Bos AirAsia: Bukan Hoaks, Avtur RI Lebih Mahal dari Malaysia

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
04 July 2019 21:38
Maskapai penerbangan asing macam AirAsia mengeluhkan harga avtur di Indonesia yang lebih mahal dari Malaysia maupun Singapura.
Foto: AirAsia (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mahalnya tiket pesawat tidak lepas dari tingginya struktur pembiayaan operasional maskapai penerbangan antara lain harga avtur yang mahal. 

Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan, mengakui, harga bahan bakar masih menjadi beban terbesar dalam bisnis penerbangan di Indonesia. Selama ini harga avtur dan sewa pesawat memakan kontribusi sampai 55% dalam pembentukan harga tiket.

Dendy berharap ada terobosan dari pemerintah untuk memberikan insentif, karena ia bilang harga avtur di Indonesia masih mahal dari negara tetangga.




"Ini bukan hoaks, tapi memang harga avtur kita (Indonesia) lebih mahal dibandingkan Singapura dan Malaysia," ujarnya di Jakarta, Kamis (4/7/2019).

Ia meminta publik membuktikan sendiri dengan mengecek langsung harga avtur ke Pertamina yang rilis setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulan. Ia bilang terkadang maskapai lebih memilih 'mengosongkan' tangki bahan bakarnya ketika terbang dari Indonesia.

"Maksudnya, untuk diterbangkan ke Malaysia atau Singapura. Isi [avtur]nya lebih banyak [di sana] dari pada di Indonesia," bebernya.

Persoalan avtur ini cukup siginifikan, bahkan mencapai 40% dari total struktur pembiayaan. Karena itu, dia ingin ada solusi jitu baik dari Pertamina maupun pemerintah.

"Harga di Denpasar pun bisa lebih mahal dibandingkan Jakarta, 15-20%. Ini sesuatu yang harus dipikirkan. Kita ngerti ada distribusi cost yang harus dikeluarkan Pertamina tapi kalau begini terus bisa jadi beban buat kita," tambahnya.



Ia menambahkan, biaya lain yang juga berpengaruh adalah sewa dan perawatan pesawat. Alokasinya bisa menduduki porsi 24% dari total struktur pembiayaan.

"Dua kompenen itu kan dalam dolar. Memang kita avtur Pertamina rupiah. Tapi kan mereka memberikan harga berdasarkan harga miyak dunia dalam dolar," tandasnya.

Ia ingin ada insentif fiskal dari sisi perpajakan. Jika ada insentif baru yang dirilis pemerintah, tentu akan berdampak positif pada kinerja maskapai penerbangan.

"Jadi diharapkan ada insentif fiskal ya dari sisi perpajakan. Kalau itu betul-betul direalisasikan itu sangat membantu," katanya.



Mengenai harga avtur, pernah menjadi pembahasan di Kantor Kemenko Perekonomian. Pertamina sempat mengklaim harga avturnya termasuk paling rendah dibandingkan beberapa bandara negara tetangga hingga Asia Timur.

Berdasarkan data Pertamina per 1 Juni 2019, harga avtur di Soekarno-Hatta avtur Pertamina Rp 9.376 per liter, sedangkan
SHELL Kuala Lumpur Rp 10.595 per liter.


(hoi/hoi) Next Article Tiket AirAsia, Lion Air, Citilink akan Turun, Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular