
Pak Jokowi Boleh Rekonsiliasi, tapi Jangan "Dagang Sapi"
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
14 July 2019 19:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto membawa optimisme dalam membangun perekonomian RI. Kendati demikian, ada sejumlah catatan yang harus diperhatikan pemerintah ke depannya.
Ekonom Senior INDEF Didik J Rachbini, menilai bahwa pertemuan tersebut, jika dilihat dari kepentingan ekonomi maupun politik bersifat positif. Dengan segala kelemahannya, kini demokrasi menjadi lebih matang, sehat dan dampaknya terhadap ekonomi juga akan positif, terutama mengenai kepastian dunia usaha.
"Demokrasi adalah konstitutional game, jika permainan sudah selesai maka pelakunya kembali seperti biasa. Pemimpin yang baik membawa bangsa ini bersatu, NKRI kuat dan bukan sebaliknya karena Pemilu menjadi pecah, bermusuhan, saling merusak. Momentum rekonsiliasi adalah landasan penting," ujarnya dalam sebuah diskusi daring, Minggu (14/7/2019).
Meski demikian, masalah belum rampung. Sebab masih banyak pekerjaan rumah belum selesai pada periode pertama.
Dia menyebut, berdasarkan sederet target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), hanya satu yang berhasil dicapai, yakni kebijakan pengendalian inflasi. "Sisanya masih jauh panggang dari api".
Cadangan devisa yang dipatok US$ 145,2 miliar, hanya terealisasi sebesar US$ 114,8 miliar pada tahun 2018. Target pertumbuhan ekonomi 7,5% di 2018 juga hanya mentok di angka 5,03%.
Target nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga hanya terpenuhi sesuai RPJMD pada tahun 2015. Sisanya, selama tiga tahun beruntun, harga rupiah jauh lebih murah dari yang ditargetkan.
"Banyak yang lain gagal dicapai karena banyak faktor di antaranya tim ekonomi yang tidak solid dan tidak berhasil meluncurkan dan menjalankan kebijakan yang memadai," imbuh Didik.
Tim yang bekerja ini tidak lepas dari susunan kabinet yang disusun Jokowi. Karena itu, Didik menilai, kinerja tim ekonomi di masa datang sangat tergantung pada team work dan kepemimpinan ekonomi yang akan dijalankan.
"Jika tim kerja dipilih berdasarkan dagang sapi saja dengan mengabaikan kemampuan, maka kinerja ekonomi ke depan bisa dipastikan sama dengan 4 tahun terakhir ini," pungkasnya.
Menanti Menteri Milenial di Kabinet Jokowi
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Jokowi Tegaskan Belum Ada Rencana Rombak Kabinet
Ekonom Senior INDEF Didik J Rachbini, menilai bahwa pertemuan tersebut, jika dilihat dari kepentingan ekonomi maupun politik bersifat positif. Dengan segala kelemahannya, kini demokrasi menjadi lebih matang, sehat dan dampaknya terhadap ekonomi juga akan positif, terutama mengenai kepastian dunia usaha.
"Demokrasi adalah konstitutional game, jika permainan sudah selesai maka pelakunya kembali seperti biasa. Pemimpin yang baik membawa bangsa ini bersatu, NKRI kuat dan bukan sebaliknya karena Pemilu menjadi pecah, bermusuhan, saling merusak. Momentum rekonsiliasi adalah landasan penting," ujarnya dalam sebuah diskusi daring, Minggu (14/7/2019).
Meski demikian, masalah belum rampung. Sebab masih banyak pekerjaan rumah belum selesai pada periode pertama.
Cadangan devisa yang dipatok US$ 145,2 miliar, hanya terealisasi sebesar US$ 114,8 miliar pada tahun 2018. Target pertumbuhan ekonomi 7,5% di 2018 juga hanya mentok di angka 5,03%.
Target nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga hanya terpenuhi sesuai RPJMD pada tahun 2015. Sisanya, selama tiga tahun beruntun, harga rupiah jauh lebih murah dari yang ditargetkan.
"Banyak yang lain gagal dicapai karena banyak faktor di antaranya tim ekonomi yang tidak solid dan tidak berhasil meluncurkan dan menjalankan kebijakan yang memadai," imbuh Didik.
Tim yang bekerja ini tidak lepas dari susunan kabinet yang disusun Jokowi. Karena itu, Didik menilai, kinerja tim ekonomi di masa datang sangat tergantung pada team work dan kepemimpinan ekonomi yang akan dijalankan.
"Jika tim kerja dipilih berdasarkan dagang sapi saja dengan mengabaikan kemampuan, maka kinerja ekonomi ke depan bisa dipastikan sama dengan 4 tahun terakhir ini," pungkasnya.
Menanti Menteri Milenial di Kabinet Jokowi
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Jokowi Tegaskan Belum Ada Rencana Rombak Kabinet
Most Popular