Rapor 5 Tahun Kabinet Jokowi
Rapor Menteri Bambang: Asumsi Makro Meleset Terus Nih, Pak...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2019 15:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) punya peran sentral dalam perekonomian nasional. Namun sayang, institusi ini sering tidak memperoleh sorotan.
Di China, fungsi Bappenas bisa disamakan dengan National Development and Reform Commission (NDRC). Lembaga ini begitu penting, sehingga sering disebut sebagai mini state council.
Berbagai hasil kajian dan data yang dirilis NDRC menjadi perhatian dan menentukan pergerakan pasar. Misalnya kala NDRC menyatakan ekonomi China akan tumbuh di kisaran 6-6,5% tahun ini, indeks Hang Seng terkoreksi nyaris 2% sementara indeks Shanghai Composite melorot 4,4%. Pasalnya pertumbuhan ekonomi 6,6% pada 2018 sudah merupakan yang terlemah sejak 1990.
Kemudian kala NDRC menyatakan pemerintah China tidak akan memangkas tarif pajak kendaraan bermotor pada November 2018. Indeks Shanghai Composite anjlok 2,13% dan Hang Seng amblas 2,02%.
Namun di Indonesia, kekuatan Bappenas belum sampai sedahsyat itu. Bahkan kala Bappenas mewacanakan isu sebesar pemindahan ibu kota pun tidak menjadi sentimen penggerak pasar.
Atau kala sang Kepala Bappenas atau Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menyebutkan hasil kajian bahwa perlambatan ekonomi China akan menurunkan pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 0,72%. Ini semestinya menjadi isu besar, tetapi reaksi pasar adem-ayem saja.
Padahal Bappenas adalah gudangnya Indonesia. Seluruh kajian baik itu soal ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya ada di Taman Suropati. Palu gada, apa lu mau gua ada.
Mungkin itu yang membuat Bappenas kurang dipandang oleh pelaku pasar. Sebab Bappenas hanya menelurkan kajian, wacana, masukan. Padahal hasil kerja mereka menjadi fondasi bagi kerja-kerja pemerintah. Bappenas masih jadi pekerja di balik layar yang minim sorotan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Di China, fungsi Bappenas bisa disamakan dengan National Development and Reform Commission (NDRC). Lembaga ini begitu penting, sehingga sering disebut sebagai mini state council.
Berbagai hasil kajian dan data yang dirilis NDRC menjadi perhatian dan menentukan pergerakan pasar. Misalnya kala NDRC menyatakan ekonomi China akan tumbuh di kisaran 6-6,5% tahun ini, indeks Hang Seng terkoreksi nyaris 2% sementara indeks Shanghai Composite melorot 4,4%. Pasalnya pertumbuhan ekonomi 6,6% pada 2018 sudah merupakan yang terlemah sejak 1990.
Kemudian kala NDRC menyatakan pemerintah China tidak akan memangkas tarif pajak kendaraan bermotor pada November 2018. Indeks Shanghai Composite anjlok 2,13% dan Hang Seng amblas 2,02%.
Namun di Indonesia, kekuatan Bappenas belum sampai sedahsyat itu. Bahkan kala Bappenas mewacanakan isu sebesar pemindahan ibu kota pun tidak menjadi sentimen penggerak pasar.
Atau kala sang Kepala Bappenas atau Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menyebutkan hasil kajian bahwa perlambatan ekonomi China akan menurunkan pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 0,72%. Ini semestinya menjadi isu besar, tetapi reaksi pasar adem-ayem saja.
Padahal Bappenas adalah gudangnya Indonesia. Seluruh kajian baik itu soal ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya ada di Taman Suropati. Palu gada, apa lu mau gua ada.
Mungkin itu yang membuat Bappenas kurang dipandang oleh pelaku pasar. Sebab Bappenas hanya menelurkan kajian, wacana, masukan. Padahal hasil kerja mereka menjadi fondasi bagi kerja-kerja pemerintah. Bappenas masih jadi pekerja di balik layar yang minim sorotan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Asumsi Meleset Terus
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular