Produksi Mahakam Anjlok, Bos Pertamina: Masalah di Rig

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 May 2019 18:23
Bos Pertamina sebut anjloknya produksi blok Mahakam di antaranya disebabkan adanya masalah di ketersediaan rig
Foto: Dirut Pertamina Nicke Widyawati Nicke saat dijumpai dalam rapat dengar pendapat di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (14/5/2019). (CNBC Indonesia/Anastasia Arvitianty)
Jakarta, CNBC Indonesia- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan kinerja produksi dan lifting dari Pertamina Hulu Mahakam (PHM) di Blok Mahakam masih belum cukup baik.

Bahkan, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman menyebutkan, blok migas yang paling parah mengalami penurunan adalah Blok Mahakam. 



Pihaknya mencatat, secara keseluruhan, sampai dengan kuartal I 2019, produksi minyak dan kondensat PHM sebesar 38 MBOPD dan produksi gas sebesar 726 MMSCFD dari target 750 MMSCFD.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengakui memang kinerja di blok Mahakam berada di bawah target APBN. Hal tersebut disebabkan, angka decline rate yang terealisasi ternyata jauh lebih rendah dari yang diperkirakan.

"Semester 2 tahun lalu sebenarnya sudah membaik produksinya, tetapi terjadi decline rate yang lebih rendah dibanding yang diperkirakan," ujar Nicke ketika dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (13/5/2019).



Faktor berikutnya, lanjut Nicke, yakni keterkerjaan rig di dalam negeri untuk melakukan pengeboran sumur ternyata agak sulit, sehingga butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan proses pengadaannya, karena harus mengundang pihak-pihak baru untuk ikut dalam tender rig.

Hal tersebut juga dinilai menjadi penyebab mengapa sumur yang dibor Pertamina untuk blok Mahakam baru sepertiga dari target. Seperti yang diketahui, untuk meningkatkan produksi di blok tersebut, BUMN migas ini akan melakukan pengeboran dengan jumlah agresif yakni sebanyak 118 sumur, dua kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun lalu.

"Artinya setiap tiga hari sekali kami drilling di suatu sumur," tambah Nicke.

Faktor berikutnya yakni masalah cuaca, dan hasil pengeboran di sumur-sumur di area too low shallow ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan.

"Ketika mobilisasi di awal tahun memang cuacanya kurang bagus, tapi kami coba speed up sekarang karena cuaca sudah mulai membaik. Untuk hasil pengeboran, di sumur-sumur baru di area too low shallow lebih rendah dari yg diperkirakan, ini kami sadari bahwa memang inilah karakteristik dari hulu," imbuhnya.

"Kami lakukan dengan percepatan 118 sumur dan tambah construction rig sehingga nanti well (sumur) connection-nya akan lebih cepat. Seluruh upaya kami lakukan untuk percepat, karakter sumur tua tidak boleh jadi alasan," pungkas Nicke.


(gus/gus) Next Article Kucurkan Rp 11,2 T, Pertamina Bor 100 Sumur di Blok Mahakam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular