
Rekor Lagi! Porsi Asing di Obligasi Negara Tembus Rp 1.000 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 July 2019 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah kepemilikan investor asing di pasar surat berharga negara (SBN) rupiah domestik menembus level psikologis Rp 1.000 triliun, atau tepatnya Rp 1.000,39 triliun.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan jumlah kepemilikan tersebut kembali menembus rekor tertinggi yang sebelumnya dibukukan Rp 991,07 triliun pada 2 Juli.
Kepemilikan investor asing tersebut setara dengan 39,27% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 5 Juli. Meskipun jumlah kepemilikan asing tembus rekor, porsi persentasenya masih di bawah rekor sepanjang masa 41,48% pada 29 Januari 2018.
Data yang sama menunjukkan arus dana asing bersih (net foreign inflow) juga tembus level psikologis Rp 100 triliun, tepatnya Rp 107,14 triliun untuk pertama kalinya.
Per akhir tahun lalu, jumlah kepemilikan asing di pasar SBN berada pada Rp 893,25 triliun atau 37,71% dari total efek beredar.
Kenaikan kepemilikan tersebut mengonfirmasi derasnya arus masuk investor asing ke pasar surat utang negara (SUN) dan membuat harga obligasi negara masih memiliki tren penguatan sejak 31 Mei.
Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat pada awal perdagangan hari ini setelah sempat terkoreksi kemarin.
Naiknya harga SUN itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,2 basis poin (bps) menjadi 7,59%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 523 bps, melebar dari posisi kemarin 521 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis ke 2,035% dari posisi kemarin 2,033%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Di pasar surat utang negara berkembang dan negara maju mengalami koreksi hampir seragam, kecuali di Afrika Selatan.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan jumlah kepemilikan tersebut kembali menembus rekor tertinggi yang sebelumnya dibukukan Rp 991,07 triliun pada 2 Juli.
Kepemilikan investor asing tersebut setara dengan 39,27% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 5 Juli. Meskipun jumlah kepemilikan asing tembus rekor, porsi persentasenya masih di bawah rekor sepanjang masa 41,48% pada 29 Januari 2018.
Per akhir tahun lalu, jumlah kepemilikan asing di pasar SBN berada pada Rp 893,25 triliun atau 37,71% dari total efek beredar.
Kenaikan kepemilikan tersebut mengonfirmasi derasnya arus masuk investor asing ke pasar surat utang negara (SUN) dan membuat harga obligasi negara masih memiliki tren penguatan sejak 31 Mei.
Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat pada awal perdagangan hari ini setelah sempat terkoreksi kemarin.
Naiknya harga SUN itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,2 basis poin (bps) menjadi 7,59%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 9 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 8 Jul'19 (%) | Yield 9 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 8 Jul'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.787 | 6.759 | -2.80 | 6.7612 |
FR0078 | 10 tahun | 7.248 | 7.271 | 2.30 | 7.2074 |
FR0068 | 15 tahun | 7.624 | 7.592 | -3.20 | 7.5532 |
FR0079 | 20 tahun | 7.747 | 7.758 | 1.10 | 7.7145 |
Avg movement | -0.65 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 523 bps, melebar dari posisi kemarin 521 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis ke 2,035% dari posisi kemarin 2,033%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 9 Jul'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 8 Jul'19 (%) | Yield 9 Jul'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.241 | 2.248 | 3 bulan-5 tahun | 40.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.88 | 1.874 | 2 tahun-5 tahun | 3.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.827 | 1.824 | 3 tahun-5 tahun | -1.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.844 | 1.842 | 3 bulan-10 tahun | 21.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.034 | 2.036 | 2 tahun-10 tahun | -16.2 |
Di pasar surat utang negara berkembang dan negara maju mengalami koreksi hampir seragam, kecuali di Afrika Selatan.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 8 Jul'19 (%) | Yield 9 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.26 | 7.3 | 4.00 |
China | 3.195 | 3.2 | 0.50 |
Jerman | -0.377 | -0.368 | 0.90 |
Perancis | -0.076 | -0.072 | 0.40 |
Inggris | 0.714 | 0.716 | 0.20 |
India | 6.562 | 6.575 | 1.30 |
Jepang | -0.148 | -0.145 | 0.30 |
Malaysia | 3.631 | 3.64 | 0.90 |
Filipina | 5.048 | 5.06 | 1.20 |
Rusia | 7.36 | 7.38 | 2.00 |
Singapura | 1.936 | 1.967 | 3.10 |
Thailand | 1.93 | 2 | 7.00 |
Amerika Serikat | 2.033 | 2.035 | 0.20 |
Afrika Selatan | 8.17 | 8.12 | -5.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular