zona produksi eksisting sehingga kontribusi produksi Mahakam saat ini datang dari kantung-kantung reservoir yang lebih kecil dengan jarak antarsumur lebih dekat."
"Pengeboran di area swamp juga lebih efisien yakni dari 11 hari menjadi hanya 6 hari, sehingga biayanya juga turun," ujarnya. Dharmawan meyakini bahwa manajemen biaya juga menjadi salah satu kunci meningkatkan hasil, di samping dibutuhkan pula terobosan berupa eksplorasi baru.
"Pengalaman mengelola Blok Mahakam memberikan wawasan bahwa investasi pada masa transisi sangat penting," tutup Dharmawan.
Sebagai informasi, SKK Migas mencatat, produksi siap jual (lifting) gas Blok Mahakam hingga semester I 2019 hanya mencapai 662 juta standar kubik per hari (mmscfd) atau sebesar 60,18% dari target tahun ini yang mencapai 1100 mmscfd. Sedangkan lifting minyak semester I sebesar 37 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 73,4% dari target 50.400 BOPD. Realisasi lifting migas Blok Mahakam per semester I juga lebih rendah dari lifting minyak sepanjang empat bulan pertama yang mencapai 42 ribu BOPD dan gas sebesar 667 mmscfd.
Hingga semester I 2019, PHM baru mengebor 42 sumur dari target 118 sumur tahun ini. Dari jumlah tersebut, SKK Migas menargetkan ada penambahan produksi gas sekitar 110 mmscfd dan kondensat 4 ribu bopd.
Adapun, untuk menjaga tingkat kewajaran produksi yang telah memasuki periode penurunan alamiah sejak 2010 maka satu tahun sebelum alihkelola, Pertamina melakukan intervensi pendanaan untuk pengeboran di 15 sumur Blok Mahakam yang diproduksikan di 2018. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil evaluasi, terjadi penurunan investasi sumur di tahun 2016 menjadi 44 sumur dan di 2017 menjadi 6 sumur.
(gus) Next Article Siapkan US$ 1,5 Miliar, Pertamina Bor 257 Sumur di Mahakam
Most Popular